Banjarbaru, BARITOPOST.CO.ID – Untuk percepatan swasembada daging sapi, pada tahun 2023, Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunnak) Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) menjalankan program Sistem Integrasi Kelapa Sawit Sapi Berbasis Kemitraan Usaha Ternak Inti Plasma atau SISKA KU INTIP.
Program SISKA KU INTIP menjadi prioritas utama dari empat program kerja Disbunnak Provinsi Kalsel sejak tahun 2022 sebagai terobosan untuk memacu pembangunan perkebunan dan peternakan. “Tahun 2023 ini, kita tetap melanjutkan program dari gagasan Bapak Gubernur Kalsel, Haji Sahbirin Noor, yakni SISKA KU INTIP,” ujar Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan (Kadisbunnak) Provinsi Kalsel, Hj Suparmi kepada wartawan dalam jumpa pers di aula kantornya, Senin (30/1/2023) pagi.
BACA JUGA: Kinerja Perusahaan Terus Membaik, PT Baramarta Optimistis Utang Masa Lalu Lunas sebelum 2025
Suparmi mengungkapkan, Program SISKA KU INTIP yang dituangkan dalam Peraturan Gubernur Kalsel Nomor 53, mewajibkan seluruh perusahaan kelapa sawit untuk melaksanakan program tersebut di kebun masing-masing. Di tahun 2024, SISKA KU INTIP diharapkan sudah dilaksanakan di seluruh perusahaan perkebunan sawit di Kalsel.
“Sebanyak 22 perusahaan kelapa sawit mengembangkan program SISKA KU INTIP, kemudian tujuh klaster areal kelapa sawit telah berpagar elektrik yang kami usulkan menjadi pusat pengembangan sapi potong dengan target 1.000 ekor,” jelas Suparmi dalam jumpa pers didampingi Kepala Biro Administrasi Pimpinan (Adpim) Sekretariat Daerah Provinsi Kalsel, H Berkatullah serta para kepala bidang dan kepala bagian Biro Adpim dan Disbunnak Provinsi Kalsel.
Selanjutnya Suparmi juga memaparkan program andalan kedua, yakni bang Sibon Berkaret.
Program ini merupakan inovasi perkebunan karet berpola jarak tanam ganda dan tumpang sari dengan tanaman pangan.
Di Kalsel, imbuh Suparmi , terdapat 270 ribu hektare areal kebun karet yang telah memiliki 229 unit pengolahan dan pemasaran bokar atau UPPB untuk menjaga kualitas karet. Dengan adanya UPPB, maka kualitas dan kesejahteraan pekebun karet ditingkatkan.
BACA JUGA: Dewan Balangan Ajak Warga Hidup Sehat dengan Olahraga
Selanjutnya, program ketiga dari Disbunnak Provinsi Kalsel adalah bang Kodim. “Bang Kodim bertujuan untuk memenuhi kebutuhan kopi lokal. Yakni berupa inovasi pengembangan tanaman kopi terintegrasi, sebab di Provinsi Kalsel terdapat potensi komoditi kopi,” urai Suparmi.
Dia melihat kebutuhan terhadap kopi tergolong tinggi, seiring dengan bermunculannya kafe atau meningkatnya tren gaya hidup “ngopi” dari masyarakat di berbagai wilayah Kalsel.
Menurutnya, luasan kebun kopi yang ada, masih sekitar 2.800 hektare. Setiap tahunnya, kebun kopi tersebut memproduksi 1.500 ton. Angka ini belum memenuhi kebutuhan kopi di Kalsel sehingga produktivitas kopi perlu lebih maksimal.
Untuk program ke-empat, dinamakan Siti Hawalari, yakni pengembangan plasma nutfah Itik Alabio.
Penulis : Cynthia
Editor : Sophan Sopiandi