Dampak Pandemi Covid-19 dan Keberadaan Wisata Siring Piere Tendean

by baritopost.co.id
0 comments 7 minutes read

Oleh Hartiningsih

 

Pariwisata merupakan sebuah industri  yang   melibatkan begitu banyak industri lainnya yang satu sama lain saling mendukung, seperti industri perhotelan, homestay, restoran, dan rumah makan, pedagang asongan, jasa transportasi  baik darat, laut maupun udara. Industri jasa lainnya, seperti biro perjalanan, pemandu wisata juru foto, dan sebagainya. Dengan kata lain, pariwisata  memberikan kontribusi ekonomi kepada banyak pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.

Ketika terjadi pandemi Covid-19  sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang paling merasakan dampaknya, yang mau tidak mau  memiliki efek lanjutan pula terhadap  sejumlah sektor di atas. Di Kota Banjarmasin misalnya dengan sejumlah destinasi wisata  menarik dan unik, dari wisata religi, sejarah, kuliner,  sampai pada wisata Siring Piere Tendean, Pasar Terapung dan wisata Susur Sungai yang  terintegrasi di Siring Jalan Piere Tendean Banjarmasin, dan dalam  beberapa tahun ini,  (sejak diresmikan tahun 2013) objek wisata yang  familiar disebut dengan wisata Siring dan Pasar Terapung hampir tidak pernah sepi dari pengunjung, harus menerima kenyataan yang tidak biasa akibat pandemi Covid-19.  Jumlah pengunjung menurun drartis mencapai 75 persen. Penurunan jumlah pengunjung berdampak pada serangkaian sektor lainnya, seperti ratusan orang  pedagang  pasar terapung maupun PKL (Pedagang Kaki Lima) yang  mencari nafkah di seputar Siring Tendean harus menerima kenyataan kehilangan pendapatan ratusan ribu rupiah pada hari Sabtu dan Minggu,  demikian juga dengan nasib 90 orang  pengemudi klotok yang tersebar di tiga titik, yakni  lokasi Bekantan,  Menara Pandang dan Soto Bang Amat yang  biasanya  ramai mengantarkan wisataan keberbagai tujuan wiisata  kini harus pasrah dan sabar, jika tidak banyak rupiah yang bisa dibawa pulang karena sepinya penumpang yang berwisata susur sungai, entah melakukan wisata religi, Pasar Terapung Lok Baintan, dan berbagai tujuan lainnya.

Kondisi yang lebih miris lagi ketika pemerintah mengintruksikan penutupan sejumlah destinasi wisata termasuk wisata Siring sekitar Juli 2020, suasana Siring sepi tidak ada kegiatan apapun. Imbas yang tidak terelakkan adalah nihilnya pendapatan sejumlah penjual jasa, bertambahnya jumlah pengangguran akibat kehilangan perkerjaan dan jumlah angka kemiskinan di Kota Banjarmasin yang bertambah secara signifikan.

Pemerintah Kota Banjarmasin dalam hal ini UPTD Siring Dinas  Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banjarmasin yang dibentuk pada Januari 2020, bekerjasama dengan beberapa SKPD sengaja menutup Destinasi wisata Siring Piere Tendean  guna mencegah pandemi Covid-19 klaster Siring. Larangan dan penyebaran informasi penutupan destinasi Wisata Siring selain dilakukan melalui media massa, media sosial, dilakukan pula melalui spanduk yang dibentang di sekitar Siring agar ketika masyarakat lalu lalang di sekitar lokasi tersebut bisa langsung terlihat. Upaya lainnya, memasang tali pada bagian-bagian akses masuk ke Siring agar masyarakat paham dan mengerti larangan memasuki destinasi wisata Siring serta melakukan penjagaan selama 24 jam, ungkap Selamat Budianto  Kasubag TU Pariwisata Siring Banjarmasin. Hanya saja,  dikarenakan objek Siring merupakan kawasan terbuka yang cukup luas mencapai lebih dari  1000 m dari Jembatan Pasar Lama sampai ke Jembatan Merdeka, semua sisi bisa diakses untuk keluar masuk objek, di sisi lain, jumlah SDM yang melakukan pengawasan masih sangat terbatas. Maka terkadang masih saja ada yang lolos masuk ke Siring.

Seperti diiketahui bahwa  Kalimantan Selatan termasuk urut keenam nasional kasus Covid-19 setelah Jawa Tengah dan Jawa Barat dengan rincian : terkonfirmasi 6.535 orang, sembuh 3.851 dan meninggal dunia sebanyak 301 orang. Penutupan destinasi wisata baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah semata-mata untuk menghindari terjadinya lonjakan penyebaran Covid-19 yang penularannya rentan pada tempat kerumunan, sementara kerumunan pada objek-objek wisata sulit dihindari. Maka dari itu, salah satu upaya untuk tidak terjadi kerumunan  langkah bijak yang diambil  adalah menutup sementara destinasi wisata.

Hingga sekarang, objek wisata Siring masih belum dibuka dan tidak tahu kapan berakhinya penutupan karena angka terkonfirmasi Covid-19 masih berfluktuasi,  Kondisi yang demikian, membuat sebagian masyarakat  mengambil keputusan sendiri. Sekitar akhir tahun November ke Desember  2020   (pencabutan PSBB)  destinasi  wisata Siring kembali didatangi pengunjung dibarengi pula dengan ramainya pedagang dan transpotasi klotok yang siap mengantarkan  wisatawan keberbagai tujuan.

Redy Budiarianto petugas loket kelotok menjelaskan kunjungan wisatawan Siring berbasis kemauan masyarakat sendiri  berkisar ratusan orang pada hari Minggu dan  puluhan orang pada sore Sabtu. Asal pengunjung sebagain besar pengunjung berasal dari Banjarmasin. Keinginan masyarakat berwisata ke Siiring Tendean dan berwisata susur sungai sangat tinggi dan  terpaksa  diakomodir dengan catatan menggunakan protocol kesehatan dan membatasi jumlah pengunjung/penumpang kelotok. Motivasi wisatawan  ke Siring boleh jadi karena beberapa hal antara lain : masyarakat  mau mencari udara segar dan  ingin relaksasi setelah berbulan-bulan tinggal di rumah, rindu dengan suasana Siring dengan beragam fasilitas yang membuat masyarakat bisa terhibur,  ingin berolah raga santai merenggangkan otot-otot kaku, atau hanya sekadar mengisi waktu luang bersantai bersama keluarga tercinta, berbagai motivasi lainnya.

Namun demikian, keinginnan dan motivasi masyarakat berwisata harus kembali berakhir. Pihak yang berkompeten secara tegas melarang adanya kegiatan wisata di sekitar Siring dan memperketat penjagaan. Pengetatan penjagaan dan penutupan secara totol aktivitas di Sirirng (kecuali kegiatan olah raga) dilakukan sejak  tanggal 25 Desember 2020 hingga sekarang.  Semua itu bertujuan untuk menekan tingginya penyebaran Covid-19 bersumber dari klaster Siring (objek wisata).

Objek wisata Siring, Pasar Terapung dan Susur Sungai yang berada di di Jalan  Piere Tendean selain tempat atau posisinya sangat strategis mudah dijangkau oleh semua sarana transpot. tempat ini juga merupakan titik sentra wisata, yang bukan saja destinasi wisata Pasar Terapung berbasis budaya, yakni aktivitas jual beli di atas jukung/perahu dan wisata Susur Sungai ke beberapa destinasi wisata, akan tetapi juga merupakan pusat wisata lainnya. Di sekitar Siring Piere Tendean terdapat sejumlah objek wisata, seperti wisata  kuliner berupa masakan khas Banjar dan kue tradisional, wisata anak  (tempat  bermain anak-anak), wisata sejarah dan budaya seperti rumah tradisonal adat Banjar tipe Palimasan yang dikenal juga dengan rumah ANNO 1925. Rumah tradisional tersebut  berlantai 2 dan  berdiri sejak 1925 masehi. Di dalam bangunan terdapat sejumlah hasil kerajinan masyarakat dari pelaku ekonomi kreatif, disamping sebagai wadah aktivitas Dekranas Kota Banjarmasin memperkenalkan hasil-hasil produk serta pelatihan bagi masyarakat untuk berkreativitas. Serta terdapat wisata baca yakni perpustakaan.

Selain beberapa objek wisata di atas, terdapat pula objek wisata yang tidak kalah menarinya yakni  menara pandang yang dapat melihat aktivitas masyarakat di sekitar Siring dan aktivitas wisata Susur sungai. Menara pandang di resmikan sejak tahun 2014, menara tersebut mempunyai 4  (empat) lantai dengan luas bangunan 1 x 36 meter dengan tinggi 31 meter. Kapasitas lantai atas  dapat diisi oleh 200 orang. Ada pula patung Bekantan raksasa. berasesoris air mancur. Bekantan  merupakan maskotnya Kalimantan Selatan memiliki nilai sensasi untuk berswafoto, Bekantan adalah fauna jenis kera mempunyai hidung mancung/panjang dengan warna bulu kuning putih. Terdapat pula akses  pejalan kaki di tepi Siring dan kelebihan lainnya yang terdapat di objek wisata Siring Piere Tendean.

Terpusatkannya objek wisata di Siring  Sungai  Martapura dan  menjadi Industri titik awal untuk melanjutkan ke objek wisata lainya yang berbasis sungai sengaja dikondisikan pemerintah Kota dalam rangka memberdayakan  potensi sungai,  dan menciptakan kota seribu sungai sebagai kota yang elegan kekinian.  Tujuan lainnya tentu untuk memberikan kepuasan terhadap pengujnung dengan menawarkan beragam objek wisata sehingga wisatawan tidak bosan  hanya dengan menikmati satu atau dua destinasi wisata, tetapi memiliki banyak pilihan destinasi wisata. Sebagai upaya pemerintah menarik minat pengunjung sebanyak dan sesering mungkin ke objek wisata tersebut. Dengan kata lain, pemerintah kota merefresentasikan  paling tidak pada 2 (dua)  dari tiga (3) konsep wisata objek wisata Siring yakni  Something to see, something to do dan Something to buy

Something to see dimana wisatawan dimanjakan dengan melihat berbagai atraksi atau objek wisata yang menarik seperti naik ke menara pandang melihat dari ketinggian aktivitas wisatawan lainnya di sekitar siring atau di objek sungai,  memandang patung bekantan yang cukup unik dengan air mancur  seakan Bekantan sedang kencing, atau keindahan taman di titik 0 depan bekas kantor gubernur dan seberang Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin dan sebagainya yang merupakan daya pikat pandang/lihat.

Something to do, wisatawan dapat melakukan bermain basket di lapangan basket  di samping patung Bekantan dan berbagai  aktivitas dan atraksi lainnya yang mengundang perhatian wisatawan sehingga  mereka bisa berlama-lama di tempat wisata seperti, tersedianya fasilitas motor mini, sehingga  anak-anak dapat melakukan permainan naik motor mini, dan atraksi lainnya misal memancing di siring Sungai Martapura.  Boleh pula melanjutkan wisata Susur Sungai ke berbagai tujuan yang dikehendaki, ada Kampung Hijau, Kampung Biru, Kampung Sasirangan, Soto  Bang Amat, Makam Pangeran Suriansyah, wisata susur Sungai Lok Baintan, Pulau Bakut, Pulau Bromo dan lain sebagainya.

Konsep Something to buy, konsep ini belum begitu memadai. Objek wisata Siring belum menawarkan belanjaan/oleh-oleh berbasis cinderamata khas Banjarmasin Belum pula ada lokasi khusus untuk kuliner maupun wadah sebagai pusat oleh-oleh. Untuk itu masih banyak pembenah yang harus dilakukan dan ditata ulang konteks something to buy.

*)Peneliti pada Balitbangda Provinsi Kalimantan Selatan

Baca Artikel Lainnya

Leave a Comment