Banjarmasin, BARITOPOST.CO.ID – Maju berkembangnya perkotaan tak lepas dari peninggalan sejarah. Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan sendiri memiliki sejarah dimana dimulainya modernisasi di Kota Seribu Sungai ini.
Kalau bicara soal modernisasi, kota Banjarmasin ini dimulai dari Tatas. Wilayah Tatas sekarang ini adalah lokasi Masjid Raya Sabilah Muhtadin.
Menurut Vera D Damayanti, Dosen Arsitektur Lanskap Universitas IPB Bogor. Kota Banjarmasin tidak begitu banyak meninggalkan bangunan kota lama, karena telah musnah ditelan modern.
Meskipun banyak bangunan dan struktur masa kolonial telah musnah, namun tata ruang pusat kota dengan jaringan jalan dan kanal dari masa lalu masih dapat dilihat keberadaannya dan menjadi elemen kesejarahan kota, Dalam pembangunan perkotaan, UNESCO melalui pendekatan lanskap bersejarah perkotaan (historic urban landscape) menekankan pentingnya nilai kesejarahan sebagai sebuah aset yang dapat diintegrasikan dalam bidang sosial, budaya dan ekonomi.
“Berpijak dari konsep tersebut, maka pengembangan area Tatas dan sekitarnya diharapkan dapat memanfaatkan nilai kesejarahan setempat,” katanya
Baca Juga: Awal Modernisme Perkotaan Di Banjarmasin
Kota Banjarmasin Dinilai Lambat Berkembang
Kata Vera, Jika dibandingkan dengan kota kota lain pada zaman Hindia Belanda, pembangunan kota Banjarmasin dianggap lambat, sebagaimana tersirat dalam notulensi rapat rapat Dewan Kota (stadsgemeenteraad) Banjarmasin kala itu.
Kondisi ini disebabkan lingkungan rawa dan pasang surut yang memerlukan teknik khusus dalam konstruksi sehingga menyebabkan biaya pembangunan kota menjadi sangat mahal, sementara itu sumber pendanaan yang bergantung pada anggaran dan subsidi dari pemerintah pusat di Batavia sangat terbatas.
Kota Banjarmasin pertama kali mengenal modernisasi menjajaki pada tahun 1898. Hal tersebut di katakan oleh Dosen Sejarah Univerisitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin, Mansyur.
Kata Mansyur, tahun itu baru dimulai pembangunan jalan di wilayah Nol Kilometer, Benteng Tatas, sekarang jalan dinamai Jalan Jenderal Sudirman depan Masjid Sabilal Muhtadin (Masjid Raya). Tahun itu merupakan tahun yang dinamai transisinya budaya banjar dari sungai ke darat.
Masyarakat suku Banjar identik dengan aktivitas di sungai, mulai dari mandi, masak transaksi jual beli, berdagang dan aktivitas lainnya yang menggunakan jukung atau perahu.
“Tahun 1898 Banjarmasin baru mulai dibangun jalan oleh kolonial Belanda. Itu awal awal ada jalan darat yang dibangun di Nol Kilometer hingga lambung mangkurat dan kota madya,” kata Ahli Sejarah ULM itu.
Budaya Eropa semakin berkembang dan pada tahun 1920 itu seiring panjangnya pembangunan jalan darat, mobil sudah mulai diperkenalkan di pusat Kota Banjarmasin. Mobil mulanya digunakan untuk operasional kolonial Belanda.
Kemudian dibangun perumahan bangunan Eropa di wilayah Jalan Lambung Mangkurat. Perkampungan orang Belanda,
“Seiring itu juga masuk Mobil, telepon, listrik di perkampungan orang Belanda di daerah Lambung Mangkurat. Selanjutnya lagi, di daerah kantor wali kota sekarang, disana dibangun pelabuhan sebagai pusat ekonomi Kota Banjarmasin.
pelabuhan,” bebernya.
Masuk tahun 1938 modernisasi Kota Banjarmasin mulai dinobatkan sebagai Ibu Kota Provinsi Kalimantan Selatan bentukan kolonial Belanda atau kepemerintahan Residen Borneo Barat dan Selatan.
Penulis: Hamdani