Pembukaan Sosialisasi Peningkatan Gender dalam Jabatan Politik dan Publik oleh Badan Kesbangpol Provinsi Kalsel di Hotel Nasa, Kamis (4/7) pagi. (Foto:ist/brt)
*Publik belum dipercaya sepenuhnya Pada Kualitas Perempuan
Banjarmasin, BARITO – Perempuan di Kalimantan Selatan diyakini memiliki kapasitas yang sejajar dengan laki-laki. Termasuk dalam hal kemampuan untuk berkiprah sebagai anggota legislatif.
Tetapi keterlibatan perempuan dalam politik dirasakan masih belum maksimal. Buktinya adalah hanya segelintir caleg perempuan yang terpilih dalam Pemilu legislatif.
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Provinsi Kalsel, Adi Santoso mengatakan, pihaknya berupaya mendorong peningkatan peran perempuan dalam jabatan politik.
“Jumlah perempuan dalam bidang politik selama ini masih minim. Ini bisa dilihat dari kurangnya jumlah anggota dewan baik kabupaten maupun provinsi. Padahal kuota 30 persen untuk perempuan sudah menjadi persyaratan pada saat pencalonan,” ujarnya usai membuka Sosialisasi Kesetaraan Gender dalam Jabatan Politik dan Publik di Ruang Meridien, Hotel Nasa, Kamis (4/7) pagi.
Pada saat penetapan calon anggota legislatif, tutur Adi, parpol memang telah memenuhi persyaratan untuk mencalonkan perempuan sebanyak 30 persen dari jumlah yang diajukan dalam kepesertaan pemilu.
“Tetapi dalam pemilu ini kan menyangkut pilihan rakyat. Di Kalsel ini, kita belum mampu meyakinkan masyarakat Kalsel untuk mau memilih perempuan berkualitas untuk menjadi wakil rakyat di parlemen,” tegasnya pada acara yang dihadiri perwakilan parpol dan ormas yang didominasi perempuan itu.
Adi melihat, penyebab masyarakat belum memilih calon perempuan dalam pemilu kemungkinan karena kurang optimalnya sosialisasi dan kurang optimalnya peran dari tokoh-tokoh agama dan masyarakat untuk meyakinkan publik.
Yakni bahwa dalam hal politik sebenarnya memilih calon perempuan bukan menjadi hal tabu. “Memilih wakil perempuan bukanlah sesuatu yang dianggap tidak baik. Pemahaman inilah yang perlu ditingkatkan di Kalsel. Karena kalau dilihat dari peran partai, parpol sudah bagus atau sudah memenuhi kuota 30 persen, apalagi di jabatan publik. Ada bupati, walikota bahkan gubernur. Itu sudah merupakan respon luar biasa. Juga dalam penempatan dalam jabatan di lingkungan aparatur sipil negara sudah banyak perempuannya. Cuma di politik ini yang kurang. Karena nasibnya ada di pilihan masyarakat Kalsel,” bebernya.
Lebih lanjut Adi menegaskan bahwa secara kualitas sebenarnya perempuan sudah sejajar dengan laki-laki. Perempuan juga dinilai sudah siap menduduki jabatan sebagai wakil rakyat.
“Cuma kesempatan dan kepercayaan masyarakat saja, terutama di legislatif Kalsel yang perlu menjadi perhatian bersama,” urai mantan kepala dinas kesehatan Kalsel itu.
Sementara itu Annisa Hidayati, caleg PKB Kalsel berharap, kuota untuk caleg perempuan dapat ditambah bahkan sampai 50 persen. “Kuota 30 persen diharapkan kedepan bisa lebih dari itu. Bisa 40 bahkan 50 persen.Sehingga ada keseimbangan antara caleg laki-laki dan perempuan. Jadi kita nanti difasilitasi oleh parpol untuk lebih sering dan lebih intens bertemu dengan masyarakat,” ujarnya.
Dengan pengenalan lebih mendalam, imbuh perempuan bergelar SH MH itu, masyarakat lebih mengenal sosok caleg perempuan.
“Selama ini belum seratus persen caleg perempuan itu dikenal. Pada saat pemilu legislatif, masih banyak yang bertanya-tanya, ini siapa sih, ini siapa sih,” cetusnya mencontohkan pertanyaan masyarakat berkait profil caleg dari kaum hawa.
“Semoga nanti akan lebih banyak caleg perempuan yang berhasil (duduk di lembaga legislatif, red). Bahkan bukan hanya sukses di DPRD kota dan provinsi, tetapi juga di DPR RI,” tandasnya.
Menjawab pertanyaan wartawan dalam hal fenomena pemilih perempuan lebih memilih caleg laki-laki. Annisa melihat bahwa hal itu karena pemilih perempuan masih menganggap bahwa laki-laki adalah imam.
“Bahwa mereka (pemilih perempuan, red) lebih condong menganggap bahwa laki-laki lebih bisa memimpin dan mengatur dan sebagainya,”jawabnya.
Hemat dia, meski ada pemahaman bahwa laki-laki adalah imam, hal itu diharapkan tidak menyurutkan langkah perempuan untuk lebih berkarya lagi.
“Kita mampu berkarir di politik atau di bidang apapun. Iya..bukan hanya jadi ibu rumah tangga saja. Sekarang sudah banyak perempuan di Banjarmasin yang bergelar doktor. Artinya sumber daya manusianya sudah mumpuni dan tidak kalah dengan laki-laki,” sambungnya.
Selain meningkatkan kualitas secara akademis, Annisa juga menilai caleg perempuan juga harus memiliki berbagai strategi untuk bisa berhasil dalam politik.
Diantaranya dengan cara aktif menambah wawasan, rajin mengikuti acara sosialisasi dan sebagainya. Sehingga caleg perempuan lintas parpol bisa saling berbagi dan saling mendukung.tya