Karena Pandemi, Berhenti Kerja Sopir hingga Jadi Panitia Masjid

by baritopost.co.id
0 comments 2 minutes read

Banjarmasin, BARITO – Dampak pandemi Covid-19 selama setahun lebih ini hampir semua aspek kehidupan, begitu juga dialami Isak Ansari (65), Jumat (14/5/2021). Mantan sopir truk ini memutuskan berhenti dari sopir truk agar kesehatan terjaga dan terhindar dari wabah virus Corona.

Kini warga Jalan Sungai Miai Banjarmasin Utaran itu menjadi panitia Masjid Arrahim Jalan Sultan Adam Kelurahan setempat. Bahkan ayah delapan anak ini ditugaskan menjadi petugas pemeriksa suhu tubuh menggunakan Thermogun bersama dua temannya.

Biasanya sebelum sholat Jumat dimulai, dia pun menunggu jamaah untuk memeriksa suhu tubuh warga saat mau mau masuk. Bahkan kalau jamaah tidak mengenakan masker, ia sudah menyiapkan masker sebanyak satu bungkus atai sekitar puluhan masker di tangannya untuk diberikan.

Di masjid Muhammadyah itu dia juga sambil memeriksa suhu tubuh sesekali mengingatkan jamaah untuk tetap menjaga jarak saat mengikuti sholat Jumat. Bersama sembilan panitia lain, Isak juga bergantian saat mengumandangkan adzan tiba sholat lima waktu lainnya.

Usai ditemui sholat Jumat tadi, Isak mengaku senang senang berpartisipasi dalam menegakkan disiplin Protokol Kesehatan (Prokes). “Kita lakukan ini sesuai Prokes, bahkan jaga jarak shap sholat terus dilaksanakan, “terang pria berkacamata ini.

Menurut Isak selain memang Thermogun, dirinya juga memegang botol hand sanitizer. “Biasanya disemprot bagi jamaah yang masuk masjid pada tangannya yang kering karena sudah berwudhu di rumah, “sebutnya.

Karena kalau jamaah berwudhu di belakang masjid tangannya masih basah dan kadang ada yang mau, namun ada juga tidak mau disemprot hand sanitizer

Isak yang pun lebih banyak datang ke masjid, karena sudah tidak bekerja sebagai Sopir di PT Hasrst Jaya. Beruntung istrinya masih warung makanan di rumah. “Jadi saya hanya bantu-bantu sedikit dan Alhamdulilah anak-anak semua sudah mandiri alias sudah bekerja, “bebernya.

Maklum sebagai sopir itu awalnya sudah jarang dipakai, lantaran biasa tiga kali tarikan atau rate kini hanya sekali. Sekali rate bawa pasir atau batu gunung Rp100.000,- nah saya diminta cuma sekali rate dan dalam seminggu, “ungkapnya.

Diapun mengaku banyak dibantu anaknya, sementara kalau menjadi pengurus masjid Arrahim cukup buat makan sehari-hari. “Namun di masa pandemi kali ini khawatir itu pasti ada, akan tetap saya yakin kalau kita disiplin prokes tersebut, Insyaallah terhindari dari terpapar Covid-19,”ingat Isak.

Di masjid Arrahim Jalan Sultam Adam itu pun sudah disiapkan ambulan kalau terjadi sesuatu. Namun Isak yakin jamaah mematuhi prosedur memutus mata rantai virus yang tidak terlihat oleh kasat mata tersebut.

Dia juga sering mengimbau bagi jamaah ada yang sakit atau tidak nyaman badan tidak boleh masuk masjid atau hanya boleh diluar. Terutama bagi para orang tua atau lanjut usia.

Semua itu sudah afa di spanduk imbauan dan prosedur prokes agar penularan Covid-19 dapat ditekan. “Jadi para lansia disarankan di luar dan sudah disediakan terpal untuk sholat, “tuturnya sambil membereskan terpal tersebut usai sholat Jumat.

Tugasnya setiap jumat itu diawasi langsung oleh Sekretaris pengurus masjid Arrahim H Eko.

Isak juga bersyukur rumah yang ditempati milik sendiri, karena dibandingkan rekan kerja semasa menjadi sopir masih ada rumah menyewa. Dengan demikian hal itu tidak menjadi beban baginya.

Penulis : Arsuma

Baca Artikel Lainnya

Leave a Comment