Tamban, BARITOPOST.CO.ID – Kasus gagal panen petani padi hampir di seluruh wilayah Kalimantan Selatan (Kalsel), tidak terkecuali di Kecamatan Tamban, Kabupaten Barito Kuala (Batola) sepanjang tahun 2022 lalu masih menghantui masyarakat petani di daerah itu.
Hal itu terungkap saat anggota DPRD Provinsi Kalsel, Dr H Karlie Hanafi Kalianda, SH, MH melaksanakan kegiatan reses untuk penyerapan aspirasi masyarakat di 16 desa di wilayah Kecamatan Tamban, Kabupaten Batola pada 11 sampai 18 Juni 2023.
Sebanyak 16 desa di Kecamatan Tamban yang didatangi Karlie Hanafi untuk melakukan reses adalah Desa Jelapat Baru, Jelapat I, Desa Tinggiran II Luar, Purwosari I, Tamban Muara, Purwosari Baru, Tamban Bangun, Sidorejo, Purwosari II, Desa Damsari, Desa Koanda, Desa Tamban Sari Baru, Desa Tamban Bangun Baru, Desa Tamban Kecil, Tamban Muara dan Desa Sekata Baru.
Baca Juga: Datangkan Barista Profesional Gelar Sharing Session dan Latte Art Battle
Kabupaten Batola adalah daerah produsen atau penghasil beras di Kalsel termasuk Kecamatan Tamban. Namun akibat serangan hama tungro yang mengakibatkan gagal panen hampir sekitar 70 hingga 80 persen, sehingga padi yang dihasilkan hanya sekitar 20 sampai 30 persen saja.
Saat ini di beberapa desa di wilayah Kecamatan Tamban, tanaman padi sudah tampak tumbuh subur menghijau, namun hal itu tidak membuat masyarakat petaninya merasa tenang, karena ada kekuatiran sewaktu-waktu hama tungro kembali menyerang.
“Hampir semua warga yang saya datangi menyampaikan kekuatiran serangan hama tungro kembali terjadi. Sebab serangan hama tungro itu mengakibatkan hampir 80 persen gagal panen, artinya hasil panen hanya berkisar 20 persen saja,” ujar Karlie Hanafi.
Ketua Fraksi Partai Golkar DPRD Provinsi Kalsel ini mengatakan hama tungro umumnya menyerang padi lokal.
“Dan kebetulan sekali tanaman masyarakat di daerah yang saya datangi ini memang padi lokal,” ujarnya seraya menambahkan bahwa persentasi masyarakat yang mengandalkan pertanian padi sebagai mata pencaharian utama.
Baca Juga: Pj Bupati Mujiyat Targetkan Pembangunan Pelabuhan Penghubung Bakumpai dan Marabahan
Dampak gagal panen hampir di seluruh wilayah Provinsi Kalsel mengakibatkan harga beras lokal saat ini naik tajam, seperti Unus Mutiara atau yang sebelumnya mencapai Rp18.000 per liter saat ini naik menjadi Rp22.000 per liter, Unus Mayang juga naik dari Rp18.000 menjdi Rp20.000 per liter, Siam Unus dari Rp13.000 menjadi Rp15.000 sampai Rp16.000 per liter. Sedangkan jenis beras unggul, seperti beras Jawa dan lain-lain relatif masih bertahan harganya.
Karlie Hanafi juga telah menyampaikan kepada warga bahwa hasil kaji banding ke daerah lain tentang serangan hama tungro, salah satu upaya untuk mengatasinya adalah dengan mengganti varietas yang ditanam. Sedangkan solusi lainnya dengan membakar lahan yang terkena serangan.
“Hal ini bisa dilakukan, melalui instruksi gubernur yang pelaksanaannya diawasi secara ketat, pada jam tertentu dan luasan tertentu pula, sebab bila dilanggar bisa menimbulkan ancaman karhutla atau kebakaran hutan dan lahan,” pungkasnya.
Penulis/Editor/* : Sophan Sopiandi
Follow Google News Barito Post dan Ikuti Beritanya