Banjarmasin, BARITO – Memaknai kata ‘radikal’ yang beredar dan dipahami masyarakat sekarang ini dinyatakan salah besar dalam acara ‘Forum Diskusi Polarisasi Berpikir Memaknai Radikalisme’ di Kampus Uniska, Selasa (25/6).
Menurut Rakhmad Nopliardy, narasumber acara yang juga seorang dosen fakultas Hukum Uniska ini mengatakan dengan tegas bahwa pemahaman itu salah. Radikal sebenarnya adalah pemahaman yang positif dimana sikap radikal mencerminkan orang yang teguh pada pendirian.
Radikal adalah afeksi atau perasaan yang positif terhadap segala sesuatu. Seiring berjalannya, makna radikal disebut dengan sikap negatif, namun itu sesungguhnya radikal tergantung pada siapa yang menggunakan.
“Polarisasi ini bila digunakan untuk hal yang negatif maka muncul hal negatif. Radikal itu tergantung siapa yang menggunakannya, bila positif maka hasilnya positif,” katanya dalam acara yang dihadiri para dosen dan puluhan mahasiswa di Banjarmasin.
Rahmad memandang dalam sisi akademisi kata radikal tidak bisa dilihat dengan satu perspektif. Sebab, itu bisa dilihat dengan segi filosofis, dilihat dengan politik, hukum dan lainnya.
Di dunia, radikal itu disikapi dengan perbedaan makna, hal tersebut mengapa itu terjadi.
“Ini tugas akademisi dalam menggambarkan makna itu. Artinya radikal tidak bisa hanya dengan satu perspektif.
Radikalisme yang dipahami saat ini yakni satu perspektif saja yakni kekerasan, itu paham perspektif sama di abad 18 hingga 20. Padahal tergantung apa yang disampaikan.
Ia mencontohkan, sikap radikal itu misalnya seorang yang berhijab dan diminta untuk melepas hijabnya, namun ia keras tidak mau melepas. Nah itulah sikap radikal dimaksud bukan apa yang diartikan sekarang ini. hamdani
1 comment