Akhirnya, Dolar AS Tembus Rp15.000

by admin
0 comments 3 minutes read

Jakarta, BARITO-Pelemahan nilai tukar rupiah  akhirnya menembus level psikologis di Rp15.000 per dolar AS. Bahkan, hingga  Selasa (2/10) petang, dolar AS kian perkasa hingga mencapai Rp 15.071.

Mengutip data perdagangan reuters, Selasa (2/10) pagi  sekitar pukul 09.45 WIB, dolar AS masih berada di Rp 14.985. Lebih tinggi dibanding hari sebelumnya yang masih di Rp 14.910. Bukannya menurun, lajunya dolar AS cenderung terus menanjak. Berselang satu jam atau sekitar pukul 10.45 WIB, dolar AS sudah menyentuh Rp 14.995.
Berselang satu jam lagi yakni pada pukul 11.45 WIB, dolar AS naik lagi menjadi Rp 15.001. Level psikologis yang akhirnya tertembus.

Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual mengungkapkan, penguatan dolar AS terjadi karena sentimen global. Selain itu ketergantungan impor minyak Indonesia juga menjadi penyebab tertekannya rupiah.

Menurut David, nilai fundamental rupiah adalah di kisaran Rp14.400 per dolar AS. Namun dengan faktor sentimen global bisa bergerak di kisaran Rp 14.800, bahkan hingga Rp15.500.
“Sentimennya memang tidak baik, ada isu yang berhembus di kalangan fund manager aliran modal keluar juga karena bencana. Tapi saya rasa isu itu tidak benar karena pemerintah kan cepat tanggap dengan bencana,” kata David yang dikutip detikFinance, Selasa (2/10)

Dia menjelaskan selama ini banyak pihak yang mempertanyakan bagaimana kondisi Indonesia jika dolar AS tembus Rp 13.000, Rp 14.000 sampai Rp 15.000. Sebenarnya, menurut dia,  tidak ada masalah, karena harga dolar AS tak naik secara signifikan.
Menurut David, berbeda dengan kondisi tahun 97-98 di mana dolar AS bergerak liar mulai dari Rp 2.000 ke Rp 5.000 kemudian dalam waktu beberapa bulan ke Rp 16.000.

“Kalau sekarang kan bertahap, pelan-pelan. Memang ada peluang untuk penguatan. Karena Indonesia itu ketergantungan portofolio asing. Jadi sekitar 400 juta sampai 500 juta dolar AS itu akan keluar untuk pembayaran utang dan lain-lain. Belum lagi kalau ada outflow,” jelas dia.

Kemudian saat ini devisa hasil ekspor yang masuk 85% namun hanya 15% yang dikonversi ke rupiah. Setelah itu impor yang lebih tinggi daripada ekspor sangat membuat rupiah tertekan.

Kenaikan suku bunga di Amerika Serikat (AS) juga disebut akan mempengaruhi nilai rupiah. David menyebutkan,  Bank Sentral AS (The Fed) berekspektasi akan menaikan bunga acuan pada 2019 sebanyak tiga kali dan 2020 sebanyak dua kali.
Karena itu Bank Indonesia (BI) beberapa bulan ini seharusnya sudah lebih agresif dalam meningkatkan bunga acuan. Namun memang jika lebih agresif akan ada konsekuensi ke kondisi pertumbuhan ekonomi.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution memilih untuk tak banyak berkomentar terkait dengan depresiasi rupiah terhadap dolar AS yang  menembus level psikologis di Rp 15.000.

“Ya sudahlah, jangan dikomentari dulu,. Sudah, nanti saja. Pokoknya kita cerna dulu semuanya,” kata Darmin kepada wartawan di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (2/10).

Dia menyadari, angka Rp 15.000 per dolar ASmenjadi level psikologis baru dan akan berdampak pada biaya komponen pelaku industri, terutama pada bahan baku impor.
Meski demikian, Mantan Dirjen Pajak ini memilih untuk mempelajari dan mengumpulkan informasi terkait dengan perkembangan nilai tukar lebih dulu.
“Pokoknya saya belum mau komentar itu, saya coba pulang dulu saya coba pelajari, nanti kita lihat,” tutup dia.

Sebelumnya Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan nilai tukar dolar AS yang hampir menyentuh Rp 15.000 banyak dipengaruhi kondisi global. Mulai dari kenaikan suku bunga acuan AS, kebijakan moneter The Fed, hingga pengaruh perang dagang AS.

Akibat berbagai kebijakan dari AS tersebut membuat peredaran mata uang dolar AS jadi terbatas. Hal ini yang terjadi di Indonesia dan menyebabkan pasokan dolar AS di dalam negeri menjadi berkurang.dtf/net

Baca Artikel Lainnya

Leave a Comment