Marabahan, BARITOPOST.CO.ID – Pemerintah Kabupaten Barito Kuala (Pemkab Batola) menyampaikan pengendalian stunting yang telah dilakukan di kabupaten berjuluk Bumi ‘Ije Jela’ di hadapan Tim Penilaian Kinerja Pemprov Kalsel.
Pemaparan pengendalian stunting yang dikemukakan Sekretaris Tim Percepatan Penurunan Stunting (TTPS) Kabupaten Batola, Hj Harliani, bersamaan pula dengan daerah lainnya, berlangsung di Aula Bappeda Provinsi Kalsel di Banjarbaru, Selasa (23/5/2023).
Dalam kesempatan tersebut, masing-masing perwakilan 13 kabupaten/kota di Kalsel, menyampaikan pemaparan 8 aksi konvergensi stunting.
Menurut Hj Harliani, sepanjang tahun 2022 Pemkab Batola telah melaksanakan sejumlah upaya menurunkan kasus stunting di Batola.
“Batola telah melakukan rembuk stunting yang hasilkan intervensi langsung ke target sasaran data stunting,” ujar Harliani, yang juga Kepala DPPKBP3A Kabupaten Batola.
Baca Juga: Kawasan Rantau Baru Menjadi Kawasan Strategis Kabupaten Tapin 2015-2034
Harliani bilang, anggaran untuk intervensi stunting tahun 2022 di Batola, sebesar Rp 30 milyar dengan 18 sub kegiatan.
“Anggaran yang kita keluarkan untuk stunting memang tidak sebesar kabupaten/kota lainnya, karena penganggarannya disesuaikan dengan APBD,” tandasnya.
Namun, sambung Harliani, dengan anggaran yang tidak terlalu besar tersebut, Pemkab Batola sudah menjalankan berbagai program intervensi spesifik dan sensitif, salah satunya permata bunda yaitu pemberian makanan bergizi secara langsung.
Harliani menegaskan, pada tahun 2024 mendatang. Pemkab Batola menargetkan penurunan stunting di bawah angka 14 persen. Untuk diketahui, data stunting dari hasil survei SSGI tahun 2022 menjadikan Barito Kuala menempati urutan pertama tertinggi stunting di Kalsel.
Lebih jauh dipaparkan Harliani, melalui Dinas Kesehatan Batola, pihaknya telah melakukan survei ulang terhadap lokus-lokus stunting dari hasil SSGI.
“Sebanyak 7.666 balita dengan alat elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPBGM). Hasilnya kita dapatkan 9,21 persen atau 726 balita stunting di Batola tahun 2023,” ungkap Harliani.
Sementara Kepala Dinas Kesehatan Batola, dr Azizah Sri Widari mengatakan, pihaknya telah memegang data lengkap (nama dan alamat) anak stunting di Batola, namun data tersebut sementara tidak untuk dibuka.
“Kepala desa pun tidak boleh tidak tahu ada anak stunting di wilayahnya. Dan penanganannya kita fokus intervensi data stunting by name by address tersebut, apalagi di tahun 2023 ini kita sudah jalankan program Bapak Bunda Asuh Anak Stunting, “jelas Kadinkes Batola.
(Adv/Wke/Diskominfo)
Follow Google News Barito Post dan Ikuti Beritanya