Banjarmasin, BARITO – Sedikitnya 360 mahasiswa pecinta alam (mapala) dari 170 perguruan tinggi negeri dan swasta di Indonesia, sepakat mendukung penyelamatan Pegunungan Meratus di Provinsi Kalimantan Selatan dengan membebaskan kawasan itu dari pertambangan batu bara dan menjadikan masalah ini sebagai isu nasional.
Dukungan itu diwujudkan dalam deklarasi dan penandatangan petisi saat agenda Temu Wicara dan Kenal Medan (TWKM) XXXI di Auditorium Mastur Jahri UIN Antasari, Kota Banjarmasin, Senin (21/10).
Penandatangan dan deklarasi turut disokong Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI. Kemudian disaksikan, Wali Kota Banjarmasin, Ibnu Sina, dan Rektor UIN Antasari Prof Mujiburrahman.
Direktur Eksekutif Walhi Nur Hidayati menyebut Pegunungan Merarus sebagai kawasan ekosistem esensial yang patut dijaga oleh masyarakat Kalimantan Selatan.
“Meratus ini sumber air, menyimpan keanekaragaman hayati, dan ada masyarakat hukum adat. Adanya dukungan dari mahasiswa ini sangat dibutuhkan karena mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa,” katanya.
Melalui kegiatan TWKM, Nur berharap peserta bisa mengangkat gerakan #SaveMeratus lebih diperbincangkan di kancah nasional. Gerakan macam ini untuk melindungi bentang Meratus dari perusahaan tambang batu bara.
Sekretaris Badan Pengembangan SDM Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI, Sudayatna, menyebutkan, berbagai aktivitas yang dilaksanakan Mapala sebagian besar berupa kegiatan peduli lingkungan terhadap bersih gunung, pantai dan perkotaan.
“Dengan kegiatan-kegiatan tersebut kolaborasi antara Mapala dan KLHK, akses hubungan antara ke depannya bisa lebih baik,” ucapnya.
Mapala se Indonesia juga turut memperjuangkan apirasi melalui kritik membangun dari aksi demo yang disampaikan ke KLHK, mampu turut mendorong pemerintah wajib menangani kasus itu.
“Ibu Menteri juga sangat bangga akan kritik masukan yang sampaikan Mapala. Dari sana KLHK sangat mendukung kegiatan Mapala,” ujarnya.
Menurutnya lagi, KLHK menganggap Mapala merupakan salah satu generasi penerus akademisi praktisi dan aktivitas lingkungan hidup. Ia juga berharap agar Mapala bisa ikut berperan saat Indonesia menjadi negara maju pada tahun 2045.
“Pak Jokowi juga Mapala. Jadi Mapala harus aktif sewaktu Mahasiswa maupun terjun dunia kerja bisa melestarikan lingkungan,” tuturnya.
Di tempat yang sama, Rektor UIN Antasari Banjarmasin Prof Mujiburahman mengatakan, kampusnya sangat perhatian terhadap isu lingkungan hidup. Karena, lanjut dia, di dalam agama Islam, melestarikan alam itu adalah sebuah kewajiban manusia, dan merusaknya adalah dosa.
Untuk kegiatan ini, dia hanya berpesan, untuk mahasiswa agar tetap memperhatikan keselamatan diri.
“Jadi kita tidak ingin dalam kegiatan ini sampai ada kejadian yang tidak diinginkan,” pungkasnya saat acara pembukaan yang ditandai pemukulan gendang itu.
Sebelumnya, Ketua Panitia, Muhammad Ariffin, mengatakan, pihaknya sengaja mengangkat masalah #SaveMeratus sebagai isu nasional supaya lebih mendapat perhatian Pemerintah Pusat khusunya.
“Kita mengangkat tema Save Meratus ini agar isunya lebih mengemuka, lebih diperhatikan pemerintah yang di atas (pusat,red),” ujar Ariffin.
Gerakan tagar #SaveMeratus muncul merespons terbitnya izin operasi produksi dari Kementerian ESDM RI untuk PT Mantimin Coal Mining di Kabupaten HST, Balangan, dan Tabalong. Izin OP diteken pada Desember 2017 silam.
Warga, mahasiswa, NGO, dan pemerintah daerah ramai-ramai menolak izin tersebut lantaran kawasan Pegunungan Meratus, khususnya di Kabupaten HST, menjadi satu-satunya daerah yang bebas dari tambang.
Meski penolakan terus mengalir deras, Kementerian ESDM tetap ngotot mempertahankan izin tersebut. Walhi sudah menggugatan hingga kasasi di tingkat Mahkamah Agung untuk merontokkan izin PKP2B MCM ini.
Terkait kegiatan Mapala di Kalsel, setelah pembukaan acara, mereka akan menjelajahi kawasan pegunungan Maratus.
Kegiatan dimulai kawasan objek wisata alam Kiram Park di Kabupaten Banjar dan kenal medan bertempat di Gunung Hutan di Hulu Sungai Tengah (HST). Selanjutnya, kegiatan panjat tebing di Gunung Batu Laki di Hulu Sungai Selatan (HSS), dan kenal medan II bertempat di Gua Alinateh di Hulu Sungai Tengah (HST).
“Sedangkan untuk mengenal lingkungan hidup akan bertempat di Pulau Curik wilayah Barito Kuala, memang ini bukan masuk daerah Gunung Meratus, di sana tempat konservasi hewan Bekantan, salah satu hewan yang hidup di Gunung Meratus,” paparnya.
Namun semua peserta akan melihat langsung dari daerah itu, kata Arifin, bagaimana eksploitasi terhadap sumber daya Gunung Meratus, yakni, batu bara yang terkandung di dalamnya.
“Di sana mereka akan melihat hilir mudik kapal pengangkut batubara dari eksploitasi kekayaan alam di daerah ini, termasuk di Gunung Meratus, moga dari itu ada perjuangan bersama melestarikan Gunung Meratus #SaveMeratus,” jelas Ariffin.
slm