Banjarmasin, BARITOPOST.CO.ID – Wakil Ketua Komisi III DPRD Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel), HM Rosehan NB, SH berharap tali silaturahmi dengan masyarakat terus terjalin dengan baik.
Harapan itu ia sampaikan saat menggelar acara buka bersama Majelis Ta’lim Mulia Hati dan jemaahnya serta wartawan, teman SMP, SMA dan Fakultas Hukum ULM bertempat di Kediaman Jalan Keramat Raya RT 8 Nomor 18 Komplek Alam Hijau Banjarmasin, Kamis (4/4/2024).
“Semoga silaturahmi dan keberkahan terus terjalin dengan baik,” ujar Rosehan.
Rosehan yang juga Pimpinan Majelis Ta’lim Mulia Hati menceritakan kala Malaikat Ridwan bawakan cucu Rasulullah pakaian Hari Raya Idul Fitri, sedangkan Idul Fitri merupakan hari kemenangan yang dirayakan oleh seluruh umat Islam, tak terkecuali Hasan dan Husein kedua cucu Rasulullah itu bersedih karena tidak memiliki pakaian baru untuk dikenakan di hari raya.
Baca Juga: Bupati HST Bersama Jajarannya Lakukan Qiyamul Lail
Hasan dan Husein lantas bertanya kepada sang ibu, Sayyidah Fatimah mengenai pakaian-pakaian baru keduanya yang tak kunjung diberikan.
“Wahai ibu, anak-anak di Madinah telah dihiasi dengan pakaian lebaran kecuali kami. Kenapa ibu tidak menghiasi kami?” ujarnya seperti dikisahkan dalam buku Jangan Terlalu Berlebihan dalam Beribadah hingga Melupakan Hak-hak Tubuh karya Nur Hasan.
Mendengar pernyataan itu, Sayyidah Fatimah kemudian menjawab, “Baju kalian masih di tukang jahit,” jawaban itu terus dilontarkan olehnya tiap kali putranya bertanya.
Pada malam hari raya, pakaian baru untuk Hasan dan Husein tak kunjung datang. Mereka lantas kembali bertanya kepada sang ibu.
Sayyidah Fatimah pun menangis karena tidak memiliki uang untuk membelikan kedua putranya baju baru. Keluarga Ali bin Abi Thalib dan Fatimah tidak sekaya sahabat-sahabat nabi lainnya, meskipun mereka merupakan keluarga Rasulullah SAW.
Tak lama setelahnya, terdengar suara ketukan pintu. Sayyidah Fatimah langsung menghampiri sumber suara dan bertanya, “Siapa?” “Wahai putri Rasulullah SAW. Saya adalah tukang jahit. Saya datang membawa hadiah pakaian untuk kedua putramu,”
Mendengar jawaban dari sang pemilik suara, Fatimah langsung membukakan pintu dan nampaklah seorang yang membawa bingkisan kemudian diberikan kepada Sayyidah Fatimah. Saat dibuka bingkisan tersebut, di dalamnya terdapat dua gamis, dua celana, dua mantel, dua sorban dan dua pasang sepatu hitam yang terlihat indah.
Fatimah lalu memanggil kedua putra kesayangannya untuk melihat isi bingkisan tersebut. Hasan dan Husein sangat bahagia, namun sang ibu masih bingung siapakah tukang jahit yang muncul di depan pintu rumahnya serta memberikan bingkisan itu.
Setelahnya, Rasulullah datang dan melihat kedua cucunya dalam keadaan rapi mengenakan pakaian baru yang indah. Nabi SAW dengan perasaan bahagia menggendong Hasan dan Husein serta menciumi mereka dengan penuh kasih sayang.
Baca Juga: Faktor Ekonomi Menjadi Alasan Perceraian Selama Bulan Ramadan
Rasulullah lalu bertanya kepada Fatimah, “Apakah engkau melihat tukang jahit tersebut?”
“Iya, aku melihatnya,” jawab Fatimah.
“Duhai putriku, dia bukanlah tukang jahit. Tetapi, Malaikat Ridwan sang penjaga surga,” kata Rasulullah menjelaskan.
Jadi, bingkisan yang berisi pakaian baru untuk Hasan dan Husain merupakan pakaian surga yang dikirim langsung oleh malaikat Ridwan.
Mendengar penjelasan Rasulullah, Fatimah sangat terkejut, ia terus-menerus mengucap puji syukur kepada Allah Swt.
Di malam hari raya itu, keluarga mereka penuh kebahagiaan. Sebab, pakaian untuk kedua putranya telah siap dipakai untuk Idul Fitri keesokan harinya. Meski pakaian baru bukanlah sesuatu yang wajib di hari raya, namun memakai pakaian baru saat lebaran menjadi bentuk kebahagiaan atas datangnya Hari Raya Idul Fitri. Karenanya banyak orang tua yang sedih jika mereka belum mampu memberikan baju baru kepada anak-anaknya.
Pakaian baru juga menjadi bagian dari rasa syukur kepada Allah Swt yang memberikan nikmat kepada kita semua hingga bisa melewati bulan Ramadan dan berharap bisa dipertemukan kembali di tahun selanjutnya. Namun, yang perlu diingat ialah jangan menjadikan baju baru di hari raya sebagai simbol kesombongan. Sebab, esensi dari Idul Fitri ialah bagaimana diri dan hati kita kembali bersih, suci dan berharap bertambahnya ketakwaan kepada Allah Swt. Jangan sampai dikotori dengan hal-hal yang sebaliknya.
Penulis/Editor/* : Sophan Sopiandi
Follow Google News Barito Post dan Ikuti Beritanya