*515 Orang Meninggal, Anak-anak Terserang Penyakit
Banjarmasin, BARITOPOST.CO.ID – Korem 101/Antasari mengirimkan tujuh truk berisi bantuan logistik untuk korban gempa bumi di Lombok, Nusa Tenggara Barat. “Alhamdulilah hari ini bantuan dikirimkan dengan pesewat Hercules milik TNI Angkatan Udara melalui Bandara Syamsudin Noor,” kata Komandan Korem 101/Antasari Kolonel Inf Yudianto Putrajaya di Banjarmasin, Selasa.
Menurut Danrem, rombongan truk membawa bantuan untuk Lombok tersebut dilepas dari Makorem 101/Antasari di Banjarmasin menuju Bandara Syamsudin Noor di Banjarbaru pada Selasa pagi.
Tercatat berbagai jenis barang bantuan seberat 12,420 ton berhasil terkumpul melalui posko yang didirikan Korem 101/Antasari dan seluruh satuan jajaran, baik Kodim maupun Batalyon.
Selain itu sumbangan juga berasal dari prajurit dan ibu-ibu Persit, masyarakat umum serta berbagai organisasi kepemudaan melalui posko yang didirikan Korem dan jajaran.
“Kami berterima kasih dan memberikan apresiasi atas kepedulian masyarakat Banua Kalimantan Selatan yang telah memberikan bantuan. Semoga rasa empati kita ini dapat bermanfaat bagi saudara-saudara kita di NTB,” tutur Putra.
Pesawat Hercules milik TNI Angkatan Udara yang mengangkut logistik sebelumnya berangkat dari Lanud Abdul Rahman Saleh Malang menuju Jakarta dan kemudian ke Banjarmasin untuk selanjutnya ke NTB.
Sebelum mengisi logistik bantuan bencana dari warga di Kalimantan Selatan, Pesawat Hercules itu juga sudah terisi bahan sembako untuk korban bencana alam di Lombok.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), rentetan gempa bumi di Lombok, yang terjadi sejak 5 Agustus 2018 hingga 19 Agustus 2018, telah menimbulkan korban meninggal dunia sebanyak 515 orang. Sebanyak 513 merupakan warga NTB dan dua orang di Denpasar, Bali.
Korban luka-luka mencapai 7.145 orang dan pengungsi sekitar 431 ribu orang. Sebanyak 786 unit fasilitas umum dan sosial turut rusak. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyampaikan kemungkinan perpanjangan masa tanggap darurat yang akan berakhir pada Sabtu (25/8).
Hampir sebulan tinggal di pengungsian, anak-anak korban gempa di Dusun Sajang, Kecamatan Sembalun, Lombok Timur, mulai diserang penyakit. “Banyak anak-anak yang mengeluh gatal,” kata Taris, relawan di Dusun Sajang, Rabu (22/8).
Selain gatal, anak-anak tersebut juga terserang flu dan batuk. “Orang dewasa juga mulai batuk-batuk,” ujarnya. Ada sekitar 115 balita yang tinggal di posko Dusun Sajang. Sedangkan dewasa dan lanjut usia berjumlah 915 orang.
Para pengungsi ini tidur di tenda-tenda yang berada di lapangan terbuka. Air bersih untuk kebutuhan mandi, cuci, dan kakus juga terbatas.
Taris mengatakan, mereka membutuhkan bantuan medis. Obat-obatan yang tersedia di posko juga terbatas. “Kami menghubungi Palang Merah Indonesia, Tentara Nasional Indonesia, dan Lembaga Penanggulangan Bencana Muhammadiyah (MDMC),” kata dia.
Rencananya, tim MDMC akan datang pada Kamis (23/8) pagi. Namun karena keterbatasan sumber daya manusia, tim medis bakal memeriksa di tiga tempat, yakni Sajang, Karya, dan Sembalun Atas.
Daerah Sembalun menjadi tempat pertama yang terkena gempa pada 29 Juli lalu. Sekitar 16 orang meninggal saat itu.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak masyarakat memaknai perayaan Idul Adha 1439 Hijriah sebagai momen untuk berbagi dan membantu, terutama untuk masyarakat yang menjadi koban bencana gempa bumi di Lombok, NTB.
“Seluruh masyarakat hendaknya, mau berbagi kepada sesama, terutama untuk masyarakat yang menghadapi musibah di NTB,” kata Presiden usai melaksanakan Shalat Idul Adha di Lapangan Tegar Beriman Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (22/8).
Menteri Sosial Idrus Marham menyatakan, gempa bumi yang terjadi di NTB bukan sebagai azab, melainkan ujian dari Allah SWT. “Orang berkomentar di media sosial gempa Lombok merupakan azab. Itu adalah kesesatan dan tidak berlogika,” kata dia ketika menjadi khatib shalat Idul Adha 1439 Hijriyah di Lapangan Tioq Tata Tunaq, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara, Rabu (22/8).
Shalat Hari Raya Kurban di lapangan yang dijadikan Posko Utama Penanganan Bencana Gempa Lombok Utara tersebut, dengan imam Muhammad Faiz Mentigi, diikuti ratusan pengungsi serta anggota TNI/Polri. Idrus menegaskan, azab dari Allah SWT ditujukan kepada umat yang membangkang, sedangkan warga NTB dikenal sebagai umat yang memiliki keimanan tinggi. Bahkan, daerah tersebut dijuluki “Pulau Seribu Masjid”.
“Logika Islam, gempa bumi yang terjadi saat ini adalah ujian untuk mengingatkan warga NTB selalu berpegang pada keimanan dan ketaatan,” ujarnya. rep/ant/tpo