Kata konflik berasal dari bahasa Latin “configere” yang berarti saling memukul. Dilihat dari makna kata tersebut, secara umum, konflik adalah situasi saat ada pertarungan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk mendapatkan sesuatu. Sementara dalam kajian sosiologi, pengertian konflik sosial adalah sebuah proses sosial berbentuk pertentangan yang melibatkan seseorang atau sekelompok orang dengan lainnya, untuk memenuhi tujuan masing-masing. Pertentangan tersebut dilakukan dengan cara mengalahkan atau membuat tidak berdaya pihak yang ditentang.
Apa yang menjadi pemicu terjadinya perkelahian antar kampung. Faktor seperti kepadatan penduduk, jurang yang kaya dan miskin begitu besar, lalu lintas yang padat hingga akhirnya menyulut agresivitas massa dan menjadi mudah disulut kemarahannya. Selain itu, ada banyak faktor lain yang melatar belakangi tawuran ini seperti tiga faktor yang menjadi penyebab tawuran, karena memang diadu, kepentingan, dan dendam lama.
Motivasi seseorang untuk melakukan tawuran juga dapat muncul dari sejak keluarga. Misalnya saja saat pembagian warisan. Dalam pembagian warisan tersebut salah satunya adalah membagikan tanah. Bila tanah yang didapat dipermasalahkan, maka akan dibela mati-matian atau dalam bahasa jawa disebut sakdumuk batuk, sanyari bumi. Hal tersebut sudah menggambarkan salah satu bibit tawuran.
Dampak dari perkelahian antar warga desa adanya kerugian fisik dan psikis. Korban fisik yaitu pemukulan atas perkelahian hingga sampai masuk ke Puskesmas. Dan kerugian psikis dialami oleh warga dari kaum ibu-ibu dan anak-anak kecil. Hubungan antar warga setelah kasus ini tidak begitu baik karena setiap warga saling curiga. Namun untuk meredam masalah ini yang dilakukan masing-masing pihak antara lain oleh aparat keamanan dan kepala Desa serta tokoh masyarakat yaitu pembinaan dan penyuluhan tentang kesadaran hukum pada masyarakat oleh Polisi, mempertemuan pihak-pihak yang saling bertentangan untuk mengadakan diskusi, menghadirkan pihak ketiga sebagai penengah dengan mendatangkan Kapolres, Kapolsek dan Kesbanglinmas. Memperdayakan siskamling yang ketat ketika ada kegiatan hiburan malam.
Konflik menurut Daniel Webster (2001: 1) mendefinisikan konflik sebagai persaingan atau pertentangan antara pihak-pihak yang tidak cocok satu sama lain. Keadaan atau perilaku yang bertentangan (misal pertentangan pendapat, kepentingan, atau pertentangan individu). Perselisihan akibat kebutuhan, dorongan, keinginan, atau tuntutan yang bertentangan perseteruan.
faktor yang melatarbelakangi terjadinya konflik perkelahian antar warga desa adalah suatu perestiwa yang merupakan dorongan, dimana dorongan tersebut dapat mempengaruhi dan menyebabkan konflik perkelahian antar warga desa. Di kehidupan masyarakat tidak sepenuhnya terlepas konflik karena setiap masyarakat senantiasa berada di dalam proses perubahan yang tidak berakhir, selain itu pula setiap masyarakat mengandung konflik-konflik di dalam dirinya, atau dengan perkataan lain, konflik merupakan gejala yang melekat di dalam setiap masyarakat. Serta, setiap unsur di dalam suatu masyarakat memberikan sumbangan bagi terjadinya disintegrasi dan perubahan-perubahan sosial dan setiap masyarakat terintegrasi di atas penguasaan atau dominasi oleh sejumlah orang-orang lain. Suatu konflik yang terjadi antar kelompok menjadi tidak sehat apabila masing-masing pihak di dalam mencari pemecahanya tidak lagi bersifat rasional tapi lebih bersifat emosional. Akibatnya yang terjadi adalah seperti tawuran, penjarahan, perusakan rumah warga, perkelahian antar kelompok di dalam masyarakat. Kekerasan sudah dijadikan sebagai media penyelesaian masalah.
Presiden Joko Widodo meminta personel Polri dan TNI lebih mengutamakan tindakan untuk mengatasi konflik horizontal ketimbang terus berselisih. Jokowi meminta untuk tidak ada lagi kasus perselisihan kedua lembaga tersebut. Sementara konflik horizontal yang dimaksud Jokowi diantaranya kerusuhan di Poso, Sulawesi Tengah, penanggulangan pemadaman kebakaran hutan, evakuasi eks Gafatar serta penanggulangan aksi teror di MH Thamrin yang menyebabkan tujuh orang tewas dan puluhan lain terluka.
“Perkuat sinergi, hilangkan kompartementalisasi, dan kompetisi sektoral. Tidak ada lagi kasus perselisihan TNI-Polri yang berujung kepada kekerasan fisik antar anggota“ kata Jokowi.
Sebagai makhluk sosial, tentunya manusia tidak dapat lepas dari yang namanya konflik dan perselisihan. Banyak hal yang dapat memicu konflik, diantaranya bisa terjadi karena didasari dari perbedaan pendapat, ada yang dikarenakan rasa dendam, ketidak sukaan, dan sebagainya. Namun hal yang paling penting adalah bagaimana mengatasi dan mencegah agar konflik itu tidak membesar dan dapat diselesaikan dengan baik.
Pencegahan dan penanganan konflik sosial sangatlah penting diketahui oleh semua elemen masyarakat agar semuanya bisa menjaga diri pribadi serta keluarga agar tidak menyebabkan permasalahan serta konflik di sekitarnya. Mengingat pentingnya pencegahan dan penanganan konflik sosial.
Secara mendasar konflik dapat saja dipahami sebagai sebuah perjuangan antar individu atau kelompok untuk memenangkan sesuatu tujuan yang sama-sama ingin mereka capai (Suparlan, 2002:7). Artinya, dapat dipahami bahwa konflik umumnya dilahirkan dari adanya kepentingan baik sifatnya individual atau kelompok yang harus dipenuhi. Dengan demikian setiap masyarakat tentunya berpotensi mengalami konflik, terlebih ketika upaya pemenuhan kepentingan tersebut dilakukan dengan mengorbankan kepentingan seseorang lainnya dan mengabaikan aturan main. Bahkan menurut Suparlan (2002:11) akumulasi dari perbuatan yang merugikan dari pihak
lawan biasanya akan terungkap dalam bentuk kemarahan dan amuk.
Mencermati kondisi tersebut di atas, tampaknya diperlukan suatu model penyelesaian konflik antar desa/kelurahan yang khas dibandingkan dengan model penyelesaian konflik sosial dengan motif agama dan etnis.
Kompol Yusriandi Y, SIK, M.MedKom selaku Serdik Sespimmen Polri Dikreg ke 61 mengatakan, penyelesaian konflik yang tidak menyentuh kepada aspek penyadaran, hanya seperti memadamkan api sekejap tetapi kemudian bisa kembali membara jika diterpa angin. Pemerintah dan aparat keamanan seringkali hanya mengedepankan aspek seremonial berupa tandatangan kesepakatan damai, jabat tangan, gandengan tangan tetapi tidak pernah mendalami aspek masalah terdalam yang menjadi sumber dan akar konflik. Mereka seringkali abai untuk mendasarkan penyelesaian konflik melalui kajian dan pemetaan mendalam baik sumber, akar, pemicu hingga pada level actor sehingga yang muncul adalah seremoni belaka.
Hal yang sangat tepat menyelesaikan konflik dengan menggunakan adat lokal atau kearifan lokal karena selama ini sudah membudaya dalam masyarakat. Oleh karena kearifan lokal adalah sesuatu yang sudah mengakar dan biasanya tidak hanya berorientasi profan semata, tetapi juga berorientasi sakral sehingga pelaksanaannya bisa lebih cepat dan mudah diterima oleh masyarakat. Dengan adat lokal ini diharapkan resolusi konflik bisa cepat terwujud, bisa diterima semua kelompok sehingga tidak ada lagi konflik laten yang tersembunyi dalam masyarakat.
Di kabupaten Sigi, sebenarnya banyak ditemukan mekanisme penyelesaian konflik berbasis masyarakat. Salah satunya adalah kearifan lokal Nosarara Nosabatutu. Nilai lokal ini meskipun masih diperdebatkan konsepsinya oleh beberapa tokoh adat Kalili, namun nilai-nilai ini sesungguhnya merupakan warisan yang luhur dari etnis Kaili yang mendiami Tanah Kaili atau Lembah Palu. Kini secara administratif daerah itu telah terbagi menjadi Kota Palu, Kabupaten Donggala dan Kabupaten Sigi. Nilai-nilai Nosarara Nosabatutu adalah gagasan original yang lahir dari kearifan lokal Kaili yang seharusnya bisa dijadikan sebagai bentuk penyelesaian konflik dengan pelembagaannya yang baik. Nosarara Nosabatutu adalah idiom yang bermakna
bahwa setiap orang yang berada di kampung atau di Tanah Kaili adalah satu, semua bersaudara. Konsep ini adalah konsep hidup multikultur yang dulunya menjadi bagian dari bentuk keterbukaan etnis Kaili terhadap pendatang.
Pemerintah perlu melakukan penyuluhan atau sosialisasi terhadap masyarakat untuk meminimalisir kasus konflik lahan dimasa yang akan datang dan pembinaan untuk meningkatkan sumber daya manusia dapat menjadi bekal dalam pemanfaatan penguasaan lahan serta
pengelolaan yang berdasarkan tradisi setempat. Diperlukan penyediaan fasilitasi bagi lembaga adat yakni pembangunan rumah adat sebagai bentuk pengembangan kelembagaan adat agar dapat mempertahankan warisan ke generasi berikutnya.
Walau Dampak positif konflik yaitu memperjelas aspek-aspek yang belum jelas permasalahannya. Menyesuaikan kembali nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Meningkatkan solidaritas ingroup. Mengurangi ketergantungan antar individu dan antar kelompok.
Ada pula yang namanya Tolerasni. Toleransi adalah sikap atau perilaku seseorang yang menghargai berbagai macam perbedaan. Perbedaan yang dimaksud bisa berupa perbedaan perilaku, agama, maupun budaya.
Di Indonesia, sikap toleransi sangat dijunjung tinggi. Toleransi inilah yang menjadi kunci perdamaian bagi masyarakat Indonesia. Dengan adanya sikap toleransi, konflik dan perpecahan antarindividu maupun kelompok tidak akan terjadi. Hal tersebut penting untuk diperhatikan mengingat bangsa Indonesia mempunyai latar belakang perbedaan yang beragam. Sikap toleransi patut dijaga demi menjaga keutuhan persaudaraan, tanpa memandang perbedaan.
Mengingat besarnya peran toleransi dalam masyarakat, arti toleransi yang sesungguhnya harus diketahui untuk selanjutnya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Toleransi tumbuh dengan kesadaran bahwa keanekaragaman suku, agama, ras, dan bahasa terjadi karena sejarah dengan semua faktor yang memengaruhinya. Dengan keberagaman yang ada, sikap toleransi merupakan sebuah kewajiban sehingga setiap orang bisa hidup berdampingan dengan damai.
Orang yang sudah menerapkan sikap toleransi dalam kehidupannya, memiliki beberapa ciri-ciri di antaranya, Menghormati orang lain, Memberi kebebasan bagi orang lain, Menghargai pendapat orang lain, Tidak memandang perbedaan fisik dan psikis dalam bersosialisasi.
Setiap jenis perbedaan yang ada dimasyarakat memiliki contoh penerapan sikap toleransi yang berbeda-beda. Contoh sikap toleransi yang bisa diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat seperti Toleransi beragama, Toleransi budaya, Toleransi berpolitik, Toleransi pergaulan, Toleransi sekolah, Toleransi lingkungan keluarga dan Toleransi bermedia sosial.
Perlu dipahami setiap orang dimuka bumi ini, termasuk di Indonesia. Apalagi dengan keberagaman yang ada, sikap toleransi merupakan sebuah kewajiban, sehinga setiap orang bisa hidup berdampingan dengan damai. Tanpa adanya toleransi, konflik dan perpecahan bisa terjadi. Toleransi sebagai dasar untuk menciptakan lingkungan yang damai. Toleransi adalah konsep penting yang harus dipelajari, dipahami, dan dikuasai setiap orang.
Pengertian toleransi juga bisa dimaknai dengan kemampuan setiap orang untuk bersabar dan menahan diri dari hal-hal yang tidak sejalan dengannya. Salah satu bentuk toleransi adalah menunjukkan rasa hormat kepada orang lain atau kelompok yang berbeda pendapat, agama, budaya, dan ras. Dengan sikap toleran, diskriminasi antar golongan dapat dihindari.
Rasa persatuan sesama bangsa Indonesia akhir-akhir ini mulai menurun. Entah faktor utamanya apa. Tapi yang jelas dengan diadakannya sosialisasi pendidikan pancasila yang kompleks rasa persatuan itu akan lahir kembali dan bisa mendarah daging bagi semua, seluruh warga negara Indonesia. Pancasila adalah amanat bangsa dan negara Republik Indonesia yang termuat dalam Undang-uandang Dasar 1945, sehingga penting mengadakan sosialisasi pendidikan Pancasila dalam rangka menciptakan keharmonisasian dan kerukunan ditengah-tengah masyarakat. (*)