Pelaihari,BARITO – Ir.Anton Kuswoyo,S.Si,M.T salah seroang akademisi Politeknik Negeri Tanah laut (Politala) dan juga sekaligus praktisi di bidang peternakan ruminansia, turun dari kampusnya sesaat untuk menularkan ilmu dalam hal pembuatan pakan ternak fermentasi untuk sapi, yang dikemas dalam sebuah pelatihan dan ia sekaligus sebagai nara sumber dalam kegiatan tersebut.
Pelatihan pembuatan pakan fermentasi Sabtu, (25/9/21) dengan mengambil lokasi di sekretariat KTH Gunung Lurus Desa Kandangan Baru Kecamatan Panyipatan.
Warga desa ini sejak dulu dikenal sebagai peternak sapi. Mayoritas jenis sapi yang dipelihara adalah Sapi Bali. Di salah satu dusun, populasi sapinya mencapai ratusan ekor. Populasi sapi diperkirakan akan terus bertambah tiap tahun. Namun bertambahnya jumlah sapi tidak di barengi dengan ketersediaan pakan yang mencukupi.
Atas dasar itulah, maka akan semakin menyempitnya lahan kosong yang belakangan semakin ditumbuhi tanaman kelapa sawit dan karet maupun untuk pertanian, sehingga lambat laut ketersediaan lahan untuk tumbuhnya rumput liar pun akan semakin berkurang. Padahal selama ini rumput-rumput liar itulah digunakan sebagai pakan ternak sapi.
Mayoritas penduduk desa ini mempunyai ternak sapi. Mereka umumnya membentuk kelompok tani atau kelompok ternak yang terdiri dari 15 sampai 20 orang anggota. Salah satunya adalah Kelompok Tani Hutan (KTH) Gunung Lurus yang berada di desa tersebut. KTH ini di bawah binaan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KTH) Kabupaten Tanaha Laut.
KTH Gunung Lurus beranggotakan 15 orang mengelola puluhan ekor sapi. Bahkan satu orang anggota ada yang memiliki 10 ekor sapi.
Kesulitan akan ketersediaan pakan ternak sapi ini membuat Pendamping KPH Gunung Lurus, Mustafa, berinisiatif mengadakan pelatihan pembuatan pakan sapi fermentasi yang berkolaborasi dengan Politala. Pelatihan ini pun di respon positif oleh seluruh anggota KTH.
Ketua KTH Gunung Lurus, Wawan Setiawan, mengaku senang dengan kegiatan pelatihan ini. Karena selama puluhan tahun beternak sapi, baru sekarang tahu tentang pakan fermentasi.
“Alhamdulillah, pelatihan ini menjadi solusi terhadap kelangkaan pakan sapi di desa. Diakui, baru mengetahui bahwa limbah pertanian dan perkebunan dapat diolah menjadi pakan sapi dengan cara diolah melalui proses fermentasi,”kata Wawan.
Ir. Anton Kuswoyo, S.Si., M.T pun terpanggil untuk mencoba mengatasi kesulitan peternak sapi dalam memperoleh pakan ternak sapi yang selama ini mengandalkan rumput-rumput liar yang tumbuh dikawasan desa tersebut.
Sebagai nara sumber ia mengatakan, Desa Kandangan Baru memiliki potensi limbah pertanian maupun perkebunan yang dapat diolah menjadi pakan sapi fermentasi. Misalnya daun sawit, jerami padi, batang jagung, daun pisang, dan lainnya, ujarnya.
Dalam pelatihan yang diberikan, Anton juga menyarankan agar setiap anggota KTH mempunyai tanaman Hijauan Pakan Ternak (HPT) seperti rumput gajah, rumput odot, biotolli, dan berbagai HPT lainnya. Hal ini agar ketersediaan pakan sapi lebih komplit dan mencukupi.
“Tanaman HPT memiliki kandungan nutrisi yang lebih tinggi dan lengkap, dibandingkan rumput liar. Jadi peternak harus menanam berbagai jenis HPT di lahan yang masih kosong, atau tumpangsari dengan tanaman lainnya,”papar Anton di sela-sela pelatihan.
Sementara pendamping KTH, Mustafa, optimis bahwa KTH Gunung Lurus tidak akan kesulitan lagi dalam memenuhi pakan ternak sapi.
“Semoga pelatihan ini bermanfaat untuk mengatasi krisis pakan sapi di Desa Kandangan Baru. Dan semoga peternak semakin kreatif dalam membuat pakan sapi dengan memanfaatkan SDA yang ada di sekitar,”tutup Mustafa.(Hum Politala/baz)