Azkia Naisa Zulfa (202410490110076)
Mata Kuliah: Bahasa Indonesia Keilmuan
Dosen Pengampu: Bapak Robby Cahyadi M.PD
Fakultas Ilmu Kesehatan/Fisioterapi
Universitas Muhammadiyah Malang
Pada dasarnya setiap hari kita menggunakan anggota tubuh dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Apalagi tangan merupakan bagian tubuh yang sering digunakan baik dalam beraktivitas maupun bekerja. Epicondylitis lateral juga disebut sebagai “tennis elbow,” pertama kali dijelaskan oleh Runge pada tahun 1873. Menurut beberapa ahli fisioterapi luar negeri berpendapat bahwasannya tennis elbow sering terjadi pada individu yang berusia 30-50 tahun, dengan prevalensi yang cukup tinggi pada orang yang sering melakukan aktivitas repetitif. Aktivitas seperti bermain tenis, memegang peralatan berat, atau mengetik dalam waktu yang lama dapat meningkatkan risiko cedera pada tendon ekstensor lengan, yang menyebabkan peradangan dan rasa sakit yang khas.
Kondisi ini sering menyebabkan penurunan kekuatan genggaman dan kesulitan dalam melakukan gerakan yang melibatkan pergelangan tangan, seperti memutar pergelangan tangan atau menggenggam benda berat. Selain itu, faktor-faktor lain seperti teknik olahraga yang buruk, kelemahan otot lengan, serta peningkatan usia juga dapat memperburuk kondisi ini. Meskipun tennis elbow lebih sering dialami oleh individu berusia 30-50 tahun, gangguan ini juga dapat memengaruhi orang yang lebih muda atau lebih tua, tergantung pada tingkat aktivitas fisik dan riwayat cedera sebelumnya.
Seiring dengan meningkatnya frekuensi dan intensitas olahraga, terutama tenis, banyak atlet yang mengalami cedera ini, sehingga mempengaruhi kualitas permainan tennis dan kemampuan untuk terus berkompetisi. Tennis elbow tidak hanya membatasi gerakan dan kekuatan lengan, tetapi juga dapat mempengaruhi kualitas hidup, baik dalam konteks profesional maupun pribadi. Karena itu, penanganan yang tepat sangat diperlukan untuk membantu penyembuhan dan pemulihan fungsional. Penanganan yang umum dilakukan mencakup penggunaan obat anti-inflamasi, terapi fisik, penggunaan teknik terapi secara elektro, dan dalam kasus yang lebih parah, tindakan pembedahan.
Kondisi ini biasanya dimulai dengan rasa sakit ringan yang muncul pada bagian luar siku, dan dalam beberapa kasus, rasa sakit ini bisa berkembang menjadi lebih intens, bahkan menjalar ke pergelangan tangan dan lengan bawah. Selain bermain tennis, aktivitas yang melibatkan tekanan berlebihan pada sendi siku, seperti mengetik atau mengangkat beban, turut meningkatkan kemungkinan terjadinya tennis elbow. Pada usia yang lebih muda, kondisi ini biasanya terjadi karena aktivitas fisik yang melibatkan gerakan tangan atau lengan berulang, seperti olahraga atau pekerjaan yang memerlukan penggunaan lengan secara terus-menerus. Sementara itu, pada usia yang lebih tua, faktor penuaan dan penurunan elastisitas tendon dapat membuat seseorang lebih rentan mengalami cedera, meskipun intensitas aktivitas fisik yang dilakukan mungkin tidak setinggi pada usia muda.
Atlit tennis bisa menderita tennis elbow disebabkan oleh beberapa faktor utama yaitu: penyebab yang paling sering terjadi adalah gerakan berulang yang berlebihan, terutama yang melibatkan pergelangan tangan dan lengan bawah. Gerakan ini menyebabkan ketegangan pada tendon. Ketika atlit tenis melakukan pukulan berulang dengan raket, tekanan yang terus-menerus pada tendon dapat menyebabkan cedera.
Selain itu, teknik atau posisi yang salah saat bermain tenis juga dapat menjadi pemicu utama terjadinya tennis elbow. Misalnya, pukulan backhand yang dilakukan dengan cara yang kurang tepat dapat memberi beban ekstra pada tendon siku, mengakibatkan iritasi dan peradangan. Teknik yang buruk ini menyebabkan tekanan yang tidak seimbang pada otot dan tendon, mempercepat terjadinya cedera. Penggunaan peralatan yang tidak sesuai juga berperan dalam peningkatan risiko cedera ini. Raket yang terlalu berat atau senar yang terlalu kencang dapat memberikan tekanan lebih pada tendon lengan bawah, yang akhirnya menambah beban pada sendi siku dan menyebabkan peradangan.
Selain faktor-faktor teknis dan fisik, usia juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya tennis elbow. Seiring bertambahnya usia, elastisitas tendon cenderung menurun dan kekuatan otot pun berkurang. Hal ini membuat atlet yang berusia 40 tahun ke atas lebih rentan terhadap cedera ini, terutama ketika mereka bermain tenis secara intens. Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah pola istirahat yang cukup, banyak atlit yang terlalu fokus pada latihan dan pertandingan, tanpa memberikan waktu yang cukup bagi tubuh untuk pulih. Kurangnya istirahat dapat menyebabkan overuse atau penggunaan otot yang berlebihan tanpa waktu pemulihan yang memadai, meningkatkan risiko cedera.
Upaya pencegahan untuk menghindari terjadinya tennis elbow melalui beberapa langkah yang efektif. Pencegahan ini mencakup serangkaian tindakan yang bertujuan untuk mengurangi risiko cedera pada tendon yang menghubungkan otot lengan bawah dengan tulang lengan atas, terutama di sekitar siku. Pencegahan yang bisa kita lakukan seperti menggunakan alat yang sesuai, memperhatikan waktu istirahat, pola makan yang sehat dan bergizi, memperhatikan kekuatan atau stamina pada saat bermain tennis, tidak hanya itu kita juga harus melakukan penguatan otot.
Selain penguatan otot, penting juga untuk melakukan peregangan otot secara rutin. Peregangan otot-otot lengan bawah dapat membantu meningkatkan kelenturan dan mengurangi ketegangan yang dapat menyebabkan cedera. Peregangan otot yang lembut dan bertahap membantu menjaga keseimbangan antara kekuatan dan fleksibilitas otot, yang sangat penting dalam pencegahan cedera jangka panjang. Jika dilakukan dengan benar dan secara konsisten, peregangan dapat membantu mempercepat proses penyembuhan dan mencegah kekakuan pada sendi siku serta meningkatkan rentang gerakan secara keseluruhan.
Manipulasi fisik mencakup berbagai teknik, seperti pemanasan, peregangan otot, penguatan otot, dan terapi manual. Metode ini bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan fleksibilitas, memperkuat otot yang terlibat, dan memperbaiki fungsi sendi siku yang terpengaruh. Pemanasan dan peregangan yang dilakukan sebelum aktivitas olahraga dapat mengurangi ketegangan pada tendon dan otot, sehingga mengurangi risiko cedera. Latihan penguatan otot, khususnya pada otot ekstensor pergelangan tangan, juga sangat membantu dalam redistribusi beban mekanik dan meningkatkan stabilitas lengan, khususnya pada lengan bawah agar menghindari terjadinya tennis elbow. Saya berharap, dengan manipulasi fisik dapat menjadi salah satu alternatif pengobatan yang efektif bagi atlet tenis dalam pencegahan dan pemulihan dari tennis elbow, dengan tetap mengedepankan pendekatan holistik dan pencegahan cedera lebih lanjut.