Oleh : Lisa Sanora Siregar
Belajar online di rumah sangat mempengaruhi kesehatan mental anak. Namun perlu diketahui, orang tua di rumah juga mendapatkan dampak yang sama.
Karena peran orang tua adalah hal terpenting dalam proses pembelajaran di rumah.
Lalu apa penilaian dari ahli psikolog melihat kenyataa yang terjadi di masyarakat saat ini ?
Menurut salah satu dosen Fakultas Psikologi di Universitas Muhammadiyah Banjarmasin,
Rizqi Amalia, M. Psi, Psikolog.
Hal tersebut perlu dikaji karena ada beberapa orang tua yang mengatakan bahwa pembelajaran di rumah dan pembelajaran online itu tidak berdampak negatif kepada kesehatan mental anak. Namun ada juga orang tua yang mengatakan bahwa pembelajaran online di rumah itu berdampak negatif kesehatan mental anak.
Kiki menegaskan bahwa tidak ada perbedaan antara belajar di rumah ataupun belajar di sekolah. Hal itu karena siswa didik
masih bisa mendapatkan materi yang sama oleh gurunya dan masih melakukan aktivitas pembelajaran seperti di sekolah. Hanya saja lewat online.
Itu juga beralasan, karena pembelajaran secara online menyesuaikan dengan pandemi yang memaksa kebiasaan protokol kesehatan.
“Tapi kenyataannya, tugas untuk anak-anak di rumah kebanyakan dilimpahkan keorang tua”. Terang Kiki.
Kiki berasumsi, tidak semua orang tua bisa berperan sebagai seorang guru. Itu dibuktikan banyak keluhan-keluhan para orang tua di rumah. Alasannya pun beragam mulai dari kesibukan kerja, hingga kurang memahami materi.
Disinilah tingkat kesulitan yang dialami, jika orang tua tidak memahami kondisi anak dan pembelajaran anak maka akan berdampak kepada kesehatan mental
orang tua itu sendiri.
“Ketika orang tua tidak memahami perannya membimbing anak maka orang tua akan cepat stress, emosi, dan marah-marah. Hal itu akan cepat menular ke anak dan terekam diotaknya,” bebernya.
Bagi Kiki, sebenarnya ada cara untuk pengentasan masalah diatas. Solusinya adalah keaktifan orang tua itu sendiri dalam berkonsultasi dengan guru perihal perkembangan belajar anak, mencari tau tipikal belajar anak seperti apa, dan berikan jeda untuk anak melakukan refreshing agar tidak tertekan dalam belajar, ciptakan situasi yang menyenangkan dalam pembelajaran.
“Solusinya adalah orang tua lebih aktif konsultasi ke guru di sekolah,” tutupnya.
Mahasiswi S1 Psikologi Universitas Muhammadiyah Banjarmasin