Kartini Dalam Panggung Politik dan Pembangunan

Banjarmasin, BARITO – Peran dan perjuangan Raden Ajeng Kartini di masa lalu telah menginspirasi kaum hawa, khususnya di Kota Banjarmasin saat ini. Menurut Dharma Sri Handayani, wanita selain berhasil menoreh prestasi di keluarga juga berhasil untuk menyejajarkan diri dengan kaum Adam.

“Mengambil peran-peran penting dalam bidang pembangunan, baik di pemerintahan, sektor swasta maupun di legislatif. Saat ini di Banjarmasin telah banyak wanita yang berkiprah serta mendedikasikan hidup dan pengabdiannya untuk daerah yang sama-sama kita cintai,” kata  Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Banjarmasin ini.

Menurutnya, perbedaan gender bukanlah hal yang berarti, karena tidak akan menghalangi wanita dalam berkarya. Terutama mendedikasikan diri untuk turut membangun di Kota Banjarmasin, perjuangan emansipasi wanita tangguh serta perjuangan untuk meningkatkan kesejahteraan kaum hawa, yang saat ini memiliki peranan penting didalam menjalani berbagai aktivitas.

“Namun selain berperan sebagai wanita karier, juga dituntut dalam kodratnya (wanita) mengandung dan melahirkan anak yang harus dirawat,” tambahnya.

Politisi Golkar ini menyebutkan, perempuan Indonesia adalah perempuan yang didasari atas adat istiadat manusia dari timur, kehebatan peran wanita dalam menjalakan rutinitasnya dengan tetap berpegang teguh atas keyakinannya bahwa mengerjakan urusan rumah dan merawat anak.

Ibu satu anak ini menyebutkan, keterlibatan perempuan dalam dunia politik bukan lagi hal yang baru. Dalam sejarah perjuangan kaum perempuan, partisipasi perempuan dalam pembangunan telah banyak dicapai.

Apalagi menurutnya, dalam menjalankan amanah sebagai wakil rakyat membuatnya bangga, kaum perempuan juga berperan dalam kancah politik dan juga pembangunan.

Seperti dicontohkannya di era kolonialisme Belanda, kita mengenal tokoh perempuan seperti R.A Kartini, yang memperjuangkan hak-hak perempuan pada masa itu agar dapat memperoleh pendidikan yang setara dengan laki-laki, adapula perempuan yang ikut serta berjuang dalam merebut kemerdekaan Republik Indonesia seperti Cut Nyak Dhien, dan lain sebagainya.

Namun kondisi perempuan masa kini jauh berbeda dengan kondisi perempuan di masa lalu. Perempuan yang terlibat dalam dunia politik masih merupakan hal yang sulit dibayangkan, terutama di Indonesia.

Dirinya menilai peran perempuan dalam kancah politik masih sangat minim. Seolah-olah politik hanya milik kaum laki-laki dan seakan-akan hanya kaum lelaki yang mampu untuk mempimpin rakyat. Sedangkan perempuan hanya boleh berperan dibelakang panggung saja.
Hal-hal seperti ini disebabkan karena manusia dibentuk oleh budayanya masing-masing yang menekankan bahwa kedudukan perempuan hanya sebatas lingkungan keluarga, seperti mengurus suami, mengurus anak, memasak, serta tugas-tugas domestik lainnya.

Perempuan di Indonesia menurutnya, sudah terlalu lama dibiarkan untuk tidak ikut serta berpolitik, sehingga pengalaman laki-laki dalam berpolitik lebih mempuni dibandingkan perempuan. Karena absennya perempuan dalam dunia politik inilah yang menyulitkan bagi perempuan untuk mendapat ruang yang sama dengan laki-laki.
Padahal perempuan juga mempunyai kedudukan yang sama dengan laki-laki, dan itu juga telah diamanatkan oleh konstitusi kita Undang Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 28D Ayat 1 yang berbunyi “setiap orang berhak atas perlakuan yang sama di hadapan hukum”, yang artinya perempuan dan laki-laki mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk memperoleh kesehatan, pendidikan, pekerjaan, hak untuk hidup, hak kemerdekaan pikiran, dan juga hak untuk berorganisasi serta berpolitik. del

Related posts

Selama Libur Nataru Pasokan Air Bersih Dipastikan Aman, PAM Bandarmasih Layani 24 Jam

Fenomena Bangunan Miring di Banjarmasin Disoroti Mahasiswa Unukase

XL Axiata Luncurkan XL SATU Lite, Solusi Internet Praktis untuk Keluarga Indonesia