Banjarmasin , BARITO – Jika menyebut kata Medan di Pulau Jawa, maka akan langsung terlintas Suku Batak. Ya, di perantauan orang-orang Batak pada umumnya berasal dari Medan. Meskipun sebenernya Batak bukan satu-satunya suku di Kota Medan.
Orang-orang Medan di perantauan pun kerap dikenal karena kesuksesannya. Pengusaha, penyanyi, pengacara, dan profesi sukses lainnya tak jarang dilakoni mereka.
Kenapa mereka bisa sukses di rantau orang? Yuk kita berkenalan dulu dengan Ali Musa Siregar , satu perantau asal Medan yang kini sukses di Banjarmasin di bidang jasa angkutan , pelayaran dan bongkar muat itu .
Kepada Barito Post , Senin (9/8/2021 ) ditemui di ruang kerjanya Jalan Soetoyo S Komplek Pondok Indah Kota Banjarmasin Ketua DPD Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Kalimantan Selatan ini membeberkan kiat kiatnya .”Saya bicara sebagai seorang dari Sumatera Utara hanya ada tiga prinsip yang kita pegang jika ingin sukses di perantauan”beber Ali Musa Siregar.
Pertama sebutnya mau bersosialisasi atau dengan kata lain sebagai orang perantauan mesti memegang prinsip dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung.
Kedua tambahnya mau bersikap jujur pada diri sendiri serta terakhir tak kalah pentingnya mau bekerja keras” Jujur saja 85 % Indonesia ini sudah saya jajaki hanya tiga prinsip itu yang saya pegang , saya tidak mempunyai pangkat tinggi,saya tidak mempunyai harta yang banyak.” ucapnya merendah.
Ali Musa Siregar kembali menerawang mengingat ketika dirinya pertama kali masuk ke Banjarmasin pada usia 27 tahun di tahun 1990 an meninggalkan segala kehidupannya yang serba keras dan penuh romantika kehidupan di ibukota Jakarta”Jujur saat pergi ke Banjarmasin saya sebenarnya sudah punya lima lapak kerja baik di Pasar Senen atau di Robinson, waktu itu saya kerja apa saja jual kaos kaki ,jadi tukang parkir dan sebagainya ” beber Ali Musa Siregar .
Sebagai anak muda yang hidup di kawasan pelabuhan Tanjung Priok Jakarta yang keras mulai tahun 1980 an , Ali Musa Siregar muda sebenarnya bisa mengandalkan penghidupan dari ayahnya yang saat itu merupakan orang yang cukup berpengaruh di kawasan pelabuhan Tanjung Priok . Namun hal itu tidak dilakukan oleh Ali Musa Siregar muda”Saat itu orang tua menginginkan kita juga di pelayaran , tentu saja bagi orang Batak jika tidak mau menuruti keinginan orang tua harus berani atau bisa menghidupi diri dengan cara sendiri .
Sampai akhirnya Ali Musa Siregar muda sampai pada pemikiran bahwa usianya akan bertambah ditengah kehidupan Kota Jakarta yang semakin pesat sementara kehidupannya tidak berkembang hanya sebatas itu saja .
Pria kelahiran Sumatera Utara , September 1965 silam itu kemudian memutuskan pergi ke Banjarmasin meninggalkan gemerlapnya Kota Jakarta yang jujur diakui olehnya sempat membuatnya hanyut dalam kenikmatan masa muda yang hanya membuang waktu dan menghabiskan uang.
Saat itu Ali Musa Muda mencoba merantau ke daerah yang lebih kecil dari Kota Jakarta dengan tekad dirinya akan lebih berkembang dan sukses ketimbang bertahan di kehidupan ibu kota dengan kehidupan yang stagnan .
“Masuk ke Banjarmasin pertama bekerja ikut orang di satu perusahaan pelayaran selama dua tahun kebetulan ada modal sedikit serta kemampuan yang sudah dimiliki ,hingga akhirnya saya memutuskan mendirikan bendera pelayaran sendiri sampai akhirnya saya bisa memiliki tiga jenis usaha sendiri yakni bongkar muat, ekspedisi dan pelayaran yang ke semuanya bergerak di kawasan pelabuhan hingga sekarang ” bebernya.
Hal ini sambung ayah dari tiga anak yang didapatkannya dari isteri tercintanya wanita asal Banjarmasin itu harus dilakukannya, sebab menurutnya jika masih tetap bertahan ikut orang lain hanya ada dua kemungkinan resiko yang mesti dihadapi “Pertama kita tidak sanggup ,kedua orang lain mungkin saja sudah tidak suka dengan kita ‘ pungkas Ali Musa Siregar yang sudah memiliki cucu dari putra pertamanya seorang ASN yang berdinas di Jakarta
Nah begitulah sedikit kiat kiat sukses yang dibagikan Ali Musa Siregar sebagai salah satu orang Batak yang sukses di Banua orang.
Mengutip lirik lagu Anak Medan yang syairnya pada refrain berbunyi Horas, biar kambing di kampung sendiri Horas, tapi banteng di perantauan.
Demikian pula kehidupan Ali Musa Siregar seperti cerita sukses orang Batak perantauan lainnya yang memilih jadi Banteng di Perantauan. Horas.
Penulis/Editor : Mercurius