Banjarmasin, BARITO – Ahmad Suaedy, penulis buku “Jokowi Periode Kedua” yang diterbitkan LKiS Yogyakarta, hadir di Kampung Buku mendiskusikan buku yang ditulisnya, Jumat, (25/10).
“Sejumlah pendapat melalui hasil penelitian yang memotret Indonesia, hasil potretnya menggambarkan Indonesia yang masih bermasalah dalam soal toleransi. Namun faktanya, pemenang pemilu dipersepsi sebagai pengusung toleransi,” kata Ahmad Suaedy, mengawali paparannya.
Karena itu, imbuhnya, tidak dapat dikatakan bahwa pemilu ini merupakan pertarungan antara agama dan sekuler. Pemenangnya bukan yang sekuler ataupun yang agama.
“Kita sedang menemukan yang disebut populis oligarkhi, yang mengemas agama dan sekuler sekaligus untuk kepentingan politik,”lanjut Suaedy.
Selanjutnya dia membahas tentang terhadap Jokowi. Bahwa harapan utama adalah soal kewarganegaraan, agama, pemeluk agama minoritas.
“Bagaimana cara menyelesaikannya. Gus Dur pernah mencabut larangan Konghuchu. Karena itu larangan terhadap Ahmadiah harus dicabut maka masalah diskriminasi selesai,” paparnya.
Dia juga mengatakan bahwa pada tahun ini NU mengeluarkan larangan menyebut kata kafir. Karena semua kata katir tidak ada yang relevan dengan Indonesia. Kata kafir harus dihapus dalam relasi sosial. Dalam ajaran tentu masih ada, karena teksnya ada.
Puluhan anggota Komunitas Kampung Buku hadir dalam diskusi buku tersebut. YS Agus Suseno, Arif, Isra Ramli, Nurdin, Noval, secara aktif memberikan pendapat dalam diskusi tersebut. Acara dipandu oleh Noorhalis Majid, aktivis senior yang juga Kepala Ombudsman RI Perwakilan Kalsel.
YS Agus Suseno mempertanyakan semangat investasi dari Jokowi yang berpotensi mengundang kerusakan alam. Isra Ramli menanyakan soal alasan isu identitas yang mengemuka saat ini.
“Perlu ada perubahan paradigma dalam mengurus Indonesia ini,” kata Ahmad Suaedy. Perubahan itu, tujasnya, bisa dari atas ataupun dari bawah.
Soal radikalisme yang semakin menguat juga diangkat oleh Ahmad Suaedy. Dia berpendapat, penyelesaian radikalisme, akan dihadapi dengan radikalisme dalam bentuk yang lain, sehingga tidak menyelesaikan masalah.
Acara diskusi merupakan kerjasama antara LK3 Banjarmasin, Forum Komunikasi Pemerhati RRI Banjarmasin dan Komunitas Kampung Buku.
Penulis: Cinthia