Korban Banjir Sudah Tak Peduli Apa Itu Covid-19

HIDUP DAN SURUT-Hanya dua kata itulah yang diharapkan para korban banjir, seperti dalam foto ini,  tanpa mengenakan masker, mereka hanya berharap bantuan bahan makanan dan banjir segera surut.Ist/brt

Oleh: HM Arief Husaini

Memasuki pekan kedua tim relawan South Borneo BMW Enthusiast (SBBE) menyalurkan bantuan-bantuan untuk korban banjir, kali ini mereka langsung blusukan ke daerah-daerah terpencil di 3 kabupaten, Batola, Tanah Laut, dan Banjar selama dua hari berturut-turut akhir pekan tadi. Namun sayangnya saat para korban disambangi, mereka seperti tak memikirkan lagi apa itu bahaya virus Covid-19, yang penting bisa mendapatkan sembako untuk bertahan hidup, dan berharap banjir segera surut.

Survival, mungkin itu kata yang lebih tepat untuk menggambarkan bagaimana penderitaan korban bencana banjir yang melanda 11 Kabupaten kota di Kalimantan Selatan. Tak terkecuali seperti korban-korban di tiga kabupaten yang disambangi relawan SBBE. Saat menyambangi Kampung Inggris Transmigrasi yang memiliki populasi sebanyak 1500an lebih jiwa terletak di Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala, tepatnya di Desa Karang Bunga dan Desa Karang Indah, hampir semua korban tidak menggunakan masker, dan hanya petugas posko saja yang paham betul apa yang namanya bahaya Covid-19. Satu hal yang ada di benak mereka hanya bisa bertahan hidup dan banjir segera berakhir. Ada benarnya yang mereka rasakan, pasalnya saat relawan SBBE memasuki desa-desa yang berjarak 3 kilometer lebih dari jalan utama Mandastana tersebut, banjir tidak kunjung surut. “Alhamdulillah kami merasa plong dengan kedatangan relawan SBBE ini, dimana sebelumnya juga kami terbantukan dengan aksi tanggap mahasiswa ULM Banjarmasin yang langsung mendirikan dapur umum untuk kami para korban banjir,” ucap salah satu penduduk desa Karang Bunga.

Melihat kondisi ini, tentunya bukan hanya sembako yang diserahkan, obat-obatan, masker, dan kebutuhan mendasar balita serta wanita pun tak luput menjadi bahan bantuan utama dalam misi sosial ini.

Keesokan harinya, relawan SBBE kembali beraksi. Kali ini jalur yang diambil adalah jalur sungai dengan menggunakan armada kelotok menuju kawasan Kabupaten Banjar, atau tepatnya di Kecamatan Sungai Tabuk (populasi hampir 60 ribu jiwa), dengan menyisir para korban di sepanjang pesisir sungai Lok Baintan, Sungai Pinang, Sungai Bakung, Sungai Tandipah, Lok Buntar, Pamakuan hingga Pembataan. Dan lagi-lagi sesampainya di kawasan tersebut, para korban terlihat hanya satu dua orang saja menggunakan masker, dimana masing-masing menggunakan jukung (perahu tanpa motor), langsung menyerbu kelotok yang mengangkut bantuan kemanusiaan tersebut. Alasan mereka rebutan, tak lain karena merasa bantuan tak pernah sampai ke tangan mereka oleh petugas posko yang biasa dititipkan sembako dan bantuan lainnya. Meski dihadapkan kondisi demikian, relawan SBBE tetap berlaku adil dengan tujuan agar semuanya bisa mendapatkan bahan makanan, pakaian, dan obat-obatan serta perlengkapan bayi.

Selama setengah hari, misi kemanusiaan ini dilanjutkan kembali lewat jalur darat menuju desa Handil Birayang Bawah, Kecamatan Bumi Makmur pemekaran Kecamatan Kurau Kabupaten Tanah Laut (populasi 13 ribu jiwa). Ya, sama seperti dua kabupaten sebelumnya, para korban banjir di wilayah yang berjarak sekitar 2 jam dari Banjarmasin ini, rata-rata juga tak mengenakan masker saat disambangi relawan SBBE. Wajar adanya, karena inilah salah satu titik terparah dan terlama didera banjir rob, pasalnya, posisi desa ini berada tepat di pesisir garis pantai dari geografis Kalsel. “Saat warga Kalsel panik selama seminggu terakhir dengan bencana banjir ini, kami sudah sejak tanggal 1 Januari 2021 diterjang banjir rob dari pasangnya air laut, dan tidak pernah surut hingga detik ini, dengan kondisi air hingga sepinggang orang dewasa,” ungkap salah satu pembakal (kepala desa,red).

“Apapun itu keluhan-demi keluhan korban, kita semua tetap harus sama-sama saling mengingatkan, bahwa bukan hanya bencana saja yang dikhawatirkan, ancaman Covid-19 pun juga harus jadi prioritas utama untuk dihindari,” ucap Imam Taufik, Ketua Pembina SBBE di sela-sela penyerahan bantuan kepada para korban.***

 

Related posts

Mengatasi Stres dari Sumber yang Tidak Terduga

Menyambut Positif Pidato Prabowo, Menyoroti Mandiri Pangan & Energi

Dua Prahara di Kalsel Membuat Jargon Babussalam Dipertanyakan