Banjarbaru, BARITO-Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kesehatan (Kemenkes), memperpanjang masa kampanye Imunisasi Measles-Rubella (MR) hingga 31 Oktober 2018. Perpanjangan masa kampanye itu dituangkan dalam surat Kemenkes per 20 September 2018.
Dengan perpanjangan masa imunisasi tersebut, Pemprov Kalsel melalui Kadinkes HM Muslim mengaku optimistis imunisasi di Kalsel semakin luas cakupannya.
“Capaian imunisasi MR di Kalsel sudah 40,95 persen. Dengan diperpanjangnya masa kampanye imunisasi MR maka memberi kesempatan besar bagi Kalsel untuk menaikkan cakupan imunisasi,” kata Muslim, akhir pekan lalu.
Menurut Kadinkes, pihaknya masih terus melakukan kampanye imunisasi MR ke sekolah dan masyarakat. Imunisasi masih akan diberikan ke sekolah-sekolah dengan menggandeng kepala daerah dan MUI.
Muslim menerangkan, Kabupaten Banjar merupakan daerah terendah cakupan imunisasi MR . Sementara cakupan imunisasi tertinggi di Kalsel adalah Kabupaten Tabalong.
Sedangkan Banjarbaru tercatat sebagai daerah dengan jumlah kasus positif rubella tertinggi, yaitu 37 kasus.
Selama ini, pihak Dinas Kesehatan di kabupaten juga gencar melakukan kampanye imunisasi. Bahkan, kata , Bupati Hulu Sungai Selatan (HSSU) turun langsung ke masyarakat menggandeng MUI untuk mengkampanyekan imunisasi MR.
Dia mengakui bahwa cakupan imunikasi MR di Kalsel masih jauh dari target 95 persen. Sehingga awal bulan ini dilakukan evaluasi cakupan imunisasi dengan menghadirkan kepala dinas kesehatan di seluruh kabupaten kota di Kalsel.
Dia menerangkan, pada dasarnya rubella bisa sembuh jika menyerang orang yang memiliki tubuh sehat. Rubella hanya berdampak besar bagi ibu hamil.
Pada 31 Oktober, menurut Riswandi, masa kampanye berakhir dan dilanjutkan imunisasi rutin.
“Setelah Oktober masih tetap gratis, ya kita harapkan tetap gratis, yang penting sekarang dalam masa kampanye masyarakat lebih mudah untuk imunisasi karena kita juga turun ke sekolah-sekolah yang siap diimunisasi,” bebernya.
Pada bagian lain Muslim membenarkan adanya hasil laboratorium yang menyatakan 37 sampel darah positif rubella. Hasil laboratorium tersebut adalah hasil yang disampaikan laboratorium bukan dibuat oleh Dinkes.Sementara itu Kadinkes Kota Banjarbaru, Agus Widjaja menambahkan hasil laboratorium atas sampel darah yang mereka kirimkan telah mengirimkan hasil laporan sampel yang positif rubella.
Dalam surat resmi dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI kepada Dinkes provinsi Kalsel tertulis 47 sampel serum yang diterima dari Dinkes Provinsi Kalsel pada bulan Agustus dan September 2018, telah dilakukan pemeriksaan campak dan rubella dengan metode ELISA. Diketahui hasilnya 38 sampel positif IgM Rubella, tujuh sampel negatif IgM Rubella, dan dua sampel equivocal IgM Rubella.
“Suratnya juga sudah ada di saya, sudah ada tandatangan kepala pusat penelitian dan pengembangan biomedis dan teknologi dasar kesehatan,” ujarnya.
Agus juga menuturkan bahwa berkait adanya keraguan sekolah akan hasilnya, pihaknya segera menyerahkan salinan hasil laboratorium kepada sekolah yang membutuhkan bukti hasil laboratorium.
“Ini hanya hasil, dan semua yang terkena rubella sudah sembuh, tinggal orangtua agar mau mengijinkan anaknya untuk diimunisasi MR, dan kepala sekolah izininkan kami untuk memberi imunisasi MR untuk anak didik, kita cegah bertambahnya kasus rubella di Banjarbaru dengan mau imunisasi,” bebernya.
Data Kemenkes RI menyebutkan bahwa berdasarkan laporan provinsi ke Kemenkes sampai 24 September 2018, provinsi dengan cakupan imunisasi tertinggi adalah Papua Barat dengan 91,83 persen dan Bali 87,47 persen.
Sementara itu, provinsi lain yang hingga saat ini capaian imunisasinya masih berada di bawah rata-rata nasional, antara lain: Aceh 4,94 persen, Riau 26,70 persen, Sumatera Barat 27,30 persen, Nusa Tenggara Barat 37,47 persen. Provini Kalimantan Selatan 38,61 persen, Sumatera Utara 39,50 persen, Bangka Belitung 40,64 persen, Kepulauan Riau 43,31 persen, Kalimantan Utara 49,51 persen, dan Sumatera Selatan 50,76 persen.ant