Manajemen Isuzu Pergencar Pemasaran D-Max di Kalimantan dan Sulawesi

by admin
0 comments 5 minutes read
Irwan Nawir (kiri) bersama Supervisor Astra Isuzu Sorowako Imrad (kanan) memberikan penjelasan mengenai Isuzu Diagnostic Service System (IDSS) yang dimiliki Isuzu D-Max di kawasan Pertambangan nikel PT Vale Indonesia Tbk, Sorowako, Sulawesi Selatan,  Rabu (24/10).  (foto ist/brt)

Sorowako, BARITO – Manajemen PT Astra International-Isuzu terus mempergencar pemasaran mobil pick up (PU) 4×4 dua kabin Isuzu D-Max seiring menggeliatnya industri pertambangan di sejumlah daerah di Tanah Air, terutama Sulawesi dan Kalimantan.

“Kami memiliki produk seperti Isuzu D-Max yang sudah dipercaya perusahaan tambang karena durabilitas dan ketangguhannya,” ujar Kepala Wilayah Kalimantan dan Sulawesi PT Astra International-Isuzu Irwan Nawir saat mengunjungi area tambang nikel PT Vale Indonesia Tbk di Sorowako, Sulawesi Selatan, Rabu  (24/10).

Irwan menjelaskan, perusahaan tambang nikel raksasa multinasional itu mulai menggunakan mobil Isuzu D-Max sejak 2004. Hingga saat ini, total sudah 319 unit yang digunakan PT Vale Indonesia Tbk. Bahkan, sebagian besar mobil yang sudah berusia di atas 10 tahun masih digunakan di area tambang di Sorowako.

Diyakini, dengan terus membaiknya harga nikel di pasaran dunia, permintaan PT Vale terhadap mobil D-Max untuk supporting operator tambang akan terus meningkat. Apalagi, sekitar 60-70% unit kendaraan mereka sudah masuk jadwal peremajaan.

“Kontrol market kami di Sulsel ada di PT Vale, jadi bergantung pada forecast mereka. Harga nikel memang naik turun. Tetapi, kuartal ketiga dan empat stabil. Jadi, kalau terus stabil hingga tahun depan, market otomotif double cabin bisa naik 20-30 persen. Kalau PT Vale menambah, tentu 100 persen adalah untuk Isuzu, jadi dari semula 5-6 unit per bulan, bisa naik jadi 8-10 unit,” tutur Irwan.

Saat ini ia juga tengah membidik kawasan lain di Sulawesi di mana pertumbuhan industri tambang nikel juga menggeliat seperti Maluku Utara, Ternate, dan Halmahera. Walaupun memang, rencana ekspansi ke wilayah itu tidak terlalu besar ketimbang untuk memenuhi kebutuhan PT Vale.

Selain di Sulawesi, pihaknya juga akan mempergencar pemasaran di Kalimantan. Tahun depan, pihaknya menargetkan menguasai 25 persen pangsa pasar di Kalimantan. Apalagi diperkirakan, dengan membaiknya harga batubara, market mobil PU kabin ganda 4×4 akan bergerak naik di angka 20-25 persen.

Menurut dia, D-Max bisa diterima dengan baik karena memiliki ketangguhan dan daya tahan yang lama. Selama digunakan untuk menjadi kendaraan supporting di tambang PT Vale, D-Max tidak pernah mengalami masalah.

Selain di Sulawesi, pihaknya juga akan mempergencar pemasaran di Kalimantan. Tahun depan, pihaknya menargetkan menguasai 25 persen pangsa pasar di Kalimantan. Apalagi diperkirakan, dengan membaiknya harga batubara, market mobil PU kabin ganda 4×4 akan bergerak naik di angka 20-25 persen. Berdasarkan catatan, harga batubara tahun 2015-2016 lampau sempat anjlok di harga US$ 60 per metrik ton. Akibatnya, banyak perusahaan tambang di Kalimantan gulung tikar. Kini harga batubara di kisaran US$ 100 hingga US$ 101,8 per metrik ton.

“Peningkatan luar biasa. Pangsa pasar kami dari semula hanya 1-5 persen, tahun ini pangsa pasar kami melonjak jadi 15%. Tahun depan kami optimistis bisa meraih 20-25%,” tutur Irwan.

Irwan juga menjelaskan, pernah suatu kali PT Vale menggunakan merek lain yang menjadi kompetitor Isuzu, namun ternyata bermasalah. Kekuatan dan daya tahan kendaraan itu jauh di bawah D-Max. Sementara D-Max memiliki daya tahan yang tinggi untuk mengarungi medan berat. Belum lagi, bodi kendaraan yang lebih kuat dan tahan lama ketimbang merek kompetitor di tengah udara sulfur yang bisa membuat kendaraan cepat berkarat.

Sebenarnya, tambah Irwan, keunggulan lain adalah BBM yang hemat. Efisiensi bahan bakar juga bisa dipantau rekaman data pengendara yang ada di mobil melalui Isuzu Diagnostic Service System (IDSS). Sistem itu membuat “laporan kesehatan” mobil konsumen yang bisa memberi rekaman data pola mengemudi, konsumsi bahan bakar, pengoperasian pedal gas, dan informasi umum lainnya sejak mobil itu keluar dari pabrik. Dari data itu, konsumen bisa mengetahui seberapa hemat ia mengendarai mobilnya, termasuk mengetahui kesehatan mobilnya sehingga bisa melakukan antisipasi yang maksimal.

Namun, perusahaan tambang sekelas PT Vale Indonesia Tbk tidak melihat hal itu menjadi pertimbangan utama bagi mereka memilih D-Max. Seperti diakui Senior Manager of Mobile Equipment Maintenance (MEM) PT Vale Indonesia Tbk Teguh Dwi Kuncoro. “Kami memilih D-Max belum melihat dari sisi fuel consumptionnya. Sebab, untuk sisi fuel consumption, ada prioritas lain yakni kendaraan berat dump truck. Kalau D-Max adalah kendaraan supporting, masuk di light vehicle,” papar Teguh.

Dikatakan, pihaknya memilih Isuzu D-Max karena kendaraannya lebih familiar dengan fuel yang digunakan PT Vale. Mobil lain, terutama buatan Eropa, sangat sensitif untuk penggunaan jenis BBM. Makanya, injektor mobil itu sering bermasalah. Sementara Isuzu D-max tidak. D-Max bisa menggunakan solar jenis apa saja, termasuk yang kelas terendah.

Supervisor Astra Isuzu Sorowako Imrad mengatakan, D-Max spesifikasinya memang unggul ketimbang merek lain. D-Max diperkuat mesin commonrail 4JK1-TC HI dengan 2.500 cc. Mesin itu dilengkapi pompa injeksi bahan bakar dengan kontrol elektronik dan dibalut intercooled turbo chargerand VGS (variable Geometry Systems).

D-Max kuat di medan ekstrem karena didukung torsi maksimal 32,6 kgm dan RPM 1.800-2.800, serta power maksimal 138 PS/3.400 RPM. D-Max juga memiliki fitur keselamatan anti-lock braking system (ABS) yang dikombinasikan bersama electronic brake distribution (EBA) dan brake assist (BA). Layaknya mobil berpenggerak 4×4, keduanya memiliki transfer case model putar. Menariknya, transisi dari penggerak roda belakang ke 4×4, bisa dilakukan ketika kendaraan melaju.

Pada kesempatan yang sama, Acting Manager MEM LV PT Vale Indonesia Tbk Dahlan Landao menjelaskan, selama menggunakan D-Max untuk supporting operasional di tambang, pihaknya tidak pernah mengalami masalah terkait kurangnya dukungan mekanik dan ketersediaan suku cadang.

“Masalah klasik tambang adalah di maintenance dan ketersediaan part. Tim Isuzu ada di sini, responsnya cepat. Part kami terpenuhi terus, tidak perlu menunggu lama,” kata dia.

Ditambahkan, suku cadang yang kerap diganti adalah di bagian kaki-kaki, karena medan yang berat. Lalu rem dan kanvas kopling.

Dulu, kata Dahlan, pihaknya pernah mencoba menggunakan mobil PU kabin ganda 4×4 merek lain. Ternyata malah operasional tambang menjadi berantakan. Soalnya, mobil itu kerap bermasalah dan pasokan suku cadangnya lemah.

Sementara itu, terkait adanya “laporan kesehatan” mobil melalui sistem Isuzu Diagnostic Service System (IDSS), menurut Dahlan hal itu merupakan keunggulan yang belum banyak diketahui.

“Soal healthy report harusnya bisa kami manfaatkan. Jelas rugi beli mobil sementara teknologi tidak dimanfaatkan,” ujar dia.  net/ril

Baca Artikel Lainnya

Leave a Comment