Banjarmasin, BARITO
Kecerdasan intelektual yang dimiliki para ilmuan penyandang gelar mulai dari sarjana, doktor bahkan profesor cenderung jalan di tempat. Padahal, gagasan dan pandangan para ilmuan sangat dibutuhkan masyarakat.
Melihat kondisi itu, Anggota Forum Silturahmi Doktor Indonesia (Forsiladi) Kalsel, Dr Datu Abie Audah, menyayangkan karena fungsi para ilmuan kebanyakan berhenti saat sudah mendapat gelar.
“Ini misalnya, jangan setelah jadi doktor tidak berbuat apa-apa. Karena harusnya bisa dioptimalkan, seperti menulis buku, membuat seminar atau kegiatan lainnya yang dapat menjadikan sebuah pemikiran baru dalam peningkatan lirerasi masyarakat,” katanya saat dihubungi via Whats App, Minggu (19/12).
Abie melanjutkan, oleh sebab itu pihaknya yang tergabung dalam Forsiladi Kalsel, terus menggerakkan para ilmuan khususnya anggota Forsiladi agar perannya sebagai doktor jangan sampai hanya sekedar gelar atau title.
Bagi Abie, sejatinya para ilmuan adalah pengaplikasian kecerdasan intelektualnya bisa diterus diterapkan ke masyarakat sehingga menjadikan ilmuan yang berkarakter yang lebih diakui dan dipandang masyarakat.
“Forsiladi terus bergerak mengoptimalkan perannya sebagai ilmuan dan dalam dekat ini kami juga bergerak dalam hal sosial seperti membantu korban bencana banjir yang melanda Kalsel,” ucapnya.
Terpisah, Ketua Forsilad Kalsel, Dr Jarkawi menyatakan sependapat
terkait apa yang disampaikan Dr Abie. Baginya, peran Forsiladi sejatinya berkembang tumbuh menjadi bagian masyarkat agar meningkatkan sumber pengetahuan dan kecerdasan intelektual.
Kemudian, akademisi Uniska ini mengartikan bahwa kecerdasan intelektual adalah yang kerap digunakan untuk mengukur dan kemampuan seseorang dalam memahami gagasan, memecahkan masalah, mempelajari berbagai hal, hingga berpikir dan bernalar.
Bahkan sering digunakan sebagai persyaratan masuk sekolah dan perguruan tinggi, atau bahkan saat melamar pekerjaan tertentu.
Penulis : Hamdani