Ketua STIH Sultan Adam yang dilantik hari ini, Selasa (20/8), DR Abdul Halim Shahab ketika bersama Dekan FH Universitas Lambung Mangkurat, Prof Abdul Halim Barkatullah. Foto diambil Juni 2019.(Foto:ist/brt).
Ketua STIH Sultan Adam yang dilantik hari ini, Selasa (20/8), DR Abdul Halim Shahab sempat melakoni pekerjaan apa saja termasuk menjadi penarik becak, wakar dan sebagainya untuk membiayai kebutuhannya.
Kepada Barito Post, Halim kembali mengenang orang-orang yang mendukungnya ketika masih berjuang meraih sukses.
Halim menuturkan, saat-saat ketika duduk di sekolah dasar. Ketika itu Halim kecil berjualan es mambo di salah satu dermaga speedboat di Banjarmasin. Disitu dia tanpa sengaja bertemu dengan kepala sekolahnya.
“Kata-kata Bapak Kepala Sekolah saya, Pak Ridwan namanya. Mudah-mudahan beliau masih hidup dan mendapat rahmat. Amin. Beliau memegang kepala saya dan berucap: Insya Allah nak ae ikam jadi urang hebat (Insya Allah nak, kamu jadi orang hebat, red),” ucap Halim mengutip kata-kata kepala sekolahnya.
Kata -kata itu terus terngiang dan menjadi doa yang dikabulkan. Hingga sampai Halim berstatus mahasiswa FH Universitas Lambung Mangkurat, Halim tetap bekerja dan kuliah.
Cara membagi waktunya Halim kuliah pada pagi dan siang. Kemudian malam menarik becak dan penjaga malam.
Di sela pekerjaannya, Halim menyempatkan diri membaca buku kuliah. Buku seringkali dibawa dengan diselipkan di bawah terpal becaknya agar bisa sewaktu-waktu dibaca.
Tetapi, memang ada saatnya harus ada satu yang harus dikorbankan. Karena penghasilannya juga untuk membiayai kuliah istri, Norida Mariani, maka Halim sempat cuti atau terminal selama 2 tahun.
Setelah istri lulus, Halim meneruskan kuliahnya dan mulai menjalani praktik beracara melalui LKBH Unlam (Dulu Universitas Lambung Mangkurat kerap disingkat dengan Unlam).
Halim tercatat sebagai anggota LKBH FH Unlam tahun 1987-1991. Karena tergolong “mapala” (sebutan atau plesetan untuk menyebut mahasiswa paling lama) yakni dengan masa kuliah selama 7 tahun, Halim mendapat perhatian dari dosen-dosennya.
Salah satunya dari Profesor Ideham Zarkasi (alm). Menurut Halim, Profesor Ideham termasuk salah satu dosen yang mendorongnya untuk segera menyelesaikan kuliah.
Akhirnya, pada tahun 1992, Halim resmi menyandang gelar Sarjana Hukum (SH). Halim mulai terjun 100 persen menjadi pengacara . Secara resmi, Halim menjadi pengacara praktek di wilayah hukum Provinsi Kalsel pada tahun 1992-1994. Serta sebagai advokat tahun 1994 -sekarang berdasarkan SK Menteri Kehakiman.Selain itu juga aktif sebagai pengurus IKADIN Banjarmasin 1992 sampai sekarang. Kemudian juga menjadi Anggota Dewan Kehormatan DPC PERADI Kalsel periode 2016-sekarang.
Beberapa kasus yang pernah ditangani Halim diantaranya gugatan lahan 100 hektar dengan tergugat Presiden Soeharto, 11 menteri dan pejabat daerah sekitar tahun 1998. Gugatan ini dimenangkan Halim. Selain itu Halim juga menangani berbagai perkara perdata, pidana, kepegawaian dan kasus lainnya yang rata-rata dimenangkan olehnya dari peradilan tingkat pertama (pengadilan negeri), banding di peradilan tinggi sampai kasasi tingkat MA.
Selama beracara, Halim juga menjalankan pengabdian masyarakat. Diantaranya menjadi pengacara di LKBH PGRI dan menangani perkara pro-bono atau cuma-cuma. Misalnya menjadi pengacara terpidana mati Bambang Ponco sekitar tahun 2003.
Pengacara Polisi
Di kalangan umum, khususnya pengacara dan praktisi hukum, beredar kabar bahwa Abdul Halim Shahab terkenal dekat dengan petinggi polisi. Bahkan disebut-sebut sebagai”Pengacara Polisi”. Bagaimana cerita persisnya? Kepada Barito Post, Halim menceritakan asal mula dibangunnya relasi dirinya dengan aparat.
“Di tahun 90 -an, saya sering diajak diskusi dengan Kapolres Banjar pada saat itu, Letkol Pol Drs Kusnadi. Rupanya beliau senang dan ketika polisi ada masalah, di-praperadilan -kan atau ada masalah hukum lainnya, saya dipanggil mereka. Sejak itu saya jadi terkenal sebagai pengacara polisi,” jelasnya.
Kemudian Halim juga menyebut nama Letkol Pol Drs Tri Waluyo. Nama ini juga memiliki kenangan tersendiri. Karena perwira yang ketika itu menjabat Kapolres HSS berkata kepada Halim bahwa suatu saat Halim akan menjadi pengacara sukses di Kalsel.
Ucapan itu dilontarkan kapolres HSS setelah Halim menangani suatu perkara di Kandangan, HSS. Kasus itu ditangani Halim dengan pendekatan persuasif. Rupanya kapolres merasa terkesan atas cara kerja Halim tersebut sehingga mengapresiasinya.
Sedangkan jajaran kepolisian Kalsel yang pernah didampingi Halim ketika berhadapan dengan hukum diantaranya dari Polres Banjar, Tanah Laut, Tanah Bumbu, Kotabaru, poltabes dan polsek-polsek, Polda ketika dipimpin Brigjend Drs Basyir Ahmad Barmawi (1999-2002) dan Brigjen Drs.Dody Sumantyawan HS. SH (2002-2004).
Bahkan, Halim pernah menjadi ajudan informal Kapolda Kalsel periode 2008-2009 yakni Brigjend Drs H Anton Bachrul Alam SH.
“Semuanya lillahi ta’ala (hanya karena Allah SWT, red). Waktu saya mendampingi beliau (menjadi ajudan informal kapolda, red) saya tidak beracara,” ujarnya.
Sampai sekarang, hubungan dengan perwira -perwira tersebut menurutnya masih terjalin dengan baik.
Halim berharap, dengan pengalaman yang diperolehnya, dapat membawa dirinya menjadi lebih baik. Yakni mengabdi sebagai advokat yang membela hukum dan keadilan.
Bahwa salah satu latar belakang Halim mendalami dunia hukum karena ketika berencana kuliah di Jogjakarta di IAIN (kini UIN) Sunan Kalijaga , dirinya kerap menyaksikan preman atau “gali” (kepanjangan dari gabungan anak liar) yang pada tahun 1980-an tengah gencar-gencarnya pemerintah dan aparat melakukan operasi pemberantasan preman dengan tembak di tempat.
” Hal itu juga memancing saya untuk menjadi lawyer, sebagai pembela hukum dan pembela HAM.Batin saya menangis melihat penindasan,” cetus Halim yang menegaskan dirinya tidak menyukai adanya kezaliman dan ketidakadilan.
tya
1 comment