Jakarta, BARITO – Jumlah kasus kematian harian akibat Covid-19 di Indonesia mencetak rekor tertinggi pada Kamis (1/7). Satuan Tugas Penanganan Covid-19 melaporkan sebanyak 504 orang meninggal dalam 24 jam terakhir.
Total kasus meninggal pun mencapai angka 58.995 orang. Selain rekor kasus kematian, Satgas juga melaporkan rekor tertinggi kasus harian positif Covid-19 yang telah menyentuh angka 24.836 orang.
Lonjakan tinggi kasus positif ini menjadikan total kasus positif di Tanah Air mencapai 2.203.108 orang.
Dari laporan Satgas, sebagaimana dikutip dari republika.co.id, lima provinsi penyumbang kasus kematian tertinggi masih berasal dari Pulau Jawa. Yakni Jawa Tengah melaporkan sebanyak 180 kasus kematian, disusul Jawa Timur dengan 74 kasus, Jawa Barat melaporkan 65 kasus, DKI Jakarta menambahkan 46 kasus, dan DI Yogyakarta menambahkan 37 kasus kematian.
Sementara kasus positif harian tertinggi juga disumbangkan oleh kelima provinsi tersebut. Namun DKI Jakarta menjadi kontributor tertinggi penambahan kasus positif yang mencapai 7.541 kasus. Disusul, Jawa Barat menambahkan 6.179 kasus, Jawa Tengah 2.624 kasus, Jawa Timur 1.397 kasus, dan DI Yogyakarta menambahkan 895 kasus baru.
Angka kematian akibat Covid-19 di Tanah Air memang terus menunjukkan tren peningkatan signifikan selama sepekan terakhir.
Sebelumnya pada Selasa (29/6) dan Rabu (30/6), berturut-turut Satgas melaporkan ada 463 orang meninggal dunia lalu sehari kemudian jumlahnya meningkat jadi 467 orang meninggal dalam sehari.
Sebelum rekor baru angka kematian Covid-19 terpecahkan kemarin, jumlah kematian pada 29 dan 30 Juni menjadi yang tertinggi kedua sepanjang pandemi melanda Indonesia. Sebelumnya, rekor angka kematian akibat Covid-19 tertinggi masih tercatat pada 28 Januari 2021 dengan 476 orang meninggal dunia dalam sehari.
Dengan kondisi sekarang, maka sudah hampir dua pekan ini angka kematian tidak pernah dilaporkan di bawah 200 orang. Bahkan terhitung sejak 14 Mei 2021, atau 1,5 bulan lalu, angka kematian juga tidak pernah lagi dilaporkan di bawah 100 orang per hari.
Dalam sepekan terakhir, angka kematian Covid-19 cukup konsisten di atas 300 orang setiap harinya.
Beberapa hari terakhir beberapa daerah seperti DKI Jakarta, Depok, Lampung, Karawang, Yogyakarta, secara bergantian mengumumkan angka kematian harian Covid-19 tertinggi selama pandemi.
Di Banyumas, Jawa Tengah, pemda setempat juga memastikan kematian akibat Covid-19 pada Juni menjadi yang tertinggi selama pandemi.
“Iya, bulan Juni 2021 ini angka kematiannya melonjak luar biasa. Bahkan dalam sehari, bisa sampai 17 orang yang meninggal,” kata Bupati Banyumas Achmad Husein, Rabu (30/6).
Dari informasi yang dia peroleh, pasien yang meninggal kebanyakan karena disebabkan tidak segera dirawat di rumah sakit. “Pasien yang meninggal, kebanyakan karena terlambat ditangani di rumah sakit. Seharusnya 60 persen pasien yang meninggal itu bisa tertolong,” kata Achmad.
Lonjakan angka kematian memang berbanding lurus dengan semakin membeludaknya pasien Covid-19 di fasilitas-fasilitas kesehatan. Banyak daerah telah melaporkan angka keterisian atau BOR rumah sakit telah mencapai angka 90 persen. Akibatnya, sebagian pasien Covid-19 meninggal karena tak lagi bisa tertangani oleh pihak rumah sakit.
Sementara itu, mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari mempertanyakan penyebab lonjakan kasus kematian akibat Covid-19 di Indonesia. Dia heran karena sejauh ini vaksinasi sudah berjalan.
“Sebelum vaksinasi dimulai itu morbiditas (kasus positif) dan mortalitas (kematian) berapa? Setelah vaksinasi dimulai sampai kira-kira 10 juta orang divaksin, morbiditas dan mortalitas seperti apa, lho kok malah meningkat?” kata Siti dalam sebuah diskusi daring, Kamis (1/7).
Menurut dia, pemerintah seharusnya tidak menggunakan perkiraan sebagai landasan pengambilan kebijakan dalam penanganan pandemi Covid-19. ‘’Seluruh kebijakan yang diambil harus melalui proses penelitian ilmiah, termasuk soal lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi saat ini,’’ ujar Siti.
Ketidaktahuan pada substansi ilmiah, imbuh dia, membuat penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia serba salah.
“Jangan kira-kira rakyat tidak disiplin, kira-kira pada keluyuran, jangan kira-kira. Kita harus cari betul, kematian sebelum divaksin dan kematian setelah vaksinasi berjalan,” katanya
“Atau morbiditas, misal morbiditas naik tapi fatality rate tetap, oh penularan naik tapi tidak tambah kematian. Oh soalnya karena ini ini ini, akan terlihat di statistik itu,” sambung Siti.rep/dya
Editor: Dadang Yulistya