Banjarmasin, BARITOPOST.CO.ID – Pemerintah Kota Banjarmasin, tidak lama lhi akan
mengoperasionalkan rumah budidaya maggot di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Basirih di Jalan Soebardjo, Kelurahan Banjarmasin Selatan.
Menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Banjarmasin, Alive Yoesfah Love, direncanakannya September 2024 mendatang rumah maggot sudah beroperasi.
Namun hal itu tergantung dengan
anggaran perubahan yang akan dibahas bulan Agustus ini. Jika disetujui maka septembernya bisa dijalankan sesuai harapan.
Baca Juga: Proyek Rumdin Wali Kota Digarap Lagi, Desember Ditarget Selesai
“Rencana di tanggal 15 Agustus sebelum September perubahan sudah disetujui karena kalau terlambat ke dewan harus kelengkapan baru dan kelengkapan itu perlu waktu lagi,” ucap Alive saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (5/8/2024).
Tak dipungkiri Alive, sebelumnya ada rencana pengoperasionalan rumah maggot menggunakan dana CSR.
Namun percobaan itu, kurang maksimal karena dana bantuan CSR hanya bisa dilakukan sekali operasional saja.
“Ada kemarin dari bank daerah bantu sekitar Rp. 10 juta, tapi hanya bisa sekali jalan saja tidak bisa berkelanjutan. Makanya kita tahan dulu menunggu anggaran,” jelasnya.
Sementara jika benar-benar beroperasional dan memproduksi lava lalat itu hingga berhasil dipasarkan. Tentunya ada pemasukan untuk biaya operasional berkelanjutan.
Terlebih potensi budidaya maggot menurutnya cukup menjanjikan karena maggot bisa menjadi pangan burung, umpan mancing, bahkan bisa jadi bahan baku kosmetik.
“Sebelum kita produksi pun ada salah satu calon pembeli itu minta 1 hingga 2 ton dalam sebulan. Tentunya dengan ini ada peluang kita,” tuturnya.
Adapun budidaya maggot sendiri seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya untuk mengatasi persoalan sampah organik di Kota Banjarmasin.
Mengingat produksi sampah organik mencapai 52 persen dari jumlah keseluruhan sampah berbagai jenis yang diproduksi setiap harinya.
Baca Juga: Camat Barat dan Corporate Bagikan Ratusan Bandera Merah Putih
“500 sampai 600 ton sampah, separo saja bisa kita kelola dan atasi itu lumayan mengurangi,” ujarnya.
Rencananya jika sudah berjalan, kebutuhan untuk makan ulat maggot ini tidak hanya menyasar sisa sampah sayur busuk di pasar-pasar saja. Tapi juga termasuk sampah organik yang dihasilkan dari hotel, restoran, rumah makan dan lainnya.
“Maggot ini rakus sekali, 1 gram telur maggot itu mampu habiskan hingga 4 ton sampah. Jadi kita optimalkan produksi sampah organik yang ada,” akhirnya.
Adapun untuk penganggaran operasional rumah maggot yang sudah dibangun sejak tahun 2022 itu sekitar Rp. 160 juta.
Penulis : Hamdani
Follow Google News Barito Post dan Ikuti Beritanya