Hj Sya’diah Tetap Fit Menjelang 106 Tahun, Resepnya Rutin Tahajud dan Kada Bapamantang

JELANG 106 TAHUN-Hj Sya’diah (105) saat berfoto bersama penulis yang tak lain satu dari sekian puluh orang cucu beliau, Minggu (9/12). (gif/brt)

Umur panjang, suatu harapan yg diidamkan banyak orang di muka bumi ini, dan anugerah itulah yang dirasakan Hj Sya’diah. Nenek yang dipanggil cicitnya dengan sebutan Datu ini, tak lama lagi akan menginjak usia 106 tahun alias seabad lebih. Yang mencengangkan, beliau tetap fit masih mampu berjalan dan tanpa ada rasa takut saat dibonceng menggunakan motor, seperti saat disambangi Barito Post, Minggu (9/12) kemarin siang di RM Lima Rasa Jalan A Yani Km 3,5 Banjarmasin.

Tanpa dibantu beberapa putra yang membawa beliau saat hajatan aqiqahan dari salah satu cicitnya tersebut, Sya’diah nampak santai menikmati hidangan prasmanan. Bahkan saat diminta berswafoto, beliau dengan tanggap langsung berpose bersama penulis yang tak lain adalah satu dari sekian puluh cucu dari juriat kakak ipar beliau ulama Banjarmasin, (alm) KH Aliman Suni.

Respon tanggap seperti ini artinya, kemampuan mendengar dan melihat datu Sya’diah masih normal di usianya yang melewati senja itu, bahkan masih lancar saat diajak ngobrol. “Nyaman banar masakannya,” ucapnya meski terdengar pelan usai menikmati hidangan di hadapannya.

Sembari didampingi salah satu putranya, H Emboh menerangkan kalau sang bunda tidak pernah ada pantangan memakan makanan apapun. Makanan dan minuman wanita kelahiran tahun 1913 ini tergolong ‘ekstrim’ bagi orang seusianya. “Aku masih katuju mengopi hirang, makan durian ya jua,” sahut datu Sya’diah menimpali putranya.

Ya, memang kata Emboh, sang ibu sejak masih usia muda hingga saat ini tak pernah lepas dari namanya kopi dan buah durian. “Untuk urusan buah, durian nomer satu bagi beliau. Bahkan pernah sampai menghabiskan 4 biji durian untuk beliau sendiri. Makanan kesukaan beliau lainnya seperti sate hingga iwak karing telang (ikan asin,red),” ucap Emboh menimpali.

Apakah hanya itu resep beliau?. “Ya, makanan kada bapamantang lawan banyaki batahajud selain lima waktu, zikir lawan shalawat,” ucap Sya’diah yang menurut Emboh memang tak lepas dari sholat Tahajud setiap malamnya, yang selalu disambung dengan sholat Subuh yang disambung dengan menikmati TV saat tayangan tausiyah di berbagai stasiun TV swasta.

Diketahui, Sya’diah merupakan ibu dari 12 anak, 30an lebih cucu dan belasan cicit, saat ini tinggal di Jalan Sutoyo S Gg 19 Banjarmasin Barat bersama Emboh, yang merupakan putra keempat setelah yang tertua saat ini bernama Mamar, Ahmad, Suryadi, Emboh, Emil, dan Ali, sedangkan 6 saudara mereka sudah meninggalkan dunia lebih dulu. “Bahkan kakak kami, Mamar yang terkena stroke saat ini, juga tak lepas dari perawatan beliau. Ke majelis taklim pun beliau masih rutin, dan di usia 90 tahunan, beliau masih fasih mengajar mengaji. Bepergian dengan pesawat pun masih kuat, seperti terakhir ke Surabaya dan Balikpapan dalam berbagai acara. Bahkan pernah saya bonceng dari Landasan Ulin, tak ada masalah,” papar Emboh.

Diketahui, Sya’diah merupakan salah satu putri dari Alimul Fhadil Qodhi  Syekh KH Ahmad Zainal Aqli Dalam Pagar Martapura atau biasa bergelar Amat Jagau, yang ditunjuk pemerintah sebagai imam tentara RI saat zaman penjajahan Belanda kala itu. “Kai kami masih satu juriat dari Datu Kalampayan,” jelas Emboh.

Sekadar flashback, Sya’diah yang mengalami langsung masa penjajahan Belanda, Inggris, dan Jepang, menyebutkan saat tengah terjadi invasi tentara Jepang yang memborbardir dengan artileri berat di kawasan Kabupaten Banjar di awal tahun 40an itu, oleh ayahnya sempat disembunyikan di salah satu area pemakaman di Keraton Martapura. “Bomnya kada babunyi lalu pas aku basambunyi di sana cu ae, (suara bom tidak terdengar saat saya bersembunyi di area pemakaman tersebut),” ucap Sya’diah menceritakan kesaktian sang ayah saat menyelamatkan keluarga dan warga lainnya di kawasan itu.

Itulah sekelumit kenangan Sya’diah yang begitu disayang sang ayah, termasuk (alm) KH Zainal Ilmi Kelampayan yang tak lain adalah paman beliau. Perjalanan dan pengalaman hidup yang begitu panjang, selalu menyertai keseharian beliau dalam beraktifitas di usia yang mendekati 106 tahun ini, terutama dalam menjalankan berbagai kegiatan ibadah yang begitu dalam ditanamkan di lingkungan keluarga dan pendahulu beliau.

Bahkan ada tokoh olahraga dan real estate di Kalsel yang pernah tersentuh oleh asuhan tangan beliau, yang tak lain adalah H Anwar Hadimi yang sejak bayihingga usia 10 tahun, diasuh dengan penuh kasih sayang oleh Sya’diah.

Oleh: HM Arief Husaini Aliman

Related posts

Forum Ambin Demokrasi Nilai Pilkada Banjarbaru Demokrasi Hampa

Rakerprov Pertina Matangkan Persiapan Porprov 2025 Tala, Usia Atlet Maksimal 40 Tahun

PBFI Kalsel Usulkan Nomor Pertandingan PON Pada Porprov 2025 Tala