Oleh : dr. Ruth Angelina Siregar *)
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering pada anak selain infeksi saluran nafas atas dan diare. ISK lebih sering dialami oleh anak perempuan dibandingkan anak laki-laki. Hal ini karena anak perempuan memiliki uretra atau saluran kencing yang lebih pendek. Kondisi ini meningkatkan risiko bakteri masuk melalui vagina menuju uretra.
Escherichia coli (E.coli) merupakan kuman penyebab tersering (60-80%) pada ISK serangan pertama. Penelitian di dalam negeri antara lain di RSCM Jakarta juga menunjukkan hasil yang sama. Selain kuman E. coli, ISK dapat disebabkan kuman lain, seperti Klebsiela, Proteus, Enterokokus, Enterobakter, dan berbagai kuman lainnya.
Gejala dari ISK sangat bervariasi dan tergantung pada umur, mulai dengan asimtomatik/tidak bergejala hingga gejala yang berat, sehingga ISK sering tidak terdeteksi baik oleh tenaga medis maupun oleh orangtua. Kesalahan dalam menegakkan diagnosis (underdiagnosis atau overdiagnosis) akan sangat merugikan. Underdiagnosis dapat berakibat penyakit berlanjut ke arah kerusakan ginjal karena tidak diterapi. Sebaliknya overdiagnosis menyebabkan anak akan menjalani pemeriksaan dan pengobatan yang tidak perlu.
Pada bayi baru lahir (neonatus), gejala klinis tidak spesifik sehingga sering tidak terdeteksi, dapat berupa apatis, kesulitan minum, tampak kuning, gagal tumbuh, muntah, diare, suhu tubuh turun atau meningkat. Pada bayi usia satu bulan sampai satu tahun, gejala klinis dapat berupa demam, penurunan berat badan, gagal tumbuh, nafsu makan berkurang, cengeng, tampak kuning, kolik, muntah, dan diare. Pada anak lebih besar, gejala penyakit biasanya lebih khas, berupa gejala lokal saluran kemih, seperti nyeri ketika berkemih, anyang-anyangan, ngompol, air kemih keruh, dan nyeri pinggang kaki. Selain itu, dapat dijumpai mual, muntah, diare, demam tinggi disertai menggigil, yang kadang-kadang sampai kejang.
Saat orangtua curiga anak mengalami gejala ISK, lebih baik segera periksakan kondisinya ke dokter. Jika tidak ditangani dengan cara tepat, ISK dapat menyebabkan penyakit serius, misalnya kerusakan pada ginjal.
Untuk mendiagnosis ISK, dokter akan menyarankan pemeriksaan urine. Jika hasilnya menunjukkan bahwa ISK disebabkan oleh infeksi bakteri, pengobatannya adalah dengan mengonsumsi obat antibiotik.
ISK biasanya akan sembuh setelah 3-10 hari mengonsumsi obat antibiotik. Selain mengonsumsi antibiotik yang diberikan dokter, anak disarankan rutin minum air putih.
Setelah sembuh, seorang anak bisa saja terkena infeksi saluran kemih lagi. Untuk mencegah infeksi saluran kemih pada anak, perhatikan beberapa cara berikut ini:
- Ajarkan anak untuk membersihkan diri dengan cara yang benar. Bagi anak perempuan, ingatkan dia untuk selalu membersihkan alat kelamin dengan cara menyiramnya dari depan ke belakang. Bagi anak laki-laki yang belum bersunat, sebaiknya kebersihan setelah bak lebih diperhatikan.
- Biasakan anak untuk banyak minum air putih setiap hari. Hindari minuman yang dapat menyebabkan iritasi, seperti minuman bersoda dan berkafein.
- Ingatkan anak tiap 2-3 jam untuk ke wc, sehingga anak tidak menahan kencing. Seringkali anak – anak keasyikan bermain sehingga menahan kencing.
Gunakanlah bahan pakaian dalam yang nyaman, bila basah sebaiknya langsung diganti. Hindari memakaikannya celana dalam yang terbuat dari nilon atau bahan sintetis, karena dapat mempermudah tumbuhnya bakteri. Selain itu, hindari jugaISK biasanya akan sembuh setelah 3-10 hari mengonsumsi obat antibiotik. Selain mengonsumsi antibiotik yang diberikan dokter, anak disarankan rutin minum air putih.
Setelah sembuh, seorang anak bisa saja terkena infeksi saluran kemih lagi. Untuk mencegah infeksi saluran kemih pada anak, perhatikan beberapa cara berikut ini:
- Ajarkan anak untuk membersihkan diri dengan cara yang benar. Bagi anak perempuan, ingatkan dia untuk selalu membersihkan alat kelamin dengan cara menyiramnya dari depan ke belakang. Bagi anak laki-laki yang belum bersunat, sebaiknya kebersihan setelah bak lebih diperhatikan.
- Biasakan anak untuk banyak minum air putih setiap hari. Hindari minuman yang dapat menyebabkan iritasi, seperti minuman bersoda dan berkafein.
- Ingatkan anak tiap 2-3 jam untuk ke wc, sehingga anak tidak menahan kencing. Seringkali anak – anak keasyikan bermain sehingga menahan kencing.
- Gunakanlah bahan pakaian dalam yang nyaman, bila basah sebaiknya langsung diganti. Hindari memakaikannya celana dalam yang terbuat dari nilon atau bahan sintetis, karena dapat mempermudah tumbuhnya bakteri. Selain itu, hindari juga mengenakannya celana dalam yang terlalu ketat.
- Hindari membersihkan alat kelaminnya dengan sabun/aseptic lainnya, membersihkan cukup dengan air bersih mengalir. *
*) Penulis seorang dokter di Kalimantan Selatan