Jejangkit, BARITO
Mentari baru saja menebar senyuman kepada hamparan pematang sawah yang luas di Desa Jejangkit Muara Kecamatan Bariti Kuala (Batola), ketika jam dinding menunjukkan tepat pukul 08.00 Wita pagi. beberapa orang warga sudah bersiap menuju tempat dimana mereka bercocok tanam.
Namun, ada hal yang berbeda kali ini puluhan remaja yang tergabung dalam Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (PISIP), Universitas Lambung Mangkurat ikut membaur dengan para petani menuju ke lokasi persawahan yang dipersiapkan untuk memyambut Hari Pangan Sedunia (HPS) yang puncaknya pada 18 Oktober nanti.
Ya, para petani dan mahasiswa itu hendak menanam padi serta menabur pupuk di lahan dengan luas kurang lebih satu hektar persegi. Perjuangan untuk menuju lokasi HPS yang baru dimulai.
Jarak dari rumah menuju lokasi lumayan jauh diperlukan waktu 30 menit untuk sampai ke lokasi penyemaian padi apabila menggunakan alat transportasi kendaraan roda dua. Jalanan yang dilewati sebagian masih dihiasi lobang dan batu terjal.
Ketika sampai ke lokasi tujuan perjuangan belum berakhir, masih ada sedikit rintangan yang perlu dilalui. Salah satunya mereka harus meniti pelan titian yang terbuat dari kayu galam dengan lebar yang hanya 50 centimiter dan panjang tiga meter tentu saja sangat tidak ramah untuk kaki pejalan kaki.
Bahkan mereka harus ekstra hati-hati ketika menyeberanginya. Maklum, air sungai yang keruh berwarna coklat menunggu mereka apabila terjatuh. Warga yang sudah mengenakan topi purun lengkap dengan pakaian untuk terjun langsung kesawah menanam padi dengan menggunakan alat sederhana. Mahasiswa yang ikut dalam penanaman padi di lahan HPS, didampingi para petani agar padi yang ditanam bisa tumbuh subur hingga waktunya panen.
Tak terasa waktu mulai siang, terik matahari mulai terasa menyengat di bagian muka petani dan mahasiswa yang sedang menanam padi. Sesekali mereka mengusapkan air keringat yang menempel di mukanya dengan tangan sebelah kanan.
Waktu menunjukkan pukul 12.00 Wita siang, para petani dan mahasiswa naik ke atas jalan setapak untuk mencari tempat beristirahat sejenak di bawah pepohonan, dalam keadaan pakaian yang sudah kotor terkena tanah di lahan. Dan mereka kembali melanjutkan tanam padi pada pukul 14.00 Wita siang.
Para petani bersama mahasiswa kembali melanjutkan penanaman padi di sawah yang sebagian sudah ditanami padi.Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 wita sore, tandanya mereka harus pulang ke rumah. Sebelum pulang ke rumah, mereka membersihkan kaki serta tangan yang terkena tanah di bantaran aliran sungai yang mengalir. Perlahan kembali melewati titian dan menuju pulang.
“Senang bisa terjun langsung bersama teman-teman untuk menanam bibit padi di sawah. Untuk menyukseskan HPS,” ucap Ketua Kelompok 5 Kuliah Kerja Nyata (KKN) Muhammad Murjani. Menurut Murjani, yang juga Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Angkatan 2015 FISIP ULM ini, menanam bibit padi di sawah baru pertama kalinya dan untuk menanamnya perlu hati-hati, agar bibit padinya tumbuh subur dan menghasilkan beras yang baik.
“Awalnya ragu untuk menanam bibit padi, karena belum mahir. Setelah diajari panitia HPS, saya bisa menanam bibit padinya,” ujar Mahasiswa yang juga anggota aktif di Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP ULM ini.
Mulyadi mengatakan kegiatan hari ini menebar pupuk kompos di lahan 1 hektar yang dikerjakan selama dua hari dengan dibantu tujuh warga lainnya.”Menabur pupuk sebanyak 1 hektar membutuhkan waktu sekitar dua hari. Pupuknya ditabur di lahan yang sudah di tanami padi,” Kata Mulyadi yang mengenakan topi purun sedang melakukan penaburan pupuk di lahan yang nantinya dijadikan HPS.
Menurut Mulyadi, untuk penaburan pupuk di lahan 1 hektar ini, menghabiskan pupuk diperkirakan sebanyak 100 karung. Selain mengerjakan penaburan pupuk di lahan HPS, juga mengerjakan penabukan tanah.”Kadang kadang menyemprot dan menggaruk (pengerokan) tanah. Sedangkan penyemprotan hama di tanaman padi ini, dilakukan setelah selesai di taburi pupuk,”ujar Mulyadi pria kelahiran tahun 1984 ini.
Malam mulai tiba, beberapa mahasiswa yang ikut menanam padi di lahan HPS, merasakan pegal-pegal di bagian badannya.”Merasa pegal di bagian pinggang, karena habis ikut menanam padi di Lahan HPS. Menanam padinya posisi badan menunduk kedepan.Meski terasa pegal, malamnya langsung dibawa tidur, pas bangun pagi hari pegalnya sudah hilang. Dan sempat mencari tukang pijat, tapi tidak ada,” ujar Yanda Ramadhani, mahasiswa FISIP angkatan 2015 ini. ndy