DISKUSI-MUI Kalsel melalui Bidang Seni dan Budaya Islam MUI Kalsel melaksanakan Diskusi Revitalisasi Seni Budaya Islam dan Analisa Proses Awal Penulisan Alquran Mushaf Al Banjari.(foto : sophan-brt)
Banjarmasin, BARITO – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kalimantan Selatan berencana akan menciptakan Mushaf Alquran yang diberi nama Mushaf Alquran Al Banjari.
Rencana tersebut terungkap dari Diskusi Revitalisasi Seni Budaya Islam dan Analisa Proses Awal Penulisan Alquran Mushaf Al Banjari, Sabtu (19/10/2019) di Aula MUI Kalsel di lingkungan Masjid Sabilal Muhtadin Banjarmasin.
Ketua Pembina Seni dan Budaya Islam MUI Kalsel H Nasrullah AR menuturkan, perlunya Kalsel memiliki Mushaf Alquran Al Banjari, karena Kalsel ini daerah kekuatan Islam Indonesia nomor dua setelah Pulau Jawa.
Munculnya ide atau inisiasi menciptakan mushaf ini, lanjut Nasrullah, setelah pihaknya melakukan studi komparasi ke MUI Jawa Barat, MUI Banten dan MUI Pulau Jawa. Dari hasil kunjungan itu didapatlah ide perlunya Kalsel memiliki atau membuat Mushaf Al Banjari.
“Di Pulau Jawa sudah ada Mushaf Al Jawi, di Banten ada Mushaf Al Bantani dan di Jawa Barat ada Mushaf Al Sundawi, untuk di Kalsel akan kita beri nama Mushaf Al Banjari,” bebernya.
Kepada wartawan, Nasrullah menegaskan, kenapa harus ada Mushaf Alquran Al Banjari di Kalsel, karena kita harus menghidupkan budaya, namanya revitalisasi, sebab bila kita tidak mempunyai mushaf itu akan rugi di Kalsel.
Mantan anggota DPRD Kalsel periode 2009-2014 ini melanjutkan, Kalsel ini memiliki budaya itu dan kemampuan untuk melakukan penulisan mushaf tersebut. Karena mushaf ini punya kelebihan dari sisi desain.
Diungkapkannya kegiatan diskusi ini titik awal untuk melakukan penulisan, selanjutnya akan dibentuk tim riset yang terdiri dari ulama, kemudian bidang seni rupa, ahli budaya dan melibatkan provinsi lainnya di Kalimantan.
“Dari lima provinsi di Kalimantan ini akan menyatu dalam Mushaf Al Banjari,” cetusnya.
Langkah selanjutnya kembali nanti akan menggelar diskusi besar-besaran, namun untuk merealisikan ini kita perlu anggaran yang besar.
Nasrullah menyatakan pihaknya sangat berharap dukungan eksekutif dan legislatif dari sisi politik anggaran, karena dana yang dibutuhkan itu sekitar Rp17 miliar dan Alquran ini nanti dibagi gratis ke sekolah-sekolah dan tempat ibadah.
“Untuk merealisasikan mushaf ini memang harus didukung anggaran dari pemerintah daerah,” tandasnya.
Acara diskusi tersebut dibuka Gubernur Kalsel H Sahbirin Noor diwakili Sekretaris Daerah Provinsi Kalsel H Abdul Harris Makkie dihadiri Ketua Umum MUI Kalsel KH Husin Naparin, Lc, Ketua Baznas Kalsel Pangeran H Rusdie Effendie AR, Wakil Ketua DPRD Kalsel M Syarifuddin, perwakilan Forkopimda Kalsel, perwakilan Kanwil Kemenag Kalsel dan peserta diskusi.
Ketua Umum MUI Kalsel KH Husin Nafarin kepada wartawan menegaskan isi mushaf tidak berbeda dengan isi Alquran biasa.
“Membedakan dan memiliki keunikan tersendiri adalah seni ukirannya, seperti kaligrafinya,” ucapnya.
KH Husin Nafarin menambahkan tidak menutup kemungkinan setelah dibentuk mushaf ini untuk mengimbangi era digital karena mushaf ini akan dimasukan ke dalam aplikasi internet.
“Tidak menutup kemungkinan. Kita akan lakukan itu. Zaman sekarang kan serba internet. Sekarang kan zaman melenial atau eranya digital. Tapi dijaga catatan terjemahan dan substansinya agar tidak menyimpang,” pungkasnya.
Sementara itu Sekdaprov Kalsel H Abdul Haris Makkie menyampaikan terkait politik anggaran atau pembiayaannya, Pemerintah Provinsi Kalsel akan mendukung sepenuhnya meski belum memastikan kapan dananya di anggarkan.
“Pak Gubernur sebagaimana sambutan tertulisnya kalau itu urusan seni dan budaya dalam agama harus didukung,” ucapnya.
Penulis : sopian