Kementrian LH-Pertanian Komitmen Kelola Gambut Untuk Minimalkan Dampak Covid-19

ZOOM MEETING-Prof Abdul Hadi saat mengikuti Symposium International Wetlands Environmental Management secara online Zoom Meeting, dilaksanakan Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Selasa (1/12/2020) kemarin.(foto;ist)

Banjarmasin, BARITO – Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dr Alue Dohong menjadi pembicara kunci pada International Wetlands Environmental Management yang dilaksanakan Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Selasa (1/12/2020) kemarin.  Dia menyatakan ada empat strategi dalam mengolah lahan Gambut tersebut.

“Ekosistem Gambut akan kita kelola untuk kehidupan yang lebih baik dimasa pandemi COVID. Untuk mewujudkan itu, kementerian LHK mempunyai empat strategi,”tambah Dr Alue.  Empat strategi itu adalah Bang Pesona, pemulihan ekonomi nasional, kearifan lokal, dan pembelajaran jarak jauh.

Seperti Pembelajaran jarak jauh menjadi strategi untuk membentuk pola pikir petani dengan pendekatan produktif sekaligus produktif dimasa Pandemi Covid-19.  “Kementerian LHK memiliki komitment untuk melakukan pengelolaan gambut berkelanjutan dengan berbagai cara, termasuk penegakan hukum dan inverstasi pada sector-sektor terkait hutan,”sebutnya.

Mengktritisi tentang restorasi gambut di Indonesia, peneliti senior dari Florida International University Amerika Serikat Spencer menyarankan pendekatan bolak balik. Terkait dengan air, tidak cukup dengan pembasahan tetapi perlu juga drainase terbatas.

“Pada saat air dalam, lahan gambut perlu dibuat drainase supaya vegetasi tetap tumbuh dan tidak tenggelam dalam air,”kata Dr Jay P. Dia  menceritakan lahan gambut di Amerika Serikat juga rusak akibat kebakaran dan drainase berlebihan. Namun dengan pengelolaan air yang baik, kini Everglade sudah mulai pulih.

“Pola aliran air di daerah tangkapan dikembalikan pada kondisi alamiahnya,”bebernya membuka kunci sukses Amerika Serikat dalam restorasi gambut. Kini tumbuhan, burung, dan pemandangan di Everglade sudah kembali seperti sedia kala di sana.

Sementara pemaparan dari Prof Tim Robert dari Australia terkait penelitiannya tentang Bekantan di Kalimantan. Ia  mengemukakan perlu perubahan cara pandang masyarakat Kalimantan supaya pro terhadap lingkungan.

Karena  banyak negara di dunia memasukkan konservasi dalam program penanggulangan Covid-19. Dia juga menyarankan pembukaan lapangan kerja dibidang konservasi sumber daya alam. “Perlu dibuat taman nasional untuk conservasi bekantan ini sehingga daoat menyerap tenaga kerja pasca PHK”katanya.

Dihari sebelumnya, Menteri pertanian RI diwakili Dr Yiyi Sulaiman mengemukakan pihaknya terlibat dalam program Food Estate (FE), dalam rangka merespon ancaman kerawanan pangan pasca Covid-19.  Food estate mencakup luas mendekati dua juta hektar, termasuk di Kalimantan Tengah dengan luas lebih dari 700 ribu hektar akan digarap.

Food Estate (FE) dilakukan dengan melakukan penanaman padi, jagung,dan tanaman pangan lainnya.  Dia menambahkan bahwa program FE ini merupakan program prioritas Presiden Jokowi dan menjadi program lintas kementrian dan lembaga. Karena FE ini terdampak pada daya beli saat pembatasan social di semua Negara terkendala ekspor.

“Kementerian pertanian bertanggung jawab terhadap penguatan kelembagaan petani,”kata Dr Yiyi. Ketika ditanya bagaimana kemungkinan FE merusak ekosistem gambut, dia menjawab dua juta FE berada pada tanah mineral. “Program FE ini tidak akan berhenti ketika Pandemi usai, karena FE merupakan program presiden,”pungkasnya.

Penulis : Arsuma

Related posts

Antisipasi Serangan Siber, SDM Diskominfo Kalsel Ikuti Pelatihan CSCU

Kesiapan Telkomsel Menghadapi Pilkada Serentak 2024

Komisi III DPRD Kalsel Minta Dukungan Kementerian PUPR Realisasikan Pembangunan TPST Regional Banjarbakula