Pelaihari,BARITO – Usaha Kecil Menengah (UKM) yang berada di Jalan Ibunda Rt 5 Desa Tirta Jaya Kecamatan Bajuin berupa pengolahan kue Getuk, hanya dikemas dalam kantong plastik berwarna putih bening dengan isi Getuk sebanyak 5 buah. Namun kini produk kue Getuk tersebut diberikan branding atau merek dan kemasan plastik khusus yang memuat 1 kue oleh Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskomifo) Kabupaten Tanah Laut.
Meski bukan makanan khas daratan Kalimantan namun khas dari Jawa, kue Getuk ini bahkan kini tengah mempersiapkan diri untuk mengikuti lomba agar Go Internasional. Lewat program Kominfo RI bernama IDENTIK, adalah salah satu pintu gerbang mengikuti ajang bergengsi Internasional ASEAN ICT Award (AICTA). AICTA merupakan program prestesius ditingkat negara ASEAN yang menjadi tolak ukurnya adalah inovasi dan kreativitas serta menawarkan kesempatan bisnis, dan mempromosikan hubungan dagang sambil meningkatkan kekuatan ICT ASEAN.
Kaitannya dengan branding dari Diskominfo mengingat produsen kue Getuk adalah salah satu anggota Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) Desa Tirta Jaya. KIM merupakan kelompok yang berasal dari masyarakat oleh masyarakat untuk masyarakat yang dibentuk oleh desa dan KIM Tirta Jaya pun mendapat SK dari Bupati Tala pada tahun 2018 lewat Diskominfo Tala.
Branding yang diberikan Diskominfo Tala bertuliskan “Getuk D Tiya” atau Getuk Desa Tirta Jaya.
Ketua KIM Tirta Jaya Junaidi Rabu, (28/7) mengatakan, dalam KIM sendiri ada juga memuat cara pembuatan berita didesa berikut pengambilan foto, sementara kaitannya dengan Geruk D Tiya karena dalam masa pandemi covid-19 ini justru KIM harus memunculkan hal-hal yang inovatif untuk disajikan kemasyarakat.
”Getuk D Tiya salah satu UKM yang ada dimasyarakat yang telah berjalan selama 18 tahun, sehingga berkeyakinan dimasukan dalam lomba Identik dan Getuk D Tiya sendiri sudah mendaftarkan pada ajang lomba tersebut,”jelas Junaidi.
Sementara itu Siti Mukaromah,S.Kom selaku Kasi Kemitraan, Penyiaran dan Informasi Publik Diskominfo Tala mengungkapkan, KIM merupakan patnernya pemerintah untuk desiminasi informasi. Kaitannya dengan kue Getuk menjadi prioritas karena produsen Getuk anggota KIM Desa Tirta Jaya. Mereka saat itu kesulitan untuk penjualan dalam skala besar.
“Usaha Getuk ini sudah berjalan selama 18 tahun serta tidak terpengaruh pada kondisi pandemi covid-19, sehingga usaha ini sudah berdaya guna untuk masyarakat setempat, sudah ada petani singkongnya, ada pekerja untuk proses packing kue Getuk, serta membantu proses pengolahan. Tadinya Getuk ini tidak punya Brand, maka Kominfo Tala memberikan Branding pada kemasan Getuk berikut desainnya agar ketika menyentuh pasar yang besar atau lebih luas dapat tampil standar atau layak,”papar Siti.
Ia menambahkan, Diskominfo juga membantu mengarahkan untuk proses perijinannya seperti apa jika kelak Getuk ini ingin Go Public. KIM Tirta Jaya ini ada 2 lomba yang diikuti pertama Wira Desa dari Kemenristek RI dan dari Kementerian Kominfo RI atau IDENTIK untuk nama lombanya. Dalam Identik ada 6 kategori, namun KIM Tirta Jaya melalui produk kue Getuknya mengikuti pada kategori Research Development.
Saikun, selaku produsen kue Getuk mengungkapkan, kenapa jadi memilih kue Getuk mengingat ketersediaan Singkong di Desa Tirta Jaya begitu melimpah namun tidak termanfaatkan.
“Getuk dalam proses pembuatannya tidak terlalu ribet dan soal rasa juga enak kalau dibandingkan kripik singkong. Getuk juga banyak disukai masyarakat. Dalam keadaan pandemi covid-19 tidak berpengaruh, justru omset meningkat,”kata Saikun.
Pengerjaan kue Getuk oleh Saikun bersama istrinya dilakukan setiap hari dan dimulai dari pukul 23.00 wita hingga sampai pukul 04.00 wita, mengingat Getuk ini harus sudah dikirim ke pasar Subuh dihalaman Plaza Bajuin mulai pukul 05.00 wita. Sekali produksi Getuk, Saikun memerlukan singkong sebanyak 70 Kg atau 1 karung dengan jenis singkong tertentu.
Harga pun cukup terjangkau, hanya Rp 800 per biji yang dikemas isi 5 biji. Saikun mengakui, dalam setiap penjualan Getuk tidak pernah bersisa.
Penulis: Basuki