Banjarmasin, BARITO – Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Kalimantan Selatan H Saibani meminta pemerintah melakukan evaluasi terhadap kebutuhan gas LPG bersubsidi 3 Kg (gas melon) untuk warga miskin. Bahkan sangat perlu dengan adanya regulasi baru untuk LPG 3 Kg tersebut.
Sebab saat ini terjadi pergeseran ekonomi, akibat pandemic Covid-19, Pemberhentian Hubungan Kerja (PHK), dan work from home (WFH -bekerja di dalam rumah), sehingga kebutuhan gas LPG melonjak drastis di tengah masyarakat. “Ya, kondisi lonjakan permintaan memunculkan harga yang tinggi untuk LPG 3 Kg, hingga mencapai Rp40 ribu pertabung dijual dieceran,” tutur H Saibani dampingi sekretarisnya H Irfani MT dalam keterangan, Selasa (25/8/2020).
Padahal, sambungnya, harga eceran tertinggi (HET) LPG 3 Kg telah ditentukan pemerintah hanya Rp17.500 pertabung, sehingga membuat gejolak di masyarakat, akibat adanya harga LPG 3 Kg melambung, di luar ketentuan.
“Telah dicek di pasaran, kami akui harga memang di atas HET, namun harga tersebut ditemukan di tingkat pengecer misalnya toko atau warung. Kami mohon maaf tidak bisa mengendalikan hal tersebut karena kapasitas kami hanya menyalurkan ke agen dan pangkalan sudah sesuai HET yang ditetapkan Rp 17.500,” ucapnya.
Meski demikian, Ia memahami ada indikasi permainan harga di tingkat pengecer. “Ya, tidak lepas dari permintaan gas LPG 3 Kg yang melonjak selama pandemic covid-19. Coba cek, baru 2 minggu ini harga gas LPG 3 Kg melonjak. Padahal sejak Januari sampai Juli 2020, harga LPG 3 Kg sangat dingin alias kelebihan stok,” katanya.
Saibani mencontohkan, dengan lonjakan harga LPG subisidi, karena para pengecer sengaja membeli gas LPG 3 kg dari warga kurang mampu dengan harga lebih tinggi kisaran Rp 25.000, yang kemudian pengecer menjual lagi ke masyarakat umum seharga Rp 30.000-40.000 per tabung. “Hal ini sangat kami sayangkan, apalagi ada beberapa tangan yang menjual gas subsidi, sehingga dari HET Rp17.500 menjadi sampai di luar HET Rp40.000,” tandasnya.
Untuk itu, Ia pun meminta masyarakat yang mampu atau kaya sebaiknya bisa membeli gas non subsidi yakni 5,5 Kg atau 12 Kg. Sebab LPG non subsidi sangat berlimpah. “Kalau orang-orang kaya beli LPG non subsidi, pasti kouta LPG subsidi dapat terpenuhi bagi masyarakat yang tidak mampu,” katanya.
Senada itu, H Irfani MT menyebutkan, Hiswana Migas Kalsel melalui para agen telah melakukan operasi pasar (OP) setiap hari. “Coba cek ke pangkalan-pangkalan, pasti ada distribusi OP dari agen untuk hari ini dan selama dua minggu ke depan,” katanya.
Untuk OP hari ini Selasa (25/8/2020), ucap H Irfani MT yakni Kelurahan Pekauman 280 tabung, Teluk Dalam 200 tabung, Surgi Mufti 280 tabung, Sungai Jingah 200 tabung, Basirih 150 tabung, Surgi Mufti 180 tabung, Kelayan Barat 150 tabung, Kuin Selatan 260 tabung, Teluk Dalam 150 tabung, Kelayan Tengah 280 tabung, Kelayan Tengah 100 tabung, Kelayan Barat 150 tabung, Murung Raya 460 tabung, AKT 220 tabung, Basirih Selatan 160 tabung, Teluk Dalam 260 tabung, Pekapuran Raya 200 tabung, Pemurus Dalam 200 tabung, Karang Mekar 250 tabung, Benua Anyar 250 tabung, Pekapuran Laut 200 tabung, Sungai Miai 200 tabung, Alalak Utara 180 tabung, Teluk Dalam 150 tabung, Telawang 150 tabung, Sungai Andai 100 tabung.
Para agen yang mendistribusikan ke 26 unit pangkapan dalam OP yakni PT Citra Usaha Prima, Puskoppolda, PT Duta Borneo Raya, PT Khanari Insan Perkasa, PT Fajar Prima Makmur, PT Sabran Damai Bersama, PTAkomigas, PT Abadi Gunung Raja, PT Cahaya Sari Alam.
Penulis: Afdi