Meski Sumber Penghasilan Berubah Taraf Hidup Masyarakat Harus Meningkat

by admin
0 comments 2 minutes read

Dr H Karlie Hanafi Kalianda HK SH MH

Banjarmasin, BARITO – H Karlie Hanafi Kalianda, anggota DPRD Kalimantan Selatan mengingatkan kepada masyarakat, khususnya di Kabupaten Barito Kuala, agar perubahan sumber mata pencarian mereka, yang kini sebagian beralih dari petani padi (sawah, red) ke petani sawit dan jeruk.

Seyogyanya perubahan itu makin meningkatkan taraf hidup mereka kedepannya, bukan malah sebaliknya, karena adanya perubahan sumber penghasilan berakibat taraf hidup menurun.

Pandangan itu dilontarkan Karlie Hanafi anggota Komisi II yang membidangi ekonomi dan keuangan setelah dirinya  melaksanakan kegiatan reses di daerah pemilihan Kabupaten Batola pada bulan November 2018.

Dari hasil reses, ujar Karlie, khusus di Dapilnya Kabupaten Batola, sekarang ada perubahan sistem mata pencarian (sumber penghasilan, red), dimana masyarakatnya tadinya bertani sawah (padi, red) sekarang mulai beralih bertani Sawit dan Jeruk.

“Dengan peralihan itu, kita perlukan nanti penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat, baik itu terkait pangan maupun taraf kehidupan mereka,” ujar Karlie Hanafi kepada wartawan, Jumat (1/2/2019) di Banjarmasin.

Perlunya penyuluhan tersebut, lanjut Karlie, karena kalau masyarakat berpindah sumber penghasilannya, maka itu harus maksimal mereka garap dan lebih meningkat taraf hidupnya, dibandingkan saat mereka bertani padi (sawah, red). “Artinya meninggalkan yang lama, kita berubah yang baru, tentunya harus lebih baik dari yang lama,” tandasnya.

Ketua Fraksi Partai Golkar Kalsel ini menuturkan, sebagian masyarakat di Batola yang tadinya bersawah hasil padinya untuk makan satu tahun dan lebihnya bisa di jual, tapi sekarang stop malah berpindah bertani sawit dan jeruk, maka kita menghendaki perubahan mata pencarian itu lebih bagus dari mata pencarian yang lama.

“Adanya perubahan sistem mata pencarian ini yang harus kita rawat bersama-sama, baik eksekutif maupun dewan, agar masyarakat hidupnya lebih baik lagi,” ingatnya.

Ia contohkan, bibit tanaman yang dibutuhkan masyarakat harus lebih baik, kemudian jangan terlalu banyak jaringan mata rantai pemasaran serta harganya yang kompetitif.

Selain itu yang juga harus diperhatikan nilai tambah dari produk pertanian. Karlie mencontohkan, seperti di Batola sebagai daerah sentra Jeruk, maka perlu ada investasi untuk pengolahan dan manufaktur, agar jadi nilai tambah dan menambah penghasilan masyarakat.

“Saat ini komoditi jeruk itu dibawa ke  Jawa dengan harga per kilogram Rp3.000 dan di tingkat pengecer Rp5.000 per kilogram,” pungkasnya.sop

Baca Artikel Lainnya

Leave a Comment