LK3 Dampingi Ratusan Perempuan Berbisnis Kuliner

by admin
0 comments 6 minutes read

Lembaga Kajian Keislaman dan Kemsyarakatan (LK3) Banjarmasin mengklaim telah melatih dan membina ratusan perempuan untuk membuka usaha khususnya kuliner.

Bahkan kini telah terbentuk “Warung Rukun” yang anggotanya merupakan ibu-ibu potensial yang telah didampingi LK3.

Demikian diungkapkan Koordinator Program Kemandirian Lembaga, Rakhmalina Bakhriati.
Rakhmalina mengatakan dirinya aktif melakukan pemberdayaan perempuan sejak tahun 2015.

Ketika diundang menjadi narasumber di acara “Bapanderan Baisukan” di Pro 4 RRI Banjarmasin Selasa (2/7) pagi Rakhmalina pun membagikan pengalamannya kepada pendengar pada program yang dipandu penyiar “Acil Sanah” dan “Acil Irus” itu.

Perempuan yang akrab dianggil Lina itu menjelaskan bahwa dirinya sudah aktif di LK3 sejak lembaga tersebut berdiri, yaitu tahun 1994. Kemudian setelah menjadi ibu rumah tangga vakum selama 15 tahun. Tahun 2014 dia kembali aktif . Oleh direktur LK3, Rafiqah, dipercaya sebagai koordinator program kemandirian lembaga. Dalam program tersebut dia melakukan penguatan perempuan yang dia sebut dengan perempuan potensial.

“Pada awalnya LK3  lebih banyak melakukan kajian, diskusi,  dan kegiatan yang bersifat akademik. Kegiatan ini dirasa kurang menyentuh masyarakat bawah. Kemudian LK3 mengembangkan zakat profesi. Para muzakinya para dosen yang biasa terlibat dalam diskusi LK3,” jelasnya.

Uang zakat yang dikumpulkan, disalurkan untuk permodalan bagi orang yang memerlukan.  Lalu pada tahun 1999, melakukan pemberdayaan masyarakat petani,  penggemukan sapi di wilayah kembang kuning Binuang. Juga ada pemberdayaan petani untuk advokasi hutang luar negeri yang menyasar kelompok tani.
“Ketika saya bergabung lagi ke LK3, dipercaya  menangani program penguatan ekonomi perempuan. Kenapa perempuan ?  karena banyak yang tidak memiliki akses pada income.  Tidak punya pendapatan, atau pendapatannya kurang, tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari,” ujarnya.

Melalui program tersebut, Lina kemudian membentuk kelompok Perempuan Potensial, yaitu perempuan yang memiliki bakat, kemampuan, keinginan untuk maju, tetap tidak ada kesempatan. Penyebabnya beragam. Misalnya  hambatan keluarga, ataupun karena status sosial  sebagai orangtua tunggal, atau suaminya tidak mampu secara ekonomi.
Menurutnya, LK3 adalah sebuah lembaga yang mengusung kehidupan plural.

Artinya keragaman itu dihargai sebagai suatu potensi untuk dikembangkan dan dikelola sebaik-baiknya.

Karena itu, perempuan potensial juga merangkul semua latar belakang yang berbeda.

“Siapa saja boleh bergabung, baik karena berbeda agama, suku atau  budaya. Dari pemberdayaan tersebut terbentuklah banyak usaha dari para ibu-ibu, terutama usaha kuliner,” terangnya.
Lina mengungkapkan, selama kurun waktu 2015 sampai 2018, puluhan kali pelatihan bidang kuliner dilakukan kepada perempuan potensial.

Hasil pelatihan tersebut selanjutnya diuji coba, dijadikan usaha, ditarget  agar berhasil dengan berbagai pendampingan, dibantu perizinan dan legalitasnya, diberi pelatihan pemasaran, dikuatkan jaringan usahanya.

“Hingga sekarang sudah lebih 100 perempuan potensial mampu membuka usaha kuliner. Kemudian terbentuklah komunitas warung rukun, yang anggotanya merupakan ibu-ibu potensial yang telah didampingi LK3,”  kata Rakhmalina menjelaskan proses pemberdayaan yang dia lakukan.
Pada kesempatan itu, Rakhmalina juga memperkenalkan Mahgdalena, perempuan pertama yang dia libatkan sebagai pelatih atau trainner di bidang kuliner. Mahgdalena waktu itu memberikan berbagai pelatihan membuat  susu kedelai dan kue kering. Hasil pelatihan tersebut memberikan inspirasi bagi banyak perempuan untuk juga berusaha di bidang kuliner.

Sementara itu, Eka, perempuan  rumah tangga yang juga diajak serta Rakhmalina, merupakan peserta pertama yang ikut dalam program pemberdayaan ini. Semula Eka mengaku tidak bisa apapun dalam soal kuliner.

Kini,  Eka sudah membuka usaha minuman juice mangga dengan usaha berkembang dan  sudah buka di 5 titik di Kota Banjarmasin.

Untuk memenuhi kebutuhan mangga, dia bahkan sudah berjaringan dengan suplair yang bisa mendatangkan mangga dari berbagai tempat, sehinggga tidak tergantung dengan musim.  Eka juga seringkali mengerjakan pesanan orang untuk membuat bingka berandam,  kuliner khas Banjar.
Pada acara di RRI itu, ada penelpon dari pendengar Pro 4 atas nama Nana. Nana mengaku tertarik untuk bergabung, apalagi misinya memberdayakan perempuan.

“Ini sangat penting. Sayang sekali program bagus seperti ini tidak banyak yang tahu. Kalau mereka tahu, pasti banyak yang ingin bergabung, terutama kelompok single parent yang tidak mampu, mereka sangat membutuhkan program seperti ini,” cetusnya.

Lina pun merespon dengan hangat, dan mengatakan silahkan bila ingin bergabung.

Dia menjelaskan bahwa pelatihan yang diberikan bukan saja soal cara membuat kuliner. Namun pelatihan juga diberikan dalam hal cara memasarkan hasil produk.

” Kendala sering kali ada pada pemasaran. Dengan jaringan komunitas  warung rukun yang semakin luas, pemasaran suatu produk bisa lebih mudah,” urainya.

Program ini juga memberikan Kelas Inspirasi, yaitu suatu forum untuk saling berbagi pengalaman dalam berusaha. Pelatihan tentang pemasaran online juga diberikan, termasuk cara memoto produk sehingga mudah dipasarkan melalui online.

“Kami juga membantu membuka pasar online. Kalau gaptek (gagap teknologi, red), kita dampingi sampai bisa. Dalam soal permodalan, kita akan mendampingi untuk bisa akses kepada lembaga-lembaga yang memberikan bantuan permodalan dengan bunga murah. Intinya program ini adalah memberdayakan, agar banyak perempuan yang berdaya dan keluar dari problem ekonominya,” kata Lina.
Sementara itu, Maghdalena menambahkan bahwa produk kue kering  yang dia hasilkan, sudah dipasarkan secara luas.

Termasuk dengan menitipkan pada toko-toko modern di kota Banjarmasin dan Palangkaraya. Untuk pelanggan, dia sudah membuka jaringan hingga ke luar Banjarmasin, bahkan ke berbagai kota di Kalimantan Tengah. Mahgdalena merasa diterima di komunitas ini, padahal dia non muslim dan yang lainnya mayoritas muslim, pun begitu dengan ibu-ibu dari agama lainnya, tidak ada diskriminasi, bahkan dibantu agar mendapatkan label Halal dari MUI.
Lina juga menambahkan bahwa anggota dari komunitas warung rukung sangat terbuka, bukan hanya muslim, semua agama terlibat. Karena single parent atau perempuan tanpa pekerjaan itu problemnya sama, apapun agamanya. Program ini tidak membedakan agama. Bagi perempuan non muslim yang ingin mengurus label halal, LK3 juga melakukan pendampingan,  agar produknya bisa masuk di kalangan muslim dan dijamin halal. Semua yang dilakukan gratis, tanpa dibayar, lalu LK3 dapat apa? Itu yang sering ditanyakan orang.  LK3 sendiri juga punya usaha, yaitu Pizza Rukun di Kampung Melayu  dan warung rukun yang menyediakan catering khas masakan banjar. Sementar itu komunitas warung rukun yang terdiri dari berbagai usaha itu, sekarang ini sudah menjadi mitra yang setara, mereka bahkan sudah mampu menjadi sponsor dalam berbagai kegiatan sosial yang dilakukan LK3.
Pemberdayaan ini, tegasnya, bukan hanya sebatas memproduksi, tapi didorong agar perempuan-perempuan itu menjadi pimpinan, orang yang dapat membuka lapangan pekerjaan bagi yang lainnya.

“Kita di sini sudah punya komitmen, tidak boleh pelit dengan resep. Resep tidak dirahasiakan. Ada keyakinan yang sangat kuat bahwa Rezeki tidak akan pernah tertukar. Rezeki datang tergantung kegigihan, keuletan dan tekat kita untuk menjemput rezeki tersebut,” ujarnyam
Setelah  bidang kuliner, sekarang, sejak awal tahun 2019, LK3 melakukan program pemberdayaan pada wilayah baru, yaitu perempuan bantaran sungai.

Pada wilayah ini, selain tentang kuliner, juga tentang sasirangan pewarna alam. Kenapa sasirangan pewarna alam, agar produk sasairangan yang selama ini menggunakan bahan kimia, dapat dikurangi dan beralih ke pewarna alam, sungai akan aman, bebas dari pencemaran zat kimia. Dari segi pemasaran, pewarna alam sedang naik daun, karena Pemerintah Kota mendorong untuk menggunakan sasirangan pewarna alam.
Diakhir acara, Rakhmalina, Mahgdalena dan Eka, memberikan motivasi kepada semua perempuan yang mendengarkan acara dialog Pro 4 RRI Banjarmasin, ayo kebangkan potensi yang ada, jangan hiraukan hambatan, semua punya bakat, punya talenta, sayang bila tidak dikembangkan.

“Dengan mengembangkan kemampuan, maka Insya Allah akan mendatangkan pemasukan sendiri. Jangan hanya berdiam diri di rumah, kembangkan kreativitas, apalagi sekarang zaman online, mudah untuk memasarkan produk yang kita hasilkan,” kata mereka kompak, mengakhiri obrolan.tya

Baca Artikel Lainnya

Tinggalkan komentar