Banjarmasin, BARITOPOST.CO.ID – Jumlah investor saham di Pasar Modal Indonesia terus meningkat di penghujung tahun 2024 ini. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menginformasikan, hingga 22 Oktober 2024 jumlah investor mencapai 14,21 juta investor.
Jumlah ini meningkat lebih dari 2 juta investor baru atau 16,81 persen ytd dibandingkan dengan akhir tahun 2023 yang berjumlah 12,17 juta investor. Dan menariknya, mayoritas dari para investor didominasi gen Z dan milenial serta investor muda berusia di bawah 30 tahun.
Kepala Kantor Perwakilan BEI Kalsel, Yuniar, menyampaikan jumlah investor pasar modal di Kalsel mengalami peningkatan cukup bagus, yakni sebesar 10.548 SID (Single Investor Identification) atau tumbuh 6,57 persen dibandingkan akhir tahun lalu.
“Sedangkan jumlah Investor pasar modal di Kalsel mencapai 170.863 SID (data selama Januari sampai September 2024),” ungkapnya, dalam kegiatan update perkembangan pasar modal di Kalimantan Selatan dan perkembangan pasar modal syariah di Indonesia, Senin (4/11/2024) di Space Ground Banjarmasin.
Menurut Yuniar, pertumbuhan ini telah melampaui target yang ditetapkan sejak kehadiran Bursa Efek Indonesia KP Kalimantan Selatan pada tahun 2011 lalu.
”Kami sangat bersyukur dapat mencapai angka ini. Kami hadir di 2011 di Banjarmasin dengan jumlah tidak lebih dari 1.000 investor. Tapi sekarang sudah mencapai lebih dari 170 ribu investor,” ujarnya.
Ia menyebut, semua pencapaian ini tak lepas dari berbagai sosialisasi dan edukasi dan literasi yang mereka lakukan kepada masyarakat luas, seperti melalui kegiatan Sekolah Pasar Modal (SPM) ataupun Forum Calon Investor (FCI).
”Sepanjang tahun 2024 ini kami telah melakukan sosialisasi dan edukasi tentang pasar modal. Ada sebanyak 538 kegiatan yang telah kami lakukan, dengan melibatkan sekitar 54.830 peserta,” bebernya.
Pada bagian lain diungkapkan, hingga menjelang akhir tahun ini berbagai emiten berpotensi mengalami kenaikan seperti di sektor finansial yang masih didominasi saham perbankan, properti dan tambang.
Bank Rakyat Indonesia (BBRI) adalah pilihan utama pembelian (Top Buy), diikuti oleh Bank Negara Indonesia (BBNI), Bank Mandiri (BMRI).
Meskipun keadaan bangkrut Sritex berdampak pada beberapa bank utama, seperti Bank Central Asia (BBCA), Bank BJB (BJBR), Bank CIMB Niaga (BNGA), dan BBNI.
Namun, cadangan kerugian kredit (LLR) sedang disesuaikan. BBCA telah menyediakan 84% dari eksposurnya dan berencana untuk menambah cadangan. BJBR bertujuan untuk meningkatkan cakupannya menjadi 80%. BBNI dan BNGA berada dalam posisi yang baik dengan dampak minimal terhadap pendapatan.
Walaupun ini mungkin menekan harga saham, hal ini juga memberikan peluang untuk mengakumulasi saham pada valuasi yang menarik, mendukung pandangan positif terhadap sektor perbankan.
Bagi investor, situasi ini dapat menawarkan peluang untuk mengakumulasi saham di bank-bank ini pada valuasi yang menarik, karena sebagian besar tidak diperkirakan menghadapi gangguan pendapatan yang signifikan, menjaga outlook sektor tetap positif dengan rekomendasi Overweight.
Editor: Afdiannoor Rahmanata
Follow Google News Barito Post dan Ikuti Beritanya