Luapan Sungai Tapin Ancam Rusak Infrastruktur

by baritopost.co.id
0 comments 3 minutes read

BMKG: Cuaca Ekstrem Hingga Maret

Banjarmasin, BARITOPOST.CO.ID – Curah hujan tinggi yang terjadi di awal tahun 2020 meningkatkan debit air di sejumlah sungai di Kalimantan Selatan. Pasca-banjir yang merendam Kelurahan Raya Belanti, Kecamatan Binuang, Kabupaten Tapin, meluapnyaair sungai setempat yang berstatus Siaga 1 menyebabkan terbawanya material sampah dan batang-batang pohon  dan dikhawatirkan merobohkan jembatan dan rumah warga yang ada di bantaran sungai tersebut.

Kepala Harian BPBD Provinsi Kalimantan Selatan Wahyuddin menyebutkan, pembersihan sungai yang berlokasi di Jalan Kesumagiri Kelurahan Rangda Malingkung RT 07 RW 03, Kecamatan Tapin Utara, Kabupaten Tapin itu mau tidak mau dilakukan lantaran mengganggu arus air sungai. Bahkan, kondisi jembatan ulin yang ada menjadi miring akibat tekanan kuat material sampah yang terbawa arus sungai.

Sebelumnya, meluapnya sungai Tapin  menimbulkan banjir cukup parah di  kawasan Jalan Pantai Belanti, Kelurahan Raya Belanti, Kecamatan Binuang, yang terjadi sejak, Selasa (31/12).

Total rumah warga terdampak sebanyak 30 buah yang didiami 35 Kepala Keluarga (KK) dengan 118 Jiwa, ditambah satu kios milik Warga.

Kepala BPBD Tapin Said Abdul Nasir melalui Kasubbid Kesiapsiagaan  Khairani mengatakan, meluapnya air di sungai Raya Belanti akibat adanya pendangkalan dan tanggul yang rendah.

“Sungai yang ada di bantaran Sungai Raya Belanti itu tanggulnya rendah dan sungainya dangkal. Sekarang banjir sudah berangsur surut,” ujarnya.

Terkait kabar yang menyebutkan banjir juga mengancam Kabupaten Tanah Bumbu akibat tingginya curah hujandi awal tahun ini, Wahyuddin mengatakan pihaknya belum menerima  laporan dari BPBD Tanbu secara resmi.

Yang jelas, menurut dia, di awal tahun ini ada tiga daerah di Kalsel yang terendam banjir, yakni Kabupaten Banjar, Tapin dan Kota Banjarbaru.

Di Banjarbaru, puluhan rumah warga yang tersebar pada lima rukun tetangga di wilayah Kecamatan Cempaka kebanjiran, setelah sejak Rabu (1/1) dinihari hujan deras mengguyur kota tersebut.

Kepala Pelaksana Harian BPBD Kota Banjarbaru, Zaini, mengatakan,  genangan air terjadi akibat debit air hujan melimpah dan tidak mampu ditampung sungai Basung sehingga menggenangi kawasan sekitarnya.
“Kami sudah turun ke lokasi banjir dan terdata puluhan rumah warga sempat tergenang air setinggi 50 centimeter akibat luapan air hujan. Namun, sekarang berangsur surut,” ujarnya.

Meski genangan air yang masuk ke permukiman dan rumah-rumah warga berlangsung tidak sampai hitungan jam, tetapi cukup membuat warga kerepotan untuk mengamankan barang berharga.

Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika  (BMKG) menyebut cuaca  ekstrem masih berpotensi terjadi hingga Maret. Cuaca ekstrem yang menyebabkan hujan deras dengan intensitas tinggi bakal terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia mulai dari DKI Jakarta hingga Papua.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan ada aliran udara basah dari Timur Afrika diperkirakan menuju wilayah Indonesia. Aliran itu dapat mengakibatkan potensi  hujan ekstrem pada 10-15 Januari 2020.

“Aliran udara basah masuk ke Indonesia diperkirakan pada 10-15 Februari 2020 dan siklus berulang pada akhir Januari hingga pertengahan Februari 2020,” ujarnya saat rapat koordinasi di kantor BNPB di Jakarta, Kamis (2/1).

Sejumlah wilayah di Indonesia yang diprediksi terdampak hujan dengan intensitas tinggi hingga ekstrem tersebut, meliputi Sumatera bagian tengah, Jawa, Kalimantan bagian selatan, Sulawesi bagian selatan hingga tenggara.”Karena itu, masyarakat diminta untuk mempersiapkan segala sesuatu sebagai antisipasi kemungkinan bencana yang dapat berpotensi terjadi,” katanya.

Dwikorita juga mengingatkan prakiraan potensi hujan lebat awal tahun di Jabodetabek masih akan berlangsung hingga tujuh hari ke depan. “Potensi hujan lebat 2-7 Januari 2019 di jabodetabek,” katanya.

Ia meminta masyarakat waspada terhadap potensi banjir dan longsor serta angin kencang. Lebih lanjut, prakiraan cuaca yang terjadi di Jabodetabek rata-rata diawali pada pagi hari berawan, siang hingga malam hujan.

“Meskipun sudah diprediksi, cuaca dapat sewaktu-waktu berubah karena anomali cuaca,” ujarnya.

Banjir yang terjadi  di penghujung 2019 ini tak urung membuat prihatin Gubernur Kalsel Sahbirin Noor. Lewat akun facebook-nya, gubernur  yang akrab disapa Paman Birin itu mengajak warga Kalsel waspada karena saat  ini musim hujan belum pada masa puncaknya, namun sudah terjadi banjir.

‘’BPBD Kalsel sudah merilis ancaman bahaya banjir ketika memasuki awal musim hujan yang mencapai puncaknya di bulan-bulan pertama 2020. Waspada akan bahaya banjir dan dampak-dampak yang ditimbulkannya. Tapi lebih baik lagi kalau kita sedari awal sudah mencegah penyebab-penyebab timbulnya banjir itu,’’ tulis Paman Birin yang diposting pada Selasa, 31 Desember 2019.

Penulis: Salman

Baca Artikel Lainnya

Tinggalkan komentar