BANJARMASIN – Masyarakat patut waspada dengan adanya modus baru penipuan, karena di Kota Banjarmasin mulai muncul kasus dugaan penipuan pemesanan katering fiktif.
Kasus ini mencuat ke permukaan publik, tidak hanya terjadi di Banjarbaru, lima dari delapan kasus terjadi di Banjarmasin. Laporan ini pun sudah berlanjut ke ranah hukum, agar tidak berdampak luas para pengusaha pun diimbau waspada.
Ketua Asosiasi Perusahaan Jasa Boga Indonesia (APJI) Banjarmasin, M Akbar Utomo Setiawan menuturkan kasus ini sudah memasuki tahap pelaporan. “Kita sudah mencoba ke Polres, tinggal menunggu jawaban,” ungkapnya, Rabu (7/8/2019).
Kata Akbar, pola yang dilakukan pelaku kali ini terbilang menarik, dimana oknum mendatangi katering dan mengaku sebagai kontraktor pelebaran jalan. Kemudian memesan makanan siang dan sore untuk karyawannya, tidak tanggung-tanggung sebanyak 100-200 pack plus minum dalam kemasan seperti teh, susu dan kopi.
“Makanan dipesan sebanyak 100 dan minumannya 200, pembayarannya sistem invoice. 15 – 30 hari setelah invoice baru ditransfer untuk pembayaran,” terangnya.
Menurutnya yang menjadi kesamaan adalah pelaku memesan minuman kemasan, baik itu yang berbentuk minuman kotak atau minuman botol plastik.
Pelaku meminta agar minuman jangan disatukan dalam kemasan makanan nasi kotak, tetapi tetap dibiarkan dalam kardus kemasan minuman dan tetap tersegel.
Sementara itu, Wakil Ketua APJI Banjarmasin, Muhajir mengungkapkan oknum terdiri dari dua orang. “Kalau domisili kemungkinan di Kabupaten Banjar. Dalam menjalankan aksinya, mereka menyewa rumah di tempat lain,” jelasnya.
Peristiwa ini kata ia, juga telah dilaporkan kepada Ketua Umum DPP APJI, Rahayu Setiowati. Dirinya berharap agar para pengusaha jasaboga ataupun katering dan rumah makan, untuk waspada jika menemukan modus yang mirip seperti ini.
Dengan melihat jumlah korban katering dan nilai yang jumlahnya tidak sedikit perkara ini mungkin sudah bisa disebut sebagai ‘modus’.
Ditambahkannya yang terdeteksi sampai saat ini ada delap kasus. Dan kemungkinan bisa lebih banyak, hal ini disebabkan karena tidak semua katering terkoneksi sebagai anggota APJI. Sampai hari ini, ujarnya, kemungkinan jumlah korban yang melapor bisa bertambah.
rel/ang