Oleh : HM. Syarbani Haira
Alhamdulillah Agustus 2020 ini kembali bangsa Indonesia memperingati HUT Kemerdekaan Republik Indonesia. Ini adalah yang ke-75. Tentu ini sangat membanggakan, sudah tiga perempat abad negeri ini meredka. Bebas dari para penjajah. Harap dicatat, kemerdekaan Indonesia bukan pemberian siapa pun. Bukan hadiah penjajah, juga tidak dibantu oleh negara manapun. Kemerdekaan yang diraih bangsa ini murni rahmat Allah, yang diikhtiarkan melalui perjuangan berdarah, serta pengorbanan nyawa dan harta. Maka itu sangat tepat sekali apa yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia adalah atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Para pahlawan dan pejuang kemerdekaan telah mengerahkan segenap daya upaya dan ikhtiarnya.
Alhamdulillah hajat ini direstui Gusti Allah. Gusti Allah lah yang memberikan kemenangan. Gusti Allah pula lah yang menghendaki terjadinya segala sesuatu, yang mencurahkan dan menganugerahkan rahmat kemerdekaan kepada kita semua. Maka itu menjadi sangat relevan jika kita sebagai generasi penerus, penikmat negeri ini, untuk sama-sama berdo’a kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas kemenangan dan kemerdekaan yang diraih. Semoga para pahlawan yang telah berjuang untuk Islam dan Indonesia di bumi nusantara yang telah gugur mendahului kita memperoleh balasan pahala yang berlipat ganda dari Allah ta’ala.
Berbuat Baik pada NKRI
Dalam perspektif Islam, kemerdekaan ini adalah rahmat Allah. Ini merupakan nikmat bagi kita semua. Jika kita bersyukur atas nikmat kemerdekaan ini, dan nikmat-nikmat Allah lainnya, maka sesuai janji-Nya, tentu akan ditambahkan. Allah berfirman : “Sesungguhnya jika kalian bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat kepada kalian. Tetapi jika kalian mengingkari nikmat-Ku, maka pasti azab-Ku sangat berat” (QS Ibrahim: 7)
Bagaimana caranya mensyukuri nikmat Allah ? Langkah sederhananya adalah dengan tidak bermaksiat. Kita syukuri nikmat ini dengan melakukan berbagai kebaikan, dan berbuat baik pada orang lain. Kita syukuri kemerdekaan ini dengan melaksanakan semua kewajiban dan menjauhi seluruh larangan Allah. Kita lakukan tugas dan kewajiban kita sesuai kapasitas masing-masing. Misalnya hidup bermasyarakat yang baik, bisa berdampingan dengan siapa pun. Jika masing-masing dari kita telah mengetahui, memahami dan melakukan tugas dan kewajibannya sebagaimana mestinya, maka negara ini akan senantiasa aman dan sentosa.
Harus kita sadari, kemerdekaan adalah nikmat yang bisa menjadikan kita terbebas dari berbagai belenggu kehidupan. Nikmat kemerdekaan adalah pintu yang membuka nikmat yang lain. Dengan nikmat kemerdekaan, semua umat beragama dapat merasakan nikmatnya beribadah. Dengan kemerdekaan, kita dapat merasakan nikmatnya belajar dan mengajar. Kita juga dapat menikmati kebersamaan kita sebagai saudara-saudara seagama, saudara-saudara sebangsa dan setanah air. Dan dengan nikmat kemerdekaan, kita bisa membangun negeri ini secara bersama-sama.
Karena itulah, kita rawat dan lestarikan nikmat kemerdekaan ini dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai nikmat yang agung ini terlepas dari kita. Langkahnya ? Kita bangun negeri ini. Itu harus dimulai dengan membangun dan memperbaiki diri dan keluarga. Lalu meluas ke masyarakat. Harus kita sadari, jika negeri ini tak hanya berupa wilayah geografis, yaitu tanah, air dan udara semata. Tapi lebih dari itu, negeri ini juga mencakup manusia yang merupakan penduduk negeri yang di tangan merekalah nasib negeri ini akan seperti apa. Oleh karena itu, kita utamakan membangun manusia dari pada membangun yang lain. Akhlaq, moral, dan etika determinant Semuanya menjadi sendi dan tiang penyangganya, merupakan pondasi dari bangunan negeri ini. Munia uatan moral adalah adalah paham dan haluan yang moderat. Paham dan haluan yang moderat diperlukan dalam banyak bidang, misalnya dalam dpolitik, ekonomi, pendidikan dan lain-lainnya. Hal yang urgent sekali adalah dalam hal keagamaan.
Islam yang Wasathiyyah
Penduduk negeri ini, dari Sabang hingga Merauke, mayoritas ummat Islam. Atau sekitar 88 % dari total penduduk sekitar 270 juta jiwa. Sebagai warga mayoritas, tentu semua langkah ummat akan sangat mewarnai potret negeri ini. Maka itu, semua ummat Islam harus menyadari konstelasi ini. Ummat Islam harus lebih hati-hati. Kenapa ? Karena merupakan penduduk terbesar ke-4 di dunia, setelah RRC, India, dan AS. Sebagai mayoritas, tentu perilaku ummat menjadi cermin terhadap penduduk negeri ini.
Dalam Islam, perintahnya adalah agar ummatnya berpaham moderat (wasathiyyah). Paham keagamaan yang moderat adalah paham yang diajarkan dan disampaikan oleh para ulama Ahlussunnah wal jama’ah dan diyakini oleh mayoritas umat Islam dari masa ke masa.Ia tidak ghuluww (melampaui batas yang digariskan Islam) dan tidak taqshir (ceroboh sehingga tidak sampai pada batas yang digariskan Islam). Ia tidak ekstrem kanan dan tidak ekstrem kiri. Paham inilah yang harus selalu kita junjung tinggi jika kita ingin membangun negeri ini. Karena fakta sejarah membuktikan bahwa pemikiran dan paham yang ghuluww, taqshir dan ekstrem telah memporak-porandakan dan meluluhlantakkan berbagai negara. Contoh konkretnya di masa sekarang adalah Irak, Suriah, Afghanistan dan lain-lain.
Kita tentu berharap agar negeri ini jangan sampai menjadi Irak atau Suriah kedua. Indikasi dari pada paham takfir syumuli adalah pengafiran menyeluruh kepada semua orang yang tidak sepaham. Begitu juga terhadap pemerintah yang tidak berhukum dengan hukum Islam dan menuduhnya dengan thaghut. Ada lagi paham khilafah ala Hizbut Tahrir, ada pula paham pengafiran dan ada pula faham pemusyrikan terhadap mereka yang terbiasa tabarruk, tawassul, peringatan maulid Nabi dan ziarah makam para nabi dan wali.
Model-model inilah yang bias menghancurkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara di berbagai belahan dunia. Hal itu juga telah merenggut kemerdekaan dari banyak orang. Akibat paham ekstrem tersebut, banyak orang yang tidak bisa lagi menikmati kebebasan dan kemerdekaan dalam banyak hal. Lebih-lebih lagi, apabila paham dan pemikiran ekstrem tersebut dituangkan dalam aksi-aksi pengeboman, perusakan fasilitas umum dan pembunuhan serta penyembelihan orang-orang yang dianggap musyrik dan kafir.
Indonesia Maju
Peringatan kemerdekaan Indonesia yang ke-75 ini, di mana negeri ini menduduki posisi ke-4 terbesar dunia, yang kebetulan sekarang sedang menikmati bonus demografi. Maka itu tak ada pilihan lain, kecuali kita harus mencintai negeri ini. Jika kita mencintai negeri ini, maka kita harus selalu senantiasa mendorong diri kita sendiri, dan semua elemen bangsa lainnya, untuk selalu terus menerus membangun dan memperbaiki negeri ini.
Pilihannya, kita bangun negeri ini dengan membentuk pribadi yang shalih, pribadi yang berilmu, beramal dan penuh dedikasi untuk membangun negeri. Pribadi yang shalih akan melahirkan keluarga yang shalih. Keluarga yang shalih akan mewujudkan masyarakat yang shalih. Keshalihan individu akan mewujudkan keshalihan sosial. Keshalihan sosial akan menjadikan negeri ini aman, sentosa dan sejahtera.
Dengan keshalihan sosial, segala bentuk kejahatan akan terputus. And last but not least, jangan pernah bosan untuk terus mengampanyekan paham Ahlussunnah yang moderat dan rahmatan lil ‘alamin. Karena dengan paham moderatlah yang akan menjadikan Indonesia sebagai baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghafur. Begitulah kita merawat negeri ini. Dirgahayu RI ke-75. Bersama, kita jadikan Indonesia lebih maju, sejahtera dan sentosa.
*Ketua Dewan Syuro Mesjid As-Su’ada, Syekh Abdul Qadir Hasan, Universitas NU Kalse