Banjarmasin, BARITO – Ketua DPRD Kalsel Supian HK menyesalkan manuver Denny Indrayana yang terus menyerang dan mencaci maki paslon lain menjelang PSU tanpa pernah menyampaikan apa yang ditawarkan kepada masyarakat jika memimpin.
“Profesor yang satu ini terlalu naïf. Paman Birin maupun Muhidin tidak pernah membuat pernyataan secara langsung yang menyerang Denny atau membuka aib lawan. Sementara Denny justru dia sendiri yang secara terbuka menuding lawan dan membuat statement ke mana-mana.
“Denny ini belum bekerja tapi sudah mencaci maki orang lain,” kata Supian HK saat melakukan jumpa pers di DPRD Kalsel, Senin (24/5/2021).
Supian mengaku berbagai hoaks dan adu domba di medsos sudah over dosis. Dia bahkan mengaku jenuh dengan Denny yang meneteskan air mata saat diwawancara Akbar Faisal melalui video yang diviralkan timnya.
“Tidak wajar dia bicara sampai meneteskan air mata. Dia bicara seolah-olah melawan pengusaha tambang batubara, tapi kenapa yang disasar hanya satu pengusaha?” tanyanya.
Padahal menurut Supian, banyak pengusaha raksasa tambang di Kalsel seperti Adaro, Antam, Arutmin.
“Sebagai mantan Wamenkunham betapa bodohnya Denny. Kenapa dia dulu saat jabat Wamenkunham tidak menunjukkan kepeduliannya soal izin tambang? Kini sebagai calon malah membuat opini tidak jelas sampai menangis. itu tangisan buat dirinya sendiri,” tegasnya.
Supian mengingatkan bahwa di tahun 2016-2017 saat menjadi Ketua Komisi III mengusulkan kepada Gubernur Sahbirin Noor agar menertibkan izin pertambangan yang jumlahnya mencapai 963 izin.
“Jangan terkecoh oleh Denny, kita tahu bahwa Paman Birin telah mencabut 625 izin tambang. Jadi kalau sekarang Denny sampai menangis, jangan-jangan ada kekuatab lain yang marah dan tidak mau izin tambangnya dicabut oleh Paman. Tangisan Denny hanya pencitraan dan komoditas politik jelang PSU,” tegas Supian.
Sementara menurut Puar Junaidi mantan anggota DPRD dari Golkar, jika Denny ingin mengedukasi masyarakat soal tambang, seharusnya memberi informasi yang baik, benar dan jujur.
“Semestinya dia tidak tendensius menyerang orang atau pengusaha tertentu, sementara tambang di Kalsel sudah ada sejak dua puluh tahun lalu dan banyak raksasa-raksasa tambang. Denny tidak menjelaskan secara lengkap, tapi tendensius menyerang orang sehingga informasinya menjadi menyesatkan,” sesal Puar.
Puar juga menyoal stiker yang ditebar Tim Denny bertuliskan “Ambil uangnya jangan cucuk orangnya”.
“Itu naïf sekali. Mengajak masyarakat melanggar UU karena menganjurkan menerima uang. Artinya calon pemimpin ini ko memiliki hati yang busuk karena mengajak masyarakat beramai-amai melanggar UU. Belum jadi pemimpin saja cara berpikirnya busuk, apalagi kalau nanti dia jadi pemimpin,” tegas Puar.
Menurut Puar, stiker itu justru menguatkan cara berpikir Denny yang menuding 74% pemilih Banjarmasin memilih karena uang.
“Stiker itu seakan-akan menuding bahwa yang diharap masyarakat dalam Pilkada adalah uang. Padahal masyarakat tidak berpikir seperti itu. masyarakat mengetahui aturannya. Ini kan jadi pembenar kalau Denny menuding 74% masyarakat Banjarmasin mencoblos karena uang,” kata Puar.
Menurut Puar, Denny berlindung di balik SMRC terkait tudingan tersebut
“Masyarakat tidak melihat upaya SMRC membersihkan nama baiknya. Padahal kalau memang tidak melakukan survei, SMRC harus gugat Denny dong. Jadi muncul pertanyaan, apakah ada main antara Denny dengan SMRC?” tanyanya.
Walaupun belakangan diketahui, Direktur Eksekutif SMRC membantah bahwa pernah merilis hasil survei terkait Pilkada Kalsel tahun 2019 – 2020
Jika melihat tensi menjelang PSU Pilkada yang meningkat, Puar menganggap perlu dilakukan peninjauan ulang UU Pilkada, khsususnya terkait kewenangan MK memutuskan PSU.
“Masyarakat dirugikan karena seolah-olah ikut berbuat salah. Sebenarnya MK memutuskan PSU telah merampas hak konstitusi masyarakat yang sudah memilih,” pungkasnya.
Editor Mercurius