Nasib Petani dan Simalakama Membakar Lahan

by baritopost.co.id
0 comments 3 minutes read
Prof Fadli H Yusran, Pembina IAAS LC Universitas Lambung Mangkurat (ULM) saat memberikan siuvenir acara diskusi kepada Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura (TPH) Provinsi Kalsel Syamsir Rahman, Jumat (10/3/2023).(foto : sum/brt)

Banjarbaru, BARITOPOST.CO.ID – Produksi Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel), khususnya padi merosot tajam akibat kondisi cuaca buruk berupa banjir dan serangan hama. Di sisi lain pembukaan lahan pertanian dengan cara membakar bertentangan dengan aturan hukum dan memicu semakin berkurangnya luas tanam.

Permasalahan-permasalahan inilah yang dihadapi sektor pertanian di Kalsel ini menjadi pokok bahasan hangat dalam kegiatan diskusi lingkungan bertema “Nasib Petani dan Simalakama Membakar Lahan”.

Kegiatan itu merupakan kerjasama antara Pena Hijau Indonesia dan organisasi IAAS Faperta Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin, Jumat (10/3/2023) pagi.

Kegiatan ini mendapat dukungan dari Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura (TPH) Provinsi Kalsel hingga mahasiswa yang cukup antusias hadir dan bertanya.

“Pemerintah Provinsi Kalsel mendorong agar petani diperbolehkan untuk membakar lahan dalam proses pembersihan dan pembukaan lahan pertanian secara terbatas. Membakar lahan diyakini mampu membasmi hama penyakit, menyuburkan lahan pertanian dan efektif dalam luasan lahan,” beber Kepala Dinas TPH Provinsi Kalsel, Syamsir Rahman.

Baca Juga: PUPR Serahkan Aset Senilai Rp 4,3 M kepada Batola

Sementara cuaca buruk dan banjir yang sudah berlangsung dalam beberapa tahun terakhir ini berimbas terjadinya gagal tanam dan gagal panen tanaman padi hingga merebaknya hama sehingga produksi padi Kalsel dalam dua tahun terakhir turun.

Seperti diketahui salah satu penyebab tingginya harga beras lokal yang ikut mempengaruhi inflasi disebabkan menurunnya produksi padi akibat luas tambah tanam (LTT) 2022 turun seluas 90.107 hektare atau 16,83 persen dibandingkan tahun 2021.

Syamsir menambahkan, produksi padi Kalsel juga mengalami penurunan sebanyak 159.985,77 ton Gabah Kering Giling atau 15,74 persen dibandingkan produksi padi tahun sebelumnya.

“Produksi padi kita sebanyak 883 ribu ton masih ada surplus 38 ribu ton lebih, ini menjadi tantangan kita karena tahun-tahun sebelumnya produksi padi kita mencapai 1,1 juta ton,” beber Syamsir.

Diakuinya kegiatan pembukaan dan pengolahan lahan dengan cara membakar ini bertentangan dengan kelestarian lingkungan. Namun Undang-undang (UU) Nomor 32 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 69 ayat 2 telah mengatur tentang lokal perizinan membakar lahan sesuai kearifan lokal.

“Inilah yang harus kita carikan solusi terbaiknya,” tegasnya.

Prof Fadli H Yusran, Pembina IAAS LC Universitas Lambung Mangkurat (ULM) mengatakan praktek ladang berpindah sudah ada seiring peradaban manusia.

“Petani sudah sejak ribuan tahun melakukan pembukaan lahan dengan membakar tetapi tidak terbukti merusak lingkungan. Sebagai contoh praktek ladang berpindah masyarakat pegunungan yang merupakan warisan budaya mereka,” ujarnya.

Justru praktek membakar lahan dalam skala besar dan menyebabkan kerusakan lingkungan justru dilakukan koorporasi.

Senada juga dikemukakan Berry Nahdian Furqon, Akademisi Universitas NU Kalsel dengan mengambil contoh kasus penindakan perusahaan perkebunan yang terbukti membakar lahan seluas 1.500 hektare di Kalsel.

“Pangan merupakan sesuatu yang sangat vital bagi sebuah negara. Provinsi Kalsel sebenarnya sudah memiliki Perda Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pengendalian Karhutla. Namun belum mengatur mengenai kearifan lokal membakar lahan, sehingga perlu kita dorong agar direvisi,” ujar Berry.

Baca Juga: Tiga Pejuang Muda Raih Pena Hijau Award 2023

Dia juga menyatakan perlu adanya pengembangan riset dan teknologi yang lebih maksimal terkait sektor pertanian tanaman pangan ini.

Kegiatan diskusi lingkungan ini merupakan rangkaian dari ajang Pena Hijau Award 2023 yang digelar di Aula lantai 2 Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura (TPH) Provinsi Kalsel.

Kegiatan ini mendapat dukungan berbagai pihak seperti Serikat Petani Indonesia, PT Adaro Indonesia, Biji Kopi, Baramarta, Bulog Divre Kalsel dan Pupuk Indonesia.

Kegiatan ini juga dihadiri perwakilan Manggala

Agni. Sementara peserta diskusi berasal dari Faperta ULM, Faperta UNU, Faperta Uniska, SMK PP Banjarbaru, organisasi lingkungan dan lainnya.

Ketua Panitia Pelaksana kegiatan, Jeni Amalia Kartika mengatakan dari diskusi ini diharapkan para mahasiswa dan generasi muda dapat berpartisipasi untuk pembangunan pertanian di Kalsel.

Penulis/* : Arsuma
Editor       : Sophan Sopiandi

Baca Artikel Lainnya

Leave a Comment