Mayoritas Petani Batola Masih Andalkan Pertanian Padi

*Karlie Hanafi Reses di 16  Desa

by baritopost.co.id
0 comments 3 minutes read
Anggota Komisi II DPRD Provinsi Kalsel Dr H Karlie Hanafi Kalianda, SH MH saat menyerap aspirasi dalam kegiatan reses di daerah pemilihannya Kabupaten Barito Kuala pada 21-28 Januari 2024.(foto : ist)

Banjarmasin, BARITOPOST.CO.ID – Sebagian besar masyarakat di wilayah Kabupaten Barito Kuala (Batola) yang menggantungkan hidupnya dari pertanian, ternyata masih mengandalkan sektor pertanian padi, padahal banyak sektor lain yang berusaha merubahnya, seperti sektor perkebunan sawit serta sektor hortikultura lainnya.

Hal itu diungkapkan anggota Komisi II DPRD Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel), Dr H Karlie Hanafi Kalianda, SH, MH di Banjarmasin, Ahad (28/1/2024).

Apa yang disampaikan oleh Karlie Hanafi ini usai melakukan rangkaian kegiatan reses untuk penyerapan aspirasi masyarakat pada 21 Januari 2024 sampai 28 Januari 2024 di 16 Kecamatan Cerbon dan Kecamatan Marabahan di Kabupaten Batola meliputi 16 desa.

Sebanyak 16 desa dimaksud, yakni di Kecamatan Marabahan adalah Desa  Bagus, Desa Baliuk, Desa Penghulu, Desa Sidomakmur, Desa Antar Baru, Desa Karya Maju, Desa Antar Raya dan Desa Antar Jaya. Sedangkan di Kecamatan Cerbon adalah Desa Sungai Kambat, Desa Sungai Raya, Desa Badandan, Desa Bantuil, Desa Sawahan, Desa Simpang Nungki, Desa Sungai Tunjang dan Desa Sungai Rasau.

“Selain masih menjadikan pertanian padi sebagai mata pencaharian utama, sebagian besar masyarakat dari 16 desa ini juga mengembangkan usaha sampingan, namun masih seputar kegiatan pertanian, seperti bertanam macam-macam sayuran, perkebunan jeruk, pengolahan hasil pertanian dan perkebunan dan lain-lain,” jelas Karlie Hanafi.

Politisi Golkar ini menambahkan sebagian masyarakat di wilayah reses juga ada yang mengikuti sistem plasma di perkebunan sawit, namun masyarakat mengeluhkan karena hasilnya tidak memadai, sementara tanah milik masyarakat dimanfaatkan.

“Masyarakat minta sistem plasma yang melibatkan masyarakat setempat di perkebunan tebu untuk dibenahi lagi, sehingga hasil yang mereka dapatkan cukup memadai,” ujarnya.

Lanjutnya selain itu masalah klasik yaitu menyangkut ketersediaan pupuk bersubsidi juga masih dikeluhkan masyarakat.

Dikatakannya sebenarnya sudah ada solusinya yaitu melalui aplikasi i-Pubers yang merupakan integrasi pupuk bersubsidi dari PT Pupuk Indonesia yang telah diterapkan di enam provinsi di Indonesia yaitu Bangka Belitung (Babel), Riau, Kalimantan Selatan (Kalsel), Sumatera Utara (Sumut), Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara.

Karlie Hanafi menjelaskan, aplikasi i-Pubers merupakan hasil ‘perkawinan’ antara T-Pubers yaitu Tebus Pupuk Bersubsidi milik Kementerian Pertanian dengan aplikasi Rekan dari Pupuk Indonesia yang tujuannya mempermudah proses penebusan pupuk bersubsidi di kios-kios yang ditunjuk.

Namun kenyataannya, katanya menambahkan, saat reses ternyata masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang aplikasi i-Puber tersebut.

“Jadi aplikasi i-Pubers ini harus lebih disosialisasikan lagi, sehingga masyarakat bisa benar-benar menikmati kemudahannya,” harapnya.

Diungkapkannya saat reses juga ditemukan fakta bahwa asuransi petani yang pernah diterapkan, ternyata sekarang sudah tidak berjalan lagi.

“Padahal keberadaan asuransi pertanian dimaksudkan untuk mengurangi beban petani, misalnya saat gagal panen. Kedepan, asuransi pertanian ini perlu diterapkan lagi dengan premi yang dibayarkan oleh pemerintah,” imbaunya.

Saat reses masyarakat juga memberikan masukan tentang infrastruktur jalan yang perlu pembenahan, seperti Desa Sawahan yang jalannya rusak parah dan  sulit dijangkau sehingga membuat lokasi desa tersebut setengah terisolir dari lingkungan sekitar dan berbagai masukan lainnya juga disampaikan masyarakat kepada Karlie Hanafi.

“Ini kesempatan kami menyampaikan aspirasi kepada wakil rakyat, karena wilayah kami sama sekali tidak pernah didatangi wakil rakyat, baru Pak Karlie yang datang kesini,” ujar Marwoto, tokoh masyarakat di Desa Sawahan, Kecamatan Cerbon.

Karlie Hanafi mengatakan untuk aspirasi yang disampaikan akan diteruskan kepada pihak yang berkompeten, baik ke tingkat provinsi maupuh kabupaten. Selain itu juga ada aspirasi yang bisa ditangani oleh Karlie Hanafi langsung secara pribadi.

Kegiatan reses yang dilaksanakan Karlie Hanafi sebanyak 16 titik di 16 desa di Kecamatan Marabahan dan Kecamatan Cerbon selalu mendapat sambutan antusias dari warga setempat. Pada setiap titik reses, masyarakat yang hadir tidak pernah kurang dari seratus orang.

Penulis/Editor/* : Sophan Sopiandi

Follow Google News Barito Post dan Ikuti Beritanya

Baca Artikel Lainnya

Leave a Comment