Banjarmasin, BARITO – Budaya negatif dari dampak globalisasi menjadi ancaman dalam pecahnya persatuan dan kesatuan. Menanggapi itu Alumni Taplai Lemhanas RI, Budiono, menjelaskan, bangsa Indonesia memiliki pondasi dalam membangun persatuan dan kesatuan bangsa yakni UUD 1945, Pancasila, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI.
Pentingnya pondasi bangsa tersebut karena memiliki nilai – nilai kehidupan dalam berbangsa yakni religius, kekeluargaan, kerakyatan, keselarasan dan keadilan.
“Konsepnya nilai kebangsaan Indonesia, yakni nilai budaya lokal bersinergi, kemudian menyatukan keanekaragaman suku dan agama,namun juga memiliki ikrar bersama yakni musyawarah dan mufakat, “jelas Budiono dalam sosialisasi wawasan kebangsaan bersama para mahasiswa dan para pengendara gojek di Aula Banjarmasin Tengah, Rabu (9/10)
Budiono menambahkan, penting juga dipahami yakni nilai dalam kebangsaan yakni memahami prinsip -prinsip moral yang bersumber dari budaya sendiri yang akan menjadi kekuatan untuk membangun diri dengan harapan menjangkau kehidupan sejahtera bersama satu bangsa.
Tak lupa, ia berharap kepada generasi muda terutama mahasiswa, melalui sosialisasi wawasan kebangsaan ini bisa memahami arti pentingnya wawasan kebangsaan sehingga bisa menjadi cerminan dalam lingkungan mahasiswa ketika melakukan gerakan – gerakan dimana gerakan yang sifatnya membangun.
“Misalnya jika harus demo maka demo diharapkan demonya yang membangun tanpa mengabaikan persatuan dan kesatuan, “tuturnya.
Sementara itu Kepala Kesbangpol Kota Banjarmasin Kasman, mengatakan dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dengan tujuan untuk memperkuat kesadaran bela negara maka masyarakat haruslah memiliki demokrasi.
“Untuk menjalankan demokrasi itu kita harus memiliki beberapa prinsip didalamnya, dan mencerminkan prilaku dengan nilai demokrasi seperti menjunjung tinggi harkat martabat manusia sebagai sesama makhluk Tuhan, lalu menghargai pendapat orang lain, dan mengutamakan persatuan dan kesatuan serta mendahulukan kepentingan bersama tanpa mengalahkan kepentingan pribadi maupun golongan,” demikian Kasman.
dan