Suasana Yudisium I FH ULM di Hotel Golden Tulip, Senin(11/2). (Foto: tya/brt).
Banjarmasin, BARITO – Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat (FH ULM) melepas 90 mahasiswa S1 dan S2 pada acara Pelepasan Lulusan Program Sarjana dan Magister Yudisium I Tahun Akademik 2018/2019 di Ballroom Neptunus Hotel Golden Tulip, Senin (11/2) pagi.
Para yudisiawan/yudisiawati terdiri dari 39 orang mahasiswa Regular A, 7 Reguler B, program magister ilmu hukum (PMIH) 24 lulusan dan magister kenotariatan (MKn) 20.
Dekan FH ULM, Dr. A. Halim Barkatullah, SAg., SH., M.Hum dalam sambutannya berpesan kepada alumninya untuk selalu meningkatkan kompetensi secara mandiri.
“Dengan begitu cepatnya perkembangan dunia global saat ini, bekal yang saudara miliki tentunya perlu terus menerus di tingkatkan. Baik dengan mengambil jalur formal ke strata yang lebih tinggi maupun non formal berupa kursus atau pelatihan yang tersertifikasi,” ujarnya.
Pihaknya mengakui bahwa dengan segala keterbatasan yang dimiliki, tidak seluruhnya dapat disampaikan pada saat perkuliahan. Menurut Halim, banyak kompetensi yang harus ditingkatkan secara mandiri.
Kompetensi itu diantaranya keahlian bidang hukum, legal drafting perundang-undangan, legal drafting kontrak, legal opinion, proses beracara di pengadilan, dan penanganan kasus-kasus hukum sumber daya alam yang merupakan bidang konsentrasi pendidikan hukum di FH ULM.
Pada kegiatan itu, FH ULM memberikan beberapa penghargaan. Diantaranya kepada lulusan yang pada saat mahasiswa sudah berprestasi dalam bidang akademik dengan mandapatkan IP tertinggi dan tercepat, berptestasi dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan. Penghargaan juga kepada yang berprestasi dalam berbagai kejuaraan di tingkat Regional, Nasional dan Internasional.
Lulusan Terbaik Gemar Membaca
Salah satu lulusan terbaik, Joko Sutrisno mengatakan, salah satu kiat dirinya menempuh pendidikan di perguruan tinggi adalah selalu membaca dan berniat untuk menuntut ilmu.
Peraih IPK 3, 96 itu mengakui, memang sulit membagi waktu antara kuliah di kampus dan pekerjaan kesehariannya. Karena dirinya adalah pengusaha dan advokat.
“Tidak dapat dipungkiri membagi waktu itu sulit sekali. Tetapi kita harus niatkan secara batin untuk menuntut ilmu, bukan bertujuan mengejar prestasi misalnya harus dapat ranking dan sebagainya,” kata lulusan program magister ilmu hukum (PMIH) itu.
Kemudian dia mengatakan yang penting adalah membaca setiap waktu atau belajar sendiri. Sehingga ketika dosen mengajar di kampus, maka sebelumnya sudah memiliki gambaran atau sesuai dengan keinginan dosen.
“Saya membaca dimanapun berada. Baik buku cetak maupun yang ada di internet melalui handphone bila tidak membawa buku. Jadi membaca bisa dilakukan setiap saat. Bahkan sebelum rapat bisa membaca,” jelasnya.
Joko juga menyarankan agar mahasiswa jangan terbiasa dengan SKS (sistem kebut semalam) atau baru belajar semalam suntuk ketika besoknya ada ujian. Karena cara belajar tersebut dianggap cara instant. Artinya, kata Joko, mahasiswa itu tidak membekali diri secara awal dan ingin mengejar nilai semata, tidak mengejar ilmu. Padahal tujuan kuliah menurutnya haruslah mencari ilmu.”Kalau dalam hatinya bertujuan mencari ilmu, maka setiap hari dia akan isi ilmunya. Jadi begitu ujian, tidak perlu sistem kebut lagi, tidak belajar pun bisa,” cetus Joko yang berencana meneruskan ke jenjang doktoral (S3) di Universitas Airlangga (Unair) Surabaya itu. Dia berpendapat bahwa menambah ilmu harus dilakukan secara terus menerus. Karena hal itu dapat menunjang karir seseorang.tya