Laboratorium Emerging Disease Canggih Dibangun di Banjarbaru, Cegah Penularan Zoonosis Lebih Cepat

Peletakan batu pertama pembangunan Laboratorium Emerging Disease Kalimantan oleh pejabat terkait, diantaranya dari Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalsel, Balai Veteriner Banjarbaru dan Kementan RI di Balai Veteriner Banjarbaru, Rabu (10/07/2024).(foto:tya/brt).

Banjarbaru, BARITOPOST.CO.ID – Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) akan segera memiliki Laboratorium Emerging Disease di Kota Banjarbaru.

Laboratorium yang berlokasi di Balai Veteriner Banjarbaru itu nantinya akan menjadi yang terlengkap dan terbesar se-Kalimantan.

Fasilitas modern dari laboratorium adalah untuk mendeteksi penyakit menular strategis/ zoonosis, atau penyakit yang bisa ditularkan hewan ke manusia serta untuk pengujian produk hewan lainnya.

Seperti diketahui, beberapa penyakit menular hewan diantaranya antraks, rabies, penyakit mulut dan kuku (PMK), lato-lato dan avian influenza.

Baca Juga: Tanggapi Sengketa Lahan Kantor Baru DPRD Kalsel, Supian HK Tegaskan Tidak Akan Menghambat Pembangunan

“Sebenarnya sudah ada laboratorium di Balai Veteriner Banjarbaru sejak tahun 1986. Laboratorium emerging disease yang mulai dibangun ini adalah peningkatannya, berupa gedung, fasilitas dan peralatan yang lebih lengkap,” ujar Direktur Kesehatan Hewan (Dirkeswan) Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian RI, Nuryani Zainuddin usai peletakan batu pertama pembangunan Laboratorium Emerging Disease di Balai Veteriner Banjarbaru, Rabu (10/07/2024) pagi.

Nuryani mengungkapkan, laboratorium emerging desease  Kalimantan merupakan pusat investigasi penyakit hewan dan berfungsi melakukan surveilans lingkup Kalimantan untuk mencegah penularan penyakit hewan, baik yang menginfeksi manusia maupun penyakit yang ada pada hewan itu sendiri.

Kepala Balai Veteriner (BVet) Banjarbaru, Putut Eko Wibowo mengatakan, labororatorium emerging disease akan rampung pada Desember 2024 ini.

Bangunannya berada di lahan seluas 3.200 meter persegi dengan 2 lantai, didanai dari surat berharga syariah negara (SBSN) hampir Rp 30 miliar.

Putut mengungkapkan,  keberadaan laboratorium emerging disease ini akan mendeteksi penyakit baru pada ternak, baik unggas, sapi,kambing dan sebagainya secara lebih cepat, tepat dan akurat. Jika biasanya proses pengujian di laboratorium yang lama bisa memakan waktu 2-3 hari, nanti bisa menjadi beberapa jam saja.

Baca Juga: BPJS Ketenagakerjaan Batulicin Gelar Sosialisasi Penyakit Akibat Kerja

Selain itu, pengujian di laboratorium emerging disease juga meminimalisir kerugian peternak.

Penularan bisa dicegah lebih awal, sehingga tidak sampai ada pemusnahan ternak.

Lebih lanjut Putut mengatakan, penyakit baru yang masuk ke Kalimantan terbilang banyak.

“Dari tahun 2022 sampai 2024, beberapa penyakit baru masuk ke Indonesia, termasuk ke Kalimantan. Apalagi ada kecenderungan di Kalimantan terindikasi adanya flu burung jenis baru pada ternak di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Banjar. Statusnya masih terkendali melalui upaya-upaya yang kami lakukan, seperti vaksinasi, disinfeksi dan bersinergi dengan teman-teman dari kesehatan,” jelasnya.

Putut menambahkan, dengan status Kalimantan sebagai ibu kota negara  (IKN), maka peran balai veteriner akan semakin besar untuk menjamin keamanan dan kesehatan pangan dari hewan.

Sementara itu, Walikota Banjarbaru, Aditya Mufti Ariffin menyambut baik pembangunan laboratorium emerging disease.

“Ini sebagai bukti komitmen pemerintah dalam meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi tantangan kesehatan global, terutama terhadap berbagai penyakit yang akan muncul di tengah masyarakat,”cetusnya.

Penulis: Cynthia

Follow Google News Barito Post dan Ikuti Beritanya

Related posts

Lanud Sjamsudin Noor Salurkan Ratusan Porsi Program Makan Siang Bergizi

Makan Siang Bergizi Lanud Sjamsudin Noor Disambut Antusias Guru dan Murid

Gusti Iskandar Serap Aspirasi Warga Banjarbaru