Menyambut Positif Pidato Prabowo, Menyoroti Mandiri Pangan & Energi

Prof Abdul Hadi

Oleh: Prof Abdul Hadi

Apresiasi terhadap pidato pelantikan presiden Prabowo berdatangan, terutama karena disampaikan dengan penuh semangat. Pidato yg mmbahana ini pun sampai ke pasar modal, sehingga nilai tukar rupiah dan harga saham naik, Minggu 20/10/2024).

Program pertama yang dijanjikan oleh Prabowo adalah ketahanan pangan. Diungkapkannya bahwa Indonesia akan swasembada pangan dalam 4 tahun ke depan dan menjadi lumbung pangan dunia. Selain itu presiden periode 2024-2029 ini mnggaungkan swasembada energi. Realistis kah janji-janji ini?

Merujuk kamus bahasa indonesia, pangan adalah setiap bahan konsumsi yang memberi nutrisi langsung kepada tubuh manusia. Sedang nutrisi diartikan sebagai unsur dan/atau senyawa yang diperlukan utk pertumbuhan dan perkembangan mahluk hidup.

Terdapat 30an bahan yang merupakan bahan pangan dan berasal dari tumbuhan dan hewan. Diantara bahan pangan yang terpupuler adalah beras, jagung, gandum, kedelai, daging, ikan, telur dll.

Pangan bukan saja menunjukkan tingginya produksi bahan-bahan tersebut, terapi juga menjamin distribusi dan juga harga yg terjangkau. Akankah bahan pangan terdistribusi ke seantero tanah air dengan harga yang dapat dijangkau masyarakat?

Pada pidato pertamanya sebagai presiden RI, Prabowo menyebut kelapa sawit, panas bumi, dan air, serta batubara sebagai andalan kita untuk mewujudkan kemandirian energi. Statemen lugas & berani di tengah-tengah geopolitik ini bisa menjadi apresiasi tambahan bagi presiden ke-8 RI ini.

Kelapa sawit tengah mendapat kritik keras bahkan penolakan oleh negara-negara d Eropa. Ini berbuntut pada fluktuasi harga minyak sawit di pasar global.

Batubara juga tidak sedang baik-baik saja. Komoditas ini di-cap sebagai sumber energi yang membahayakan lingkungan. Dampaknya, bisnis terkait batubara tidak mudah mendapatkan dukungan finansial, terutama dari bank-bank internasional.

Sementara daging merupakan buah simalakama berikutnya. Akankah negara pemasok daging seperti Selandia Baru dan Australia membiarkan pasar mereka hilang begitu saja. Kehadiran wakil perdana Mentri ke-dua negara ini pada pelantikan 20 Oktober mengindikasikan bahwa Indonesia merupakan pasar potensial dan tidak boleh mengecil apalagi hilang.

Kelapa sawit merupakan komoditas yang paling terhimpit. Selain oleh kebijakan asing, juga oleh kebijakan dalam negeri seperti kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Jawaban dari banyak kegundahan ini mungkin ada pada rencana hilirisasi. Kelapa sawit mungkin diolah di dalam negeri menjadi minyak goreng & biodisel. Batubara dicairkan di dalam negeri. Tapi pertanyaan berikutnya, dapatkan hilirisasi ini berjalan di tengah kebijakan global seperti sekarang ini?. Terlebih dengan peraturan pemerintah nomor 25/2024 yg membolehkan ormas keagamaan untuk memiliki area konsesi.

Apresiasi lebih besar tentu akan diberikan masyarakat jika pemerintahan Prabowo-Gibran berhasil menjaga juga sinergitas dengan lembaga keuangan dan pasar komunitas global. Kemampuan mereka dalam meredam kampanye hitam tentang sawit tentu akan menenangkan petani sawit. Kebijakan yang menjadikan kelapa sawit sebagai komoditas kehutanan sangat ditunggu masyarakat.

Sungguh mulia cita-cita presiden Prabowo untuk mensejahterakan masyarakat. Semoga cita-cita luhur tersebut diqabulkan Allah tuhan yang Maha Esa–Merdeka!

Follow Google News Barito Post dan Ikuti Beritanya

Related posts

Dua Prahara di Kalsel Membuat Jargon Babussalam Dipertanyakan

Sebuah Kegiatan Khusus Sedunia Menawarkan Solusi Praktis untuk Masalah Kehidupan

Menggagas Fiqh Anti Maladministrasi