Banjarmasin, BARITO – FKPT (Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme) Kalsel melakukan kunjungan ke Provinsi Kalimantan Tengah, Jum’at (5/7).
Rombongan FKPT diterima Kepala Kesbangpol Kalteng, Agus Pramono yang kemudian dilanjutkan dengan silaturrahmi dan dialog di Aula Kesbangpol Provinsi Kalteng di Kota Palangkaraya.
Rapat FKPT Kalsel dengan Pemprov Kalteng dihadiri sejumlah pejabat di lingkungan Kesbangpol, pengurus FKPT Kalteng
Rombongan FKPT Kalsel yang terdiri dari Mariatul Asiah, Aliansyah Mahadi, Fathurrahman, Syauqi Mubarak Seff, Siti Khadijah, Noorhalis Majid, serta Firmansyah, Kabid Kewaspadaan Kesbangpol Kalsel dan Staf Sekretariat, Abdul Hadi, Tuti dan Dayah.
Agus Pramono mengatakan bahwa Kalsel itu menurut tokoh adat Kalteng, M Usop, adalah saudara tua dari Kalteng. Dalam soal radikalime, Kesbangpol dan FKPT terus memantau, agar situasi tetap kondusif.
Pramono juga mengatakan perbandingan jumlah penduduk dengan luas wilayah
Ada dua peristiwa di tahun 2001, pertama rencana pertemuan dunia tentang peringatan keberagaman penduduk dunia, dilaksanakan di KM 33 Palangkaraya. Peristiwa kedua adalah konflik etnis yang sangat menghebohkan dunia. Kedua peristiwa tersebut saling bertolak belakang.
Ketika sekarang ingin dijadikan ibu kota provinsi, Agus mengatakan bahwa itu sesuatu yang sangat tepat, sesuai dengan ramalan dan harapan presiden Soekarno, karena selain letaknya yang strategis, juga karena sumber daya alamnya yang masih sangat kaya. Penduduknya juga sangat ramah. Masyarakat di sini punya filosofi tentang rumah Betang, bahwa hidup itu tanpa sekat, jujur, saling berbagai karena hidup bersama, setara, dan patuh pada hukum yang disepakati. Kalau melanggar akan kena jipen dan harus ditaati.
Sementara itu Firmansyah, mewakili Kebangpol Kalsel, menyampaikan tentang kondisi situasi Kalsel pasca Pemilu 2019, situasinya kondusif. Kewaspadaan tetap harus dilakukan, karena peristiwa yang terjadi di Kalteng atas ditangkapnya 32 orang terduka radikalisme – terorisme, sangat mengejutkan kita.
Syamsuri Yusuf, Kabid Agama FKPT Kalteng, mengatakan bahwa kami sudah mendatangi terduga teroris yang telah diamankan Polda Kalteng. Kami mendatangi suami istri yang sudah diamankan tersebut, dan memang narasi yang disampaikan bahwa pemerintah yang ini thogut, tidak sesuai dengan ajaran Islam. Mereka mengakui memiliki jaringan ke luar negeri melalui media sosial. Jaringan ini memberikan informasi dan modal untuk bergerak, berjihad.
Noorhalis Majid, Ketua Bidang Pemuda, menanyakan dampak lain dari keramahan orang Kalteng yang dapat dimanfaatkan kelompok radikal bersembunyi. Pemuda dan narkoba yang sangat marak, berkelindan dengan isu radikal. Problem perebutan sumberda daya alam yang dapat dimasuki kelompok radikal, juga dapat menjadi potensi. Noorhalis juga menanyakan Islam simbol yang semakin menguat dan dapat menjadi potensi konflik.
Agus Pramono, mengakui besarnya pengaruh narkoba. Kalteng memiliki gerakan bersinar, bersih dari narkoba. Berbagai kegiatan serta membentuk satgas. Pemerintah juga memberikan bonus prestasi untuk menyelesaikan masalah narkoba.
Tentang menanyakan tamu yang datang, pemerintah sudah menghimbau untuk mengaktifkan siskamling, lapor 1×24 jam. Berbagai kewaspadaan melalui babinsa dan babinkamtibmas juga ditingkatkan.
Kemudian dalam hal sumber daya alam, terjadi perubahan budaya setelah adanya sawit. Dulu waktu menanam karet, dia yang menetukan harga, sekarang saat menanam sawit, perusahaanlah yang menentukan.
Tentang simbol-simbol muslim, jumlah muslim memang mencapai 75%, namun kami tidak mengenal minoritas dan mayoritas, semua diayomi.
Syauqi Mubarak Seff, Koordinator Bidang penelitian, mengatakan bahwa konflik di berbagai wilayah lebih banyak karena sumber daya alam. Sekarang ketika ada terduga teroris, apakah akibat rencana kepindahan ibu kota negara? Soal terapar radikal, Syauqi meragukan deradikalisasi dengan mendatangkan ustad . Karena mereka tidak akan mau mendengar kalau bukan dari kalangan mereka. “Perkembagan materi yang diajarkan rois di sekolah apakah juga terpantau?. Apakah guru-guru agama juga masih menjadi rujukan di tengah masyarakat,?” cetusnya.
Agus Pramono menjelaskan, kelompok radikal yang datang ke daerahnya adalah dalam rangka menenangkan diri. Namun belakangan, selain menenangkan diri, juga mempersiapkan diri untuk melakukan aksi di Jakarta. Mereka dari JAT pimpinan Abu Hamzah.
DR Sabian Usman, Kabid Pemuda FKPT Kalteng, menyampaikan hasil penelitian tentang potensi radikalisme di Kalteng. Daya tangkalnya ada pada ketahanan budaya.
Sementara itu Aliansyah Mahadi, Wakil Ketua FKPT Kalsel, menanyakan dukungan kesbangpol terhadap FKPT Kalteng. Sementara itu Fathurrahman, Ketua Bidang Media, mengusulkan sinergi yang dapat dibangun di wilayah perbatasan, terutama menyasar kalangan pemuda dan pelajar agar mereka tidak terpapar radikalisme. Duta Damai Kalsel dan Duta Damai Kalteng bisa membuat program bersama menyasar anak muda.
Diakhir acara, Agus Pramono, menceritakan hubungan dagang orang Banjar dengan dia yang berasal dari jawa, dalam hubungan itu ada kepercayaan, kejujuran, menggambarkan kuatnya kebersamaan melalui perdagangan. Soal ajakan kerjasama atau kolaborasi di wilayah perbatasan, Agus menyambut baik untuk dilaksanakan, dapat berkolaborasi dengan forum pemuda kerukunan umat beragama.tya/ril