LK3-Komunitas Seni Kotabaru Gelar Musikalisasi Puisi YS Agus Suseno

by admin
0 comments 2 minutes read

Kotabaru, BARITO
Suasana aula Hotel Grand Surya Kotabaru hening. Padahal lebih dari seratus orang peserta hadir menyaksikan pagelaran musikalisasi puisi karya YS Agus Suseno. 

Alunan suara Vinie, diiringi petikan gitar Jai dan Isbay, mampu menghipnotis peserta yang hadir. Peserta yang terdiri dari pegiat seni, para guru kesenian, mahasiswa dan pelajar, hikmat mendengarkan puisi demi puisi yang dibawakan dengan iringan petikan gitar, Sabtu,(24/8) lalu. 
“Musikalisasi puisi adalah puisi yang dibawakan dengan lagu. Puisinya lebih utama, dan musik, petikan gitar menjadi pengiringnya. Bukan hingar bingar.Agar makna puisinya bisa ditangkap dan bahkan musik itu sendiri membantu pendengar memahami isi puisi,” kata YS Agus Suseno.

Kegiatan pagelaran musikalisasi puisi itu sendiri, merupakan kerjasama antara Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan (LK3) Banjarmasin, dengan Komunitas Seni Kabupaten Kotabaru, dalam hal ini adalah Dewan Kesenian Daerah Kabupaten Kotabaru. 

Acara bertajuk ‘Diigut Layat Dibuang Sayang’, dibuka oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kotabaru. 

“Tujuan dari kegiatan adalah mengenalkan musikalisasi puisi, sehingga bisa menjadi inspirasi, dan menumbuhkan semangat mengembangkan kebudayaan di Kalimantan Selatan, khususnya di Kotabaru,” ujar Direktur LK3 Banjarmasin, Rafiqah.

Sebanyak 6 puisi karya YS Agus Suseno, dibawakan dengan cantik oleh Vinie, antara lain “Puisi Hujan”, “Kota-Kotapun Tertidur” ,”Menulis Sajak Membuka Cakrawala Membaca Sejarah” , “Di Bawah Langit Beku”, “Sajak Cinta”, dan “Pondok Kulit Kayu Di Pegunungan Meratus” . Kesyahduan suara Vinie,  petikan gitar Jay dan Isbay, membuat peserta hikmat duduk lebih dari dua jam menikmati pertunjukan tersebut. 

elain pagelaran musikalisasi puisi, juga diselingi pembacaan puisi oleh YS Agus Suseno. Dua puisi karyanya, pertama bercerita tentang Kotabaru Pulau Laut, dan puisi bahasa banjar, dibacakan oleh YS Agus Suseno. Peserta sangat menikmati kedua puisi tersebut, selain isinya aktual, juga bermuatan kritik. 
Setelah pagelaran, acara dilanjutkan dengan dialog budaya dengan tema yang sama, Diigut layat dibuang sayang.  Dipandu oleh Noorhalis Majid, menghadirkan YS Agus Suseno dan H. Ahmad Fitriady Faz, keduanya budayawan dan pegiat kesenian. 

Sejumlah pujian disampaikan atas terselenggaranya pagelaran musikalisasi puisi tersebut. Masukan dan kritik tentang pentingnya membenahi Dewan Kesenian Daerah, serta perhatian yang harus diberikan pemerintah daerah, disampai  secara terbuka dalam dialog. 

Kebudayaan itu menghaluskan budi pekerti, tercermin dengan ucapan dan perbuatan. Bila isi kata-kata yang keluar dari mulut, kebun binatang, bisa dipastikan tidak ada budi pekerti, tidak ada kebudayaan. Kota tidak saja dibangun dari semen, batu, pasir, besi dan aspal, tapi juga dibangun dengan kebudayaan. Kota-kota maju dan berperadaban tinggi, dibangun dengan kebudayaan,” ungkap Senior LK3, Noorhalis Majid, mengakhiri sessi dialog budaya.

tya

Baca Artikel Lainnya

Leave a Comment