Marabahan, BARITOPOST.CO.ID – Sejumlah petani jeruk di Rantau Badauh, Kabupaten Batola, berhasil menerapkan pola pertanian ramah lingkungan dan membuat kebun mereka jadi lebih produktif.
Pola pertanian yang dipakai yakni mulsa tanpa olah tanah (MTOT) hasil pengembangan Yayasan Field Indonesia.
Baca Juga: Raih Impian melalui Kredit Multiguna Bank Kalsel
Dengan metode ini, petani bisa memanfaatkan kumpai atau jerami sisa hasil panen padi sebagai pupuk organik di kebun jeruk.
Jerami itu dibalur di atas lahan yang akan ditanami benih tanaman. Alhasil, cara ini bisa meminimalisasi praktik pembakaran lahan.
Baca Juga: Kembangkan Proyek Unggul serta Berkualitas, ABM Group Dianugerahi Gold Achievement Pada OPEXCON 2023
Salah satunya petani yang mengimplentasikan metode ini adalah Ali Syahbana. Petani yang tinggal di Desa Sungai Pantai itu mengakui masa tanam hingga panen yang lazimnya memakan waktu 2,5 tahun kini bisa lebih cepat dengan metode tersebut.
Selain itu biaya operasional bisa ditekan dan pertanian yang ia kembangkan lebih ramah lingkungan.
“Cara ini mengurangi pemakaian pupuk kimia karena sudah memakai organik. Juga tidak sama sekali membakar lahan,” kata Ali saat dikunjungi awak media dalam agenda Journalist Visit Field Indonesia.
Baca Juga: Raih Impian melalui Kredit Multiguna Bank Kalsel
Petani muda ini memulai menanam jeruk sejak 2019 lalu. Mulanya, ia belum mengenal metode MTOT dan masih memakai metode lama.
Namun, sejak lahannya kebanjiran beriringan dengan banjir Kalsel pada 2021 lalu, ia kemudian mencari cara baru.
Ali kemudian mengikuti program pelatihan Udara Bersih Indonesia (UBI) yang diselenggarakan dari Field Indonesia yang mengkampanyekan metode MTOT.
Baca Juga: Raih Impian melalui Kredit Multiguna Bank Kalsel
Dari pelatihan itu, ia kemudian menjadi kader UBI dan mendapat sudut pandang baru dalam berkebun jeruk.
Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Desa Sungai Pantai, Sapriah, mengakui metode MTOT memberi dampak positif kepada para petani di kawasan setempat.
Selain menekan biaya operasional karena penggunaan pupuk kimia bisa diminimalisasi, metode ini memberi dampak nyata untuk mencegah petani membakar lahannya.
Baca Juga: Raih Impian melalui Kredit Multiguna Bank Kalsel
“Karena jeraminya digunakan kembali. Sebagai pupuk organik. Penggunaan jerami ini juga membuat kondisi tanah jadi lembab. Tidak kering,” tuturnya.
Saat ini, sudah ada 20 orang lebih petani di Sungai Pantai yang menggunakan metode pertanian MTOT. Sapriah menaruh harapan praktik baik ini bisa dilanjutkan oleh petani-petani lain.
“Kami selalu mendorong para petani di sini. Sebelumnya untuk pembakaran lahan memang dulu memang sering. Tapi beberapa tahun terakhir sudah minim,” tandasnya.
Baca Juga: Raih Impian melalui Kredit Multiguna Bank Kalsel
Fasilitator Field Indonesia Kalsel, Suhada, menekankan program UBI di Sungai Pantai dapat membantu mencegah risiko kebakaran lahan.
“Dan yang paling penting juga, tanaman jadi subur. Cepat berbuah. Mestinya belum musim berbuah, dia bisa berbuah,” katanya.
Penulis: Anang
Follow Google News Barito Post dan Ikuti Beritanya