Paringin, BARITO
Satu lagi salah seorang Pahlawan kemerdekaan di Kabupaten Balangan yang bermakam di Taman Makam Pahlawan Kabupaten Balangan yang berlokasi di Kecamatan Juai.
Dialah Lettu H Awang Nasir pria kelahiran Pulau Pinang, Malaysia 10 Desember 1925. Pria yang mendedikasikan dirinya sebagai tentara pada Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) sampai akhir hayatnya pada 3 Februari 1980.
Pemindahan makam ini berjalan dengan haru, makam yang berada ditepi jalan Desa Lampihong Kiri, kecamatan Lampihong dipadati warga yang mengikuti prosesi pembongkaran makam dari awal hingga akhir.
Sempat mengecap pelatihan sebagai tentara di Haiho, sang Letnan terus berjuang keluar masuk hutan Kalimantan Selatan khususnya daerah hutan HST dan Balangan. Kemudian Lettu Awang Nasir bergabung pada Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan terakhir menetap pada ABRI.
Achmad Maragi salah seorang anak sang pahlawan ini menyebutkan, semasa hidup ayahnya, dari awal menikah dengan dengan ibunya Hj Masrah pada tahun 1948. Ayah ibunya tidak pernah hidup menetap disuatu tempat. Mereka selalu berpindah-pindah.
Bahkan sehabis ayahnya menikahi sang ibu yang merukapan wanita kelahiran Barabai 10 Maret 1929 ini, mereka selama 7 bulan hanya tinggal dalam hutan untuk bersembunyi dari kejaran para penjajah.
” Perjuangan ayah dulu tidak seperti perjuangan tentara yang kita lihat seperti saat ini, beliau menggunakan bambu runcing dan senjata tajam lainnya untuk melawan para penjajah,” kata Maragi
Menambahkan, Linda anak terakhir Lettu H Awang Nasir mengungkapkan, bahwa semasa hidup ayah ibunya dikaruniai 13 orang anak, dan hingga kini tersisa 11 orang anak yang hidup dan menetap diberbagai daerah di Kalimantan.
Linda menceritakan, bahwa ayahnya selama bertugas sering berpindah pindah. Selama pelatihan militer dan tugas luar daerah, sang ayah menetap dipulau jawa. Kemudian kembali lagi ke Kalimantan dan bertugas di Danau Panggang Kabupaten HSU.
Selama perang melawan penjajah lanjut Linda, ayah ditemani sang ibu, keluar masuk hutan di daerah Barabai. Hingga perjuangan melawan penjajah selesai usai dikumandangkannya Kemerdekaan oleh Presiden Soekarno, ayah ibunya baru bisa menetap dengan tenang di Kabupaten Balangan.
“Ayah sempat tugas di Kecamatan Lampihong dan Paringin Kabupaten Balangan, hingga masa pensiun dan tutup Usia,” ujar Linda.
Dirinya mewakili seluruh Keluarga mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Balangan yang telah memberikan apresiasi dan penghargaan yang tinggi untuk almarhum ayahnya. Menurutnya dengan dipindahkannya makam sang ayah ke Taman Makam Pahlawan setempat, ini dapat memberikan nilai yang sangat positif bagi daerah khususnya para generasi muda agar tahu tentang para penjuang kemerdekaan yang berada di Balangan.
“Dengam makam ayah dipindahkan, ini akan membantu kami pula dalam pengurusan makam. Makam ayah pasti akan terawat dengan baik, dan memudahkan kami untuk mencari makam ayah yang akan tertata rapi,” tutupnya.
Sementara itu, Rusmin Nuriadin Kabid Pemberdayaan Sosial pada Dinas Sosial setempat mengatakan, pemindahan makam ini bertujuan untuk mengumpulkan makam-makam para pahlawan di Balangan di Taman Makam Pahlawan di Kecamatan Juai.
Saat ini, kata Rusmin, hanya ada satu makam yang berada di taman makam tersebut, dan hari ini akan bertambah satu lagi, yaitu makam untuk Lettu H Awang Nasir yang sedang dipindahkan ini.
“Kami sudah mendata ada lima orang yang makamnya akan kita pindahkan termasuk makam ini, empat makam lainnya masih menunggu izin dari pihak ahli waris untuk dindahkan,” bebernya.
Pihaknya berharap, dengan dipindahkannya satu makam ini, semoga menjadi keterbukaan pihak keluarga yang lain untuk memindahkan makam keluarganya yang termasuk dalam data pihaknya untuk memindahkanya ke Taman Makam Pahlawan juga.
Perlu diketahui, semasa hidup almarhum, sang letnan menerima 9 penghargaan atas perjuangannya melawan penjajah. Adapaun penghargaan yang diterimanya diantaranya Satyalantjana Gerakan Operasi Militer V ditandatangani Menteri Pertahanan Djuanda 1950. Satyalantjana Kesetiaan ditandatangani Menteri Pertahanan Djuanda 1959. Satyalantjana Peristiwa Perang Kemerdekaan Kesatu ditandatangani Menteri Pertahanan Djuanda 1960. Satyalantjana Peristiwa Perang Kemerdekaan Kedua ditandatangani Menteri Pertahanan Djuanda 1960.
Mendali Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia ditandatangani Presiden Republik Indonesia 1960. Tanda Jasa Pahlawan dari Presiden Republik Indonesia pada tahun 1962.Satyalantjana Wira Dharma ditandatangani Kepala Staff Angkatan Bersenjata Djendral TNI A.H Nasution pada tahun 1967. Satyalantjana Penegak ditandatangani Djendaral TNI Soeharto pada tahun 1971. Dan Surat Tanda Penghargaan dari Panglima Daerah Militer X Lambung Mangkurat ditanda tangani Pangdam X Brigjen Soebarjo pada tahun 1975.
wnd